Shaka memindahkan lauk ayam bakar kedalam piringnya dalam diam. Mengabaikan kedua orang tuanya dan kedua saudaranya sedang bercengkrama sekedar membahas liburan akhir pekan nanti.
Mario Wiguna—Kakak Shaka yang biasanya pulang sekali dalam sebulan karena kuliah diluar kota kini turut hadir dalam acara makan malam.
Mariana—Ibunya menepuk kepala Shaka sebelum duduk disampingnya. "Makan yang banyak ya," kata Mariana yang diangguki singkat Shaka.
"Shaka, bagaimana perkembangan belajarmu disekolah?" tanya Irawan--Ayahnya.
Shaka menatapnya sekilas. "Baik." sebelum menyuapkan nasinya kedalam mulutnya.
"Shaka, kamu mau nambah Roll egg nya?" tawar Ibunya yang dijawab gelengan Shaka.
Semua orang yang berada diruang makan menghela nafas beratnya. Rasanya mereka sudah lelah menghadapi sifat Shaka yang sangat cuek ini.
"Ka, tadi gue beliin miniatur mobil Jeep kesukaan lo. Nanti gue ke kamar lo ya," Mario melemparkan senyum lebarnya pada Adiknya itu. Mario memang jarang dirumah tetapi ia terus mengikuti perkembangan Adik-adiknya terutama Shaka yang berubah 180° entah karena apa.
"Oke." balas Shaka singkat. Mario melirik kedua orang tuanya yang dibalas senyuman tipisnya.
"Rion mau ikutan juga! Nanti Rion bawa kaset Ps deh, ke kamar Bang Shaka. Kita main The Sims yaa!" Rion—Adiknya menimbrung.
Shaka mendelik. "Gak."
Rion cemberut sambil meminum es jeruknya. "Bang Shaka pelit ih," Protesnya.
"Biarin."
Diam-diam Irawan dan Mariana tersenyum melihat perubahan Shaka yang tidak sedingin biasanya. Meskipun masih terbilang cuek dan jutek, setidaknya sedikit-sedikit putra mereka itu mau menimpali perkataan kedua saudaranya itu.
"Ma, Pa, aku mau beli sepatu roda deh, kayak punyanya si Ica gitu. Dia tadi pamer ke aku tau. Nyebelin banget!" adu Rion.
"Ica? Maksudnya Rhica tetangga sebelah itu?" tanya Mariana.
Rion mengangguk sebal. "Iya dia! Norak!"
"Norak-norak lo pengen beli juga tuh sepatu. Apa bedanya lo sama dia, Yon?" Mario tertawa geli.
"Aku udah terlanjur bilang kalo aku bakal beli sepatu roda yang lebih bagus dari dia dan ada sayapnya. Pokoknya aku mau beli ya, Pa."
"Sayap-sayap, lo kata softex?" Mariana langsung memberikan pelototan tajam kepada Mario karena berkata tidak sopan meja makan. Mario cengengesan.
"Iya, besok Papa beliin. Mau berapa?" tanya Irawan.
Rion berpikir sebentar, lalu menekuk keempat jemarinya menyisakan satu jari. "Satu aja."
"Oke. Nanti Papa suruh Pak Dodo buat beliin sepatu kamu sekarang biar besok kamu udah bisa pamer ke Ica." ucap Papanya bercanda.
"Siap Jendral!" Rion memperagakan hormat kepada bendera pusaka.
Shaka tersenyum tipis melihat kehangatan keluarganya. Ternyata bercengkrama dengan mereka tidak seburuk itu.
🍭🍭🍭
"CHANDRA, SI MOMO BERAK DI ATAS LAPTOP KAMU, NIH!" pekik Mamanya kesal. Karena kucing belang putih itu suka seenaknya sendiri. Dibaikin malah ngelunjak.
Chandra yang baru saja mandi buru-buru menaruh handuknya pada nakas lalu berjalan mendekati laptopnya yang sudah ditaburi tai kucing belangnya itu.
"Astagfirullah," gumam Chandra dramatis
Meisya—Ibu Chandra menggelengkan kepalanya tak habis pikir. "Kamu ini! Sudah sering kali Mama bilang, buang si Momo-buang si Momo kamu masih aja deh. Dia kan jorok, Chandra. Semuanya diberakin!" omel Meisya pada putra tunggalnya itu.
Chandra menggeleng sedih. "Aku gak bisa buang Momo karena Momo itu belahan jiwa aku."
"Alah! Gak usah ngedangdut kamu. Buang tainya. Jijik! Sekali lagi Mama liat si Momo buat ulah, Mama gak segan-segan naruh di ke penampungan hewan. Dengar itu Chandra!" ucap Mamanya lalu pergi meninggalkan kamar Chandra.
Chandra menghela nafasnya, berjongkok sebentar mengelus bulu-bulu halus kucing yang sedang tertidur di keset itu sebelum membersihkan kotoran pada laptopnya.
"Momo kan aku udah siapin pasir diteras kok kamu masih aja sih, e'e sembarangan." gerutu Chandra yang tentu saja tidak dapat dimengerti kucing belang itu.
Momo menguap, matanya terbuka lalu menaiki meja berisikan laptop yang sedang ia bersihkan itu lalu mendusal-dusal tangan Chandra.
"Momo, turun! Nanti souvenir aku pecah." Chandra menurunkan Momo dari atas mejanya tetapi Momo balik lagi-balik lagi. Lalu kucing itu tak sengaja menyenggol sebuah kotak musik dari meja belajarnya yang membuat Chandra melotot kaget.
Astaga! Itu kotak musik yang diberikan Sakura saat ulang tahun ke-17 nya waktu itu.
Chandra segera berjongkok, memungut kotak musik yang tidak berbentuk lagi. Bahkan miniatur orang yang berdansa didalam kotak musik itu patah. Chandra menghela nafasnya, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Dengan berat hati, Chandra ikut memasukkan kotak musik tak berbentuk itu kedalam tong sampahnya.
Maaf Sakura.
🍭🍭🍭
Q kembali lage.Double up lagi kan!!
Pasti kelyan sangat bahagya sentausa.
Oiya gue mau kasih warn sama cerita gue ini.
Di cerita ini, gak ada badboy-badboy an. Mereka itu sekumpulan manusia softboy and goodboy yang sedang mencari arti hidup, cinta sejati dan jati diri jadi kalo kalian gak suka sama karakternya gak usah baca :(
Aq gpp kok.
Aq gak maksa.
Buat yang udah voment makasih banget!
Walaupun peminatnya masih belum banyak gue seneng banget ada yang baca cerita ini.
Okey, sampe ketemu besok bay!
😘
KAMU SEDANG MEMBACA
The Boys Secret [Selesai] ✔
Fiksi RemajaSiapa bilang kalau cowok gak punya rahasia? Start : 16 April 2020 End : 23 Agustus 2020 [Aku gak suka kalau ceritaku dicopas karena itu aku gak pernah copas cerita orang. Jadi, jika ada kesamaan tokoh atau hal-hal yang berkaitan itu bukan unsur dise...