33 - Shaka, Salwa, dan Satria

3.9K 372 18
                                    

"Kak Hen, kita mau kayak gini aja?" tanya Misca ditengah-tengah kegiatan belajar mengajarnya. Henry yang sedang membuat soal terhenti.

Henry menghela nafas beratnya. Pulpen yang ia pegang ia letakan diatas buku paket Kimia Misca lalu menatap cewek itu serius.

"Lo maunya kita gimana?" tanya Henry.

Misca tersenyum canggung. "Pacaran mungkin?"

"Gue ... gak bisa." Henry menolaknya.

"Tapi, kenapa? Bukannya Kak Henry sayang sama aku dan aku sayang sama Kak Henry? Itu udah bisa jadi modal buat hubungan kita, 'kan?"

"Modal sayang gak menjamin kelancaran hubungan,
Kita, Mis. Gue termasuk orang yang susah buat menjaga sebuah komitmen."

"Gue takut sewaktu-waktu bakal nyakitin lo. Dan, bikin lo jadi benci sama gue." jelas Henry. Ia selalu gagal dalam hubungan maka dari itu Henry sedikit sulit untuk membangun sebuah hubungan lagi dengan orang lain.

"Apa salahnya buat mencoba lagi, Kak? Aku percaya kok, Kak Henry gak bakal nyakitin aku." balas Misca begitu yakin. Matanya berbinar penuh permohonan.

Henry tetap memegang teguh prinsipnya. "Maaf. Gue gak bisa. Kalo lo mau cari orang yang bisa diajak berhubungan lebih dari sekedar ini bukan gue orangnya." Henry tersenyum hangat, menepuk bahu Misca, lalu beranjak pergi meninggalkan taman sekolah.

Misca termenung ditempatnya. Ada yang hilang saat Henry mengatakan itu. Tapi, apa dayanya? Ia tidak mau terombang ambing dalam ketidakpastian ini. Ia butuh status yang jelas. Dan mungkin saja, Henry memang bukan untuknya.

🍭🍭🍭


"Kak, kok kita jadi di aula? Kenapa kesini?" tanya Salwa. Bingung karena Satria malah membawanya ke aula yang sepi bukan menghantarkannya ke kelas.

Satria melepaskan tautan tangan mereka. Tangannya bersedekap didepan dadanya. Menatap Adik kelasnya yang beberapa waktu belakangan ini membuat hatinya tidak tenang secara intens.

"Ada yang mau lo jelasin?" tanya Satria balik.

Salwa mengernyit. "Jelasin apa? Kenapa Kak Liza dan sekawanannya itu bisa ngelabrak aku?"

"Iya."

"Eum ... Aku gak tau pasti. Tapi kayaknya emang gara-gara dia tau aku pernah deket sama Shaka. Tapi, aku deket sama Kak Shaka 'kan, cuma gara-gara—" Salwa langsung menutup mulutnya cepat menggunakan kedua tangannya. Matanya melotot. Hampir saja keceplosan.

"Gara-gara?" kedua alis Satria terangkat. Bertanya.

"Eh maksudnya—" Salwa kehabisan kata-kata. Bagaimana ini? Ia malah terjebak dipermainannya sendiri.

"Aku— "

Brak!

Pintu aula dibuka secara kasar. Spontan, Salwa dan Satria mengalihkan fokusnya kepada si pelaku. Alangkah kagetnya saat Shaka yang datang. Shaka melangkahkan kaki panjangnya begitu cepat dan menarik tubuh cewek mungil itu kedalam pelukannya. Mengabaikan baju seragamnya yang jadi ikutan basah.

Satria bergeming ditempatnya. Tanpa bisa berbuat apa-apa saat Shaka—temannya itu memeluk Salwa begitu erat didepan matanya.

"Gue khawatir." bisik Shaka begitu hangat ditelinganya.

"Kak Shaka," cicit Salwa berusaha melepaskan pelukannya tetapi bukannya terlepas Shaka semakin mengeratkannya. "Aku basah, lho,"

"Sebentar aja," Shaka menopangkan dagunya pada bahu Salwa. Ia tidak mengerti apa mau hatinya tapi yang pasti ia butuh pelukan ini untuk melepaskan kegundahan dihatinya.
Salwa menatap Satria yang juga sedang menatapnya. Salwa dapat menemukan sirat kecewa, marah, dan tidak suka dari matanya. Tapi untuk sekarang, ia tidak mau menduga-duga karena takut salah mengartikan.

The Boys Secret [Selesai] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang