36 - Pupus

3.9K 374 58
                                    

🍭🍭🍭

"Lo ... Udah berapa lama suka gue?"

Deg.

Tubuh Salwa melemas didetik itu juga. Saat berbalik badan, matanya langsung bersibobrok dengan kedua bola mata hitam milik cowok itu.

Satria.

Salwa menahan nafasnya. Jantungnya berdebar sepuluh kali lipat dari biasanya jika ia berdekatan dengan cowok itu. Debaran jantung ini menggila. Bahkan, Salwa yakin detakannya bisa terdengar oleh siapapun.

"Kak .. " Salwa tidak sanggup untuk sekedar menyebut namanya.

Satria bergeming sebentar. Lalu, mengantungkan ponsel keluaran terbarunya pada saku celana putih panjangnya, membungkukkan sedikit tubuhnya lalu menatap intens Salwa.

"Jawab pertanyaan gue." ucapnya datar.

Salwa menggeleng cepat. Menatap Satria panik. "G-gak. Itu semua salah paham! Aku ... Aku ... Gak suka--aku gak suka Kak Satria." bantahnya.

"Aku—" ucapan Salwa terpotong saat Satria mengangguk seperti mempercayai ucapannya. Berdiri tegak kemudian menepuk puncak kepala Salwa tanpa terduga. Sorot matanya menghangat.

"Bagus kalo gitu. Jangan pernah sekalipun lo suka gue atau lo tanggung sendiri sakit hatinya."

"Karena lo tau 'kan, gue ... Udah punya Lyodra sekarang?"

Salwa mengangguk kaku.

Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Satria menegapkan tubuhnya kembali dan berlalu begitu saja.

Shakira menatap Salwa yang bergeming memandangi punggung Satria kian menjauh itu khawatir.

"Shak. Ini mimpi, 'kan?" Tanya Salwa tiba-tiba. Ketika Salwa menoleh, kedua matanya sudah tergenangi air mata. Kemudian Salwa tertawa tapi tidak dengan hatinya. Hatinya menangis sedih. mendengar pernyataan menyakitkan yang diberikan Satria. Seakan memberitahu bahwa tidak ada ruang lagi dihatinya.

"Mol," Shakira mengeleng. "Jangan nangis."

"Siapa yang nangis sih, Shak?" Berkebalikan dengan ucapannya air matanya mulai mengalir. Kelama-kelamaan menjadi deras. "Gak tau kenapa hati gue sakit banget, Shak! Gue kenapa sih, sebenarnya?"

Shakira memberikan pelukan erat pada temannya itu. Salwa pun membalas pelukan itu tanpa berpikir dua kali dan menangis hebat disana. Mengabaikan pandangan aneh beberapa murid dikantin.

"Udah," Shakira menepuk-nepuk bahu Salwa menenangkan. "Dengan lo berani menunjukkan diri sampai Kak Satria tau keberadaan lo itu udah hebat, Mol. Lo udah berjuang sebaik mungkin. Kalo pada akhirnya dia gak bisa jadi milik lo bukan berarti lo kalah tapi emang dia tercipta bukan untuk lo."

"Atau bisa juga dia tercipta untuk lo tapi waktunya gak sekarang. Jodoh gak akan kemana. Dia bakal tau kemana seharusnya melangkah dan berlabuh."

Salwa menggeleng. "Kali ini gue beneran berhenti buat perjuangin Kak Satria. Gue memilih mundur, Shak,"

"I'm done."

🍭🍭🍭


"Btw, si Satrio sama Chandra kemana ya? Daritadi kagak keliatan batang pipisnya." celetuk asal Caka yang dihadiahi gaplokan maut dari Henry pada belakang lehernya.

"Kotor banget mulut lo, Cak." sinis Henry.

"Salah mulu gue. Eh, itu Satria ngapain dah. Kok, jalan ke rooftop sendirian gitu? Gak mungkin mau bunuh diri, 'kan?" Caka menunjuk sosok Satria yang kini menaiki tangga menuju rooftop. Henry dan Shaka mengikuti arah pandang Caka.

The Boys Secret [Selesai] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang