"Itu sempak siapa yang diiket ditiang bendera anjir!?" Ucap Henry jijik.
Satrio, Caka, dan Chandra cekikikan melihatnya. Berbeda dengan Shaka dan Satria yang hanya bisa menggelengkan kepalanya atas perkataan Henry.
"Warnanya pink cui!" Timpal Caka.
"Udah gitu lebar banget lagi itu karet sempaknya fix, punya emak-emak!" Chandra ikut menimpali.
"Astaga, gue ngakak gak berenti asli!" Tawa Satrio semakin menjadi.
"Chandra idiot!" Umpat Henry diiringi ketawa gelinya.
Balkon lantai 2 depan ruang musik selali dijadikan tempat mengumpul mereka untuk sekedar bergosip atau mendiskusikan sesuatu.
Tak jarang cewek-cewek penganut, pecinta Geng mereka—Geng ubin masjid yang awal mulanya dipelopori Caka itu mencari perhatian dengan melewati koridor itu. Sesekali, Caka, Henry dan Chandra menggoda cewek-cewek itu untuk kesenangan semata. Untuk Satrio, cowok polos berhati selembut pantat bayi itu hanya terkekeh kecil tak menimpali. Shaka dan Satria lebih memilih mengobrol tentang tim sepakbola yang mereka sukai. Selalu seperti itu.
Henry tiba-tiba memanggil guru berkepala plontos yang sedang mencak-mencak ditengah lapangan mencari pelakunya dari lantai 2.
"PAK KUBIL! ITU SEMPAK MAMANYA DIBAWA PULANG ATUH!" Sontak membuat murid-murid yang menyaksikannya tertawa geli. Pak Kubil menatapnya tajam dari bawah.
"HENRY! TURUN KAMU KURANG AJAR SEKALI!" teriak Pak Kubil dari bawah. Seketika Henry kicep lalu ngibrit entah kemana meninggalkan teman-temannya yang memasang wajah berbeda-beda.
"HENRY, JANGAN KABUR!" teriak Pak Kubil lagi.
"SAYA KEBELET PAK, MAU BEOL!"
"Goblok! Astaghfirullah kasar." Caka terus beristighfar menghadapi temannya yang memang memiliki otak separo itu.
"Aduh, itu temen siapa sih, ya ampun." Ucap Satrio tak tau lagi harus berkata apa.
"Udah, mending kita ke kelas." Potong Satria yang diangguki singkat Shaka.
"Yah, padahal masih mau liat cecan." Gerutu Caka.
Shaka mendengus malas menanggapi. Memang selain Henry, Caka—temannya ini sangat suka melihat cewek cantik. Bukan, bukannya Shaka tidak menyukai cewek dia masih normal. Tetapi, untuk sekarang ia tidak membutuhkan pacar untuk sekedar menjadi teman berbagi.
"Yaudah, yok!" Sahut Chandra.
Baru mereka ingin bergegas pergi, suara cewek yang memanggil nama Satria membuat langkah mereka terhenti. Dengan serempak mereka menengok kebelakang menatap si pelaku.
"Tunggu bentar dong!" Cewek itu mengatur nafasnya dan menatap anggota geng ubin masjid itu malu-malu lalu tatapannya terhenti pada Satria yang menatapnya penuh tanda tanya.
"Apa?" Tanya Satria.
"Eum ... Ini buat, Kakak," cewek itu menyodorkan sebuah cokelat Tobleron yang dihiasi pita putih diatasnya kepada Satria. Kedua alis satria mengernyit.
"Apa?"
Cewek itu menggaruk kepalanya karena respon Satria yang terbilang cuek dan datar membuat nyalinya menciut. Chandra dan Caka sudah bersiul-siul menggodanya yang membuat cewek itu malu.
"Gini ya, Kak Satria-nya aku dia ini—eh siapa nama lo?" Tanya Satrio menengahi.
"Sa-Salwa, Kak" jawab Salwa gugup.
"Nah, si Salwa ini mau ngasih cokelat buat lo." Satria mengangguk-angguk atas penjelasan Satrio tetapi tidak berniat untuk mengambil sodoran cokelat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Boys Secret [Selesai] ✔
Novela JuvenilSiapa bilang kalau cowok gak punya rahasia? Start : 16 April 2020 End : 23 Agustus 2020 [Aku gak suka kalau ceritaku dicopas karena itu aku gak pernah copas cerita orang. Jadi, jika ada kesamaan tokoh atau hal-hal yang berkaitan itu bukan unsur dise...