41 - Akhir kebahagiaan

3.7K 391 48
                                    

Setelah dua jam mendekorasi roftoop Cafe sesuai rencana mereka tadi akhirnya selesai juga. Properti yang disiapkan juga tidak lebay dan mainstream. Mereka hanya menyiapkan satu box besar bunga mawar yang bertuliskan 'Will u be my girlfriend?' dan lampu-lampu Tumblr yang menggantung disetiap sudutnya.

Kini hari sudah mulai petang, tetapi Shaka belum menunjukkan batang hidungnya. Henry berkali-kali menelepon Shaka namun masih belum ada jawaban.

Jadi, sambil menunggu kedatangan Shaka. Mereka duduk-duduk santai sembari meminum Es jeruknya masing-masing. Sedangkan, Chandra menyibukkan dirinya dengan acara video call Sakura. Katanya sih, kangen banget sampe mau meninggal.

"Kamu udah makan belum, Sa? Kalo belum mumpung aku lagi Cafe nih. Mau aku bawain apa?" tanya Chandra lembut.

"Aku udah makan, Chan. Gak usah repot-repot. Terus, kamunya udah makan belum?"

"Belum sempet makan, Sa."

"Ih, kenapa? Kalo sakit nanti gimana?"

"Kan, ada kamu yang bisa ngurusin aku nantinya. Hehehe." Chandra mesem-mesem tidak jelas.

Caka dan Henry bergidik. Seperti saling menyuarakan kemuakannya atas tingkah Chandra yang menjijikan itu.

"Ada dosa apa ya, Cak, sampe gue punya temen senajisin Chandra gini?" Henry mencibir.

"Sama, Hen. Bukannya bikin dengki atas keuwuannya kok gue malah jadi geli ya?" balas Caka.

Chandra mendelik sebal. "Bentar ya,  sayang." kemudian Chandra menutup layar ponselnya dengan telapak tangannya lalu membalas cibiran kedua temannya itu. "Iri bilang sahabat!"

"Gak level. Mending makan sampah!" balas Caka, berdecih.

"Heh, batre tamiya! Gue tau sebenarnya lo iri. Secara kan, ya, lo ngejomblo dari jaman makan tumbuh-tumbuhan mana mungkin tidak bisa merasakan keirian ini?" kata Chandra menyombongkan diri.

"Udah, Cak. Maklumin aja." potong Henry malas.

"Maaf ya, Sa. Tau sendiri kan, kalo mereka orangnya gitu." Chandra kembali memasang wajah sok gantengnya didepan layar ponselnya.

Sakura terkekeh kecil. "Kamu sih. Yaudah, aku tutup dulu ya, Chan. Bye!"

"Eh, eh, Sa—" ucapan Chandra terhenti saat layar ponselnya berubah hitam. Sakura mematikan panggilannya secara sepihak. Chandra mengerucutkan bibirnya kedepan. "Belom juga bilang bye sayang udah dimatiin aja." gerutunya.

"Mampus lo!" Caka berseru girang membuat Chandra menimpuknya dengan bunga didalam vas yang terletak diatas meja Cafe.

"Eh? Ka? Peliharaan lo mana? Kok gak dibawa?" interupsi Henry menghentikkan perdebatan Caka dan Chandra.

Dengan wajah suramnya, Shaka duduk disamping Caka tanpa menghiraukan pertanyaan dari Henry. Lalu mengusap wajahnya kasar.

"Lo kenapa dah? Frustasi banget romannya." tanya Caka.

"Terus ini pipi lo kenapa?" Chandra menunjuk pipi kanan Shaka yang sedikit membengkak dan mulai membiru itu.

Shaka meraba pipinya. "Ditonjok." jawabnya datar.

"LAHH? AMA SAPE?" pekik Henry terkejut bukan main.

"Salwa,"

Chandra, Caka, dan Henry terdiam. Melemparkan tatapan tidak percayanya.

"K-kok bisa? Lo berbuat apa sampe kena tonjok gitu?" tanya Chandra lagi. Jujur, Chandra masih benar-benar tidak percaya Salwa bisa berbuat nekat seperti itu.

The Boys Secret [Selesai] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang