42 - Insiden kecelakaan

3.9K 344 8
                                    


Pukul 7 malam, Shakira dibuat tersenyum oleh chat singkat Henry untuk bertemu ditaman kota. Buru-buru Shakira mengambil jaket parasut bewarna merah muda dan menguncir rambutnya serapih mungkin. Setelah selesai, Shakira langsung bergegas menemui Henry.

Sampainya ia ditaman kota, Shakira menyisirkan pandangannya keseluruh sudut taman. Mencari keberadaan Henry. Lalu tatapannya terhenti disalah satu bangku taman tak jauh dari tempatnya berdiri ada sosok Henry dengan kemeja sekolah yang sepertinya belum sempat diganti itu.

Baru saja Shakira ingin berjalan mendekati Henry. Sosok lain berjalan menghampiri Henry terlebih dahulu lalu duduk disamping Henry. Cowok itu terlihat terkejut atas kedatangan cewek itu.

Didetik berikutnya, Shakira harus dihadapkan pemandangan dimana Henry menarik cewek itu kedalam dekapan hangatnya.

Shakira tersenyum getir. Apakah ini yang mau ditunjukkan Henry kepadanya?

Namun saat Shakira mau berbalik berniat untuk pergi tatapannya bertemu dengan milik Henry. Henry pun buru-buru melepaskan dirinya. Tapi terlambat, Shakira sudah melangkahkan kakinya pergi.

"Shakira!!" panggil Henry sedikit berteriak. Shakira mengabaikannya dan terus berjalan.

"Shit!" Henry mengumpati dirinya sendiri.

🍭🍭🍭

Regina
Yo, bisa ketemuan sebentar?

Satrio menaruh handuknya dibahu sofanya sembari membaca pesan itu. Kedua alisnya tertaut bingung. Untuk apa Regina meminta bertemu?

Ad ap?

Udh sore.

Ada sesuatu yang pengen gue omongin.
Sebentar aja please?
Gue tunggu di Cafe Kenangan ya!

Hm ok.

Gue siap" dulu.

Sesampainya Satrio di Cafe Kenangan. Regina sudah melambaikan tangannya mengkode agar Satrio tidak perlu susah-susah mencarinya.
Satrio berjalan mendekatinya kemudian duduk didepan cewek berbaju merah maroon panjang itu.

"Hai, Yo! Mau pesen apa? Gue pesenin deh," sambut Regina dengan senyuman lebarnya.

"Gak usah basa-basi. Sekarang lo omongin apa yang mau lo omongin. Gue sibuk." balas Satrio dingin. Melarikan tatapannya kemana saja agar tidak kearah Regina.

Regina tersenyum kecil. Lalu memegang punggung tangan Satrio yang berada diatas meja. "Gue mau pamit."

"Apa?" Satrio menoleh cepat.

"Iya. Gue mau pergi dari sini. Mungkin selamanya?"

"Jangan gila, Re. Lusa kita UN!" kata Satrio penuh penekanan. Tatapannya menajam.

"Gue tau. Tapi, ini udah jadi keputusan gue. Dan maaf, kalo selama ini gue suka nyakitin lo." aku Regina melirih. Walaupun Regina tidak berniat ikut menyakiti melainkan untuk melindungi Satrio tetap saja caranya salah. Ia paham betul bagaimana tersiksanya Satrio pada saat masa SMP itu.

Diasingkan, dibully dan dicaci layaknya sampah.

"Maaf, Yo. Maafin gue,"

Satrio menghembuskan nafas beratnya. Memang, ia memiliki trauma terhadap masa lalunya itu. Tetapi, ini bukan sesuatu yang harus selalu ia takuti.

"Gue brengsek!" bahu Regina bergetar kecil. Air matanya sudah meluruh ke pipinya.

"Lupain aja. Gue udah maafin lo, Re." Satrio menepuk-nepuk bahunya menangkannya. Jujur saja, Satrio tidak bisa melihat Regina seperti ini. Rasanya sesak sekali.

"Maafin gue, Yo." ulang Regina kesekian kalinya.

"Gak pa-pa. Sekarang lo berhenti nangis terus kita pulang ya?" tawar Satrio yang diangguki Regina pelan.

"Kak Satrio?" panggil seseorang itu tiba-tiba. Saat Satrio mendongak, matanya menangkap sosok Zihan yang berdiri didepannya itu.

"Ngapain lo disini?" tanya Satrio datar.

Zihan menggaruk keningnya gugup. "Eum ... Gimana ya? Boleh minta anterin pulang gak? Gue ... Gak ada duit buat naik ojol."

"Terus hubungannya sama gue apa?"

"Ya tolong anterin gue pulang dong sebagai Kakak kelas yang berbudiman. Gak boleh pelit-pelit sama Adek kelas!" cibir Zihan.

Satrio memutar bola matanya malas. "Gak. Pulang sendiri," lalu mengeluarkan selembar uang lima puluh ribuan diatas meja. "Tuh, pake."

"Ogah! Nanti digantinya pake bunga lagi. Tinggal anterin aja kenapa, sih?"

"Ck, ribet lo—"

"Udah, Yo. Anterin pulang aja. Gue bisa kok pulang sendiri." potong Regina cepat.

"Lo pulang sama gue, Re," kekeuh Satrio.

"Yah, terus gue gimana dong?" tanya Zihan kesal. Kenapa sih, Kakak kelasnya yang satu ini menyebalkan sekali? Kalau saja Ken mau menjemputnya dan uangnya pas untuk naik ojol. Ia juga malas meminta bantuan kepada Satrio.

Regina bangkit dari duduknya mengambil tas kecil yang berada dibelakangnya, lalu menepuk punggung tangan Satrio sekilas. "Gue pulang dulu ya, bye!"

Regina melemparkan senyuman manisnya kepada Zihan lalu melangkah pergi.

"Tuh, yaudah. Anterin!" seru Zihan.

Satrio menggeram kesal kemudian bangkit dari duduknya, mengejar Regina. "Pulang aja sendiri." balas Satrio.

Zihan menganga. Menatap kepergian Satrio dengan tatapan tidak percayanya. "Ngeselin ih!"

"Re!" Satrio memanggil Regina yang berada disebrang jalan Cafe. Regina menoleh. "Tunggu disitu!" intruksi Satrio.

Satrio berlari kecil menghampiri Regina tanpa menoleh ke kanan dan kekiri jalan. Tiba-tiba, sebuah mobil sport bewarna putih melaju dengan kecepatan tinggi dari arah kiri.

Regina membulatkan matanya. "Yo, awas!!!" teriak Regina.

Satrio yang tidak mengerti dengan maksud teriakan Regina menoleh kesamping. Lalu, didetik itu juga tubuhnya terdorong kesamping hingga jatuh terjembab aspal.

Brak!

Regina lah yang tertabrak mobil itu hingga terpental beberapa meter didepannya. Darah Satrio seperti tersedot habis menyaksikan Regina yang sudah tergeletak dengan bersimbah darah.

Dengan tubuh bergetar, Satrio menghampiri Regina. "Re ... Bangun," lirih Satrio.

"Yo?" Regina membuka matanya bersusah payah. "Gue sayang sama lo," lalu mata Regina tertutup kembali.

"Iya, gue juga, Re. Lo kuat Re, lo kuat." Satrio menggenggam erat tangan Regina. "WOY! TOLONGIN ANJING! JANGAN DIEM AJA!" teriak Satrio kesetanan kepada orang-orang yang hanya menyaksikannya dalam diam. Bukannya segera menghubungi pihak medis.

"Enggak, lo gak bakal kemana-mana. Gak bakal kemana-mana."

🍭🍭🍭




Maap kalo gaada feel. Gue langsung publish tanpa revisi soalnya. Hehehe.

Dan kayaknya, cerita ini bakal selese di chap 50. Biar gak terlalu banyak juga kan ಥ⌣ಥ

Eniwe, setelah cerita ini end. Aq maw rehat sebentar. Bukan hiatus dari dunia perwetped an. Pengen relaksasi diri aja gitu, sebelum bikin cerita series mereka sendiri. Bener-bener fokus sama merekanya. Gak kayak ini, scenenya harus terbagi-bagi wekawekaweka.

Jadiii, ditunggu aja wokeh.

Kalaw gtu q maw undur diri.

Bey-bey!!!

The Boys Secret [Selesai] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang