39 - Penderitaan

3.6K 354 11
                                    

"Kak Shaka? Hello? Astagfirullah, tungguin aku dong!!" sudah berkali-kali Salwa meneriaki nama Shaka. Tapi Shaka terus berjalan cepat seperti berusaha menghindarinya.

"Kak Shaka!!" pekik Salwa. Salwa berhenti mengejarnya sambil mengusap keningnya yang sudah dibanjiri peluh.

Salwa menatap punggung Shaka yang semakin jauh didepannya itu sebal. "Kak Shaka kenapa, sih? Daritadi nyuekin aku terus? Huh!" gerutunya.

"Yaudah lah, bodo amat!"

Salwa berbalik arah. Niatnya menuju kantin harus terhenti ketika tubuh jangkung Satria dengan kaos putih oblongnga itu berdiri menghalangi jalannya membuat Salwa harus menahan dirinya agar tidak menangis ditempat.

Sudah susah payah ia menghindari dan berusaha menjaga jaraknya dengan cowok ini. Namun, lagi-lagi harus gagal karena Satria mengacaukan semua rencananya.

Salwa menghela nafas beratnya, menatap Satria lelah. "Ada perlu apa, Kak?"

Satria tidak menjawab, melainkan menarik tangannya kearah studio musik yang kebetulan sedang sepi itu lalu menutup pintunya rapat.

"Kita harus bicara." ujar Satria serius. Sorot matanya terlihat tajam dan dingin.

Untuk menyembunyikan rasa takutnya, Salwa berdeham. "Yaudah bicara aja. Aku dengerin," jawab Salwa.

"Lo lebih seneng kalo kita saling gak perduli satu sama lain begini?" tanya Satria. "Hah? Maksudnya?" Salwa malah balik melemparkan pertanyaan.

"Gue tau lo ngerti."

"Aku beneran gak ngerti."

Satria berdecak. "Segampang itu lo dateng terus pergi?"

Salwa menggelengkan kepalanya, mundur satu langkah. "Kak Satria aneh. Aku semakin gak ngerti sama apa yang Kak Satria omongin."

"Lo yang aneh!" Bentak Satria tiba-tiba. "Seenaknya dateng ke hidup gue, ngacak-ngacak semua perasaan gue, dan pergi gitu aja tanpa mau mikirin perasaan gue. Lo pikir selama ini gue baik-baik aja? Enggak! Enggak Sal, enggak sama sekali." ungkap Satria, meledak-ledak.

"Kak Satria, cukup." Salwa menutup mulutnya menahan isakkan. Jangan diterusin, Kak. Jangan buat aku semakin jatuh untuk kesekian kalinya. "Cukup!" Salwa menatap Satria dengan genangan air mata yang membasahi pipinya.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Satria menarik tubuh mungil itu kedalam dekapannya. Menyalurkan semua kekalutan dihatinya. Tak lama sebuah suara isakkan terdengar.

"Maaf," bisik Satria.

🍭🍭🍭


Shaka berjalan mondar mandir didepan pintu kelasnya. Menghadirkan tatapan bingung keempat temannya itu.

"Ka, duduk napa. Jangan mondar-mandir gitu kek setrikaan." celetuk Caka.

"Tau lo. Emang lagi musingin apaan sih?" sahut Henry.

"Salwa. Dia lagi sama Satria." jawab Shaka terdengar khawatir.

Chandra mendengus. "Yaelah! Satria juga gak bakal ngapa-ngapain si boncel kali. Lemesin aja bray."

Shaka melirik Chandra tajam. "Bisa diem gak lo?"

"Mampus lo, Chan. Banyak gonggong si," Henry menertawakan Chandra yang memasang wajah masamnya.

"Gitu aja pake marah-marah. Dah lah, gue baper. Mau ke Eneng Sakura aja biar disayang-sayang. Lo semua kejam sama gue! Kita cerai!" kata Chandra lebay. Lalu beranjak pergi.

"Najisin amat temen lo, Yo." ucap Caka.

Satrio yang dari tadi diam menyimak, mendelik horor. "Gak kenal."

The Boys Secret [Selesai] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang