46 - Pernyataan cinta Henry

3.6K 356 16
                                    

Satrio menyenderkan punggungnya pada tumpukan bantal yang dibantu oleh Satria. Lalu memandangi teman-temannya satu persatu yang masih berdiri mengelilinginya tanpa berniat mengobati luka-lukanya. Terutama, Henry. Luka dilengannya cukup serius, bahkan Dokter dan Suster terus mengajukan pengobatan untuknya dulu tetapi Henry menolak. Ia masih ingin tahu perkembangan keadaan Satrio saat ini.


"Gue udah gak pa-pa, Hen. Sana obatin luka lo dulu." suruh Satrio, mengendikkan dagunya kearah lengan Henry yang sobek.

"Seriusan?" tanya Henry sedikit berat hati kalau harus meninggalkan Satrio.

"Iya. Lagipula ini cuma luka ringan aja. Gak sakit sama sekali kok. Udah, mendingan kalian semua pada obatin dulu lukanya. Biar gak kayak orang abis dirajam gitu," gurau Satrio disertai kekehan kecilnya.

"Semangat, Yo. Dikit lagi lucu." cibir Chandra.

"Kampret lo, Chan!" balas Satrio.

"Halo everybody! Kembali lagi dengan Dedek gemas kesayangan kalian semua. Uhuy! Pasti kangen, 'kan? Kangen, 'kan??"

Bisa kalian tebak siapa pemilik suara ini?

Ya. Tentu saja tak lain dan tak bukan adalah Salwa.

Salwa—cewek ceriwis itu memasuki ruang rawat Satrio dengan ceria. Seolah tidak terjadi apa-apa. Padahal, belum ada dua jam cewek itu mengalami hal yang tidak mengenakan. Pipi cewek itu juga mengalami pembengkakan akibat tamparan yang dilayangkan Brian. Namun, masih bisa-bisanya memgumbar senyum lebarnya itu.

Dibelakang Salwa ada Shaka, Sakura, dan Shakira. Chandra pun yang melihat kedatangan Sakura sudah berlapang dada semisal Sakura mencaci-makinya karena perbuatannya itu. Apalagi saat Sakura menatap dirinya. Chandra dapat merasakan aura kesuraman disana.

"Udah kayak kena tumor lo, Ncel. Gede sebelah pipinya." ledek Caka.

Salwa memandangi Kakak kelasnya itu kesal. "Astagfirullah kamu ini durjana banget Opet. Setiap omongan itu mengandung doa loh, Kak Cak. Kak Caka doain aku kena tumor beneran?" balasnya.

"Lah, apaan sih? Gue bercanda doang kali." sahut Caka sewot

"Bodo amat!"

"Baperan lo."

"Gak denger, lagi tutup mata." Salwa menutup matanya seolah mengabaikan perkataan Caka barusan. Padahal, cara itu sama sekali tidak mempengaruhinya.

"Najisin banget deh, Ka, pacar lo." cibir Caka.

Shaka yang sekarang berdiri disamping Salwa mengendikkan bahunya tak acuh. Menurutnya, ia tidak perlu berkomentar diantara perdebatan mereka yang harus digaris bawahi 'sangat tidak penting'.

"Mampus dikacangin!" Salwa bersorak girang ketika Caka diabaikan kekasihnya itu.

"Language." tegur Shaka, melirik tajam Salwa yang kini tersenyum kaku.

"Maaf, maaf." ucap Salwa.

"Rasain!" giliran Caka yang balik menyoraki Salwa.

Salwa mengerucutkan bibirnya kedepan. Lalu beralih menatap Satrio secara keseluruhan. Ada perban yang melingkar dipahanya membuat Salwa merasa bersalah. Bagaimanapun juga ini semua salahnya. Andai saja Satrio tidak berusaha menyelamatkannya dari genggaman Brian pasti cowok itu tidak akan terluka.

"Maaf ya, Kak Yo. Gara-gara aku Kak Satrio jadi kayak gini." kata Salwa pelan.

Satrio tersenyum kecil. "Gue udah gak pa-pa, boncel. Udah, kangan nyalahin diri lo lagi ya. Lupain aja," jawabnya.

The Boys Secret [Selesai] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang