22 - Gurita

4K 422 39
                                    

"Ngapain lo?" tanya Shaka sinis.

"Ak-aku lagi nungguin Kak Elvan." jawab Salwa.

"Mau gatel lo ya?"

"Heh, sembarangan banget mulutnya. Aku mau daftar eskul tau!"

"Ck, udah nanti aja. Sekarang ikut gue."
Shaka menarik tangan cewek itu sampai berdiri dan membawanya entah kemana. Salwa berusah melepaskan tangan Shaka tetapi sia-sia tenaga cowok itu terlalu kuat sampai ia tidak bisa berkutik lagi.

Pasrah, Salwa mengikuti Shaka tanpa arah ini. Ia tidak tahu lagi kalau nanti Elvan mencarinya.

Langkah Shaka terhenti dikantin yang menimbulkan bisik-bisik para pengunjung kantin dari berbagai sudut. Terutama cewek-cewek yang notabennya menyukai Shaka, ia tak segan memberikan tatapan tajam pada Salwa seakan ingin membunuhnya sekarang juga.

Ah, jangan lupakan sosok Liza yang duduk dibangku kantin sembari memainkan rambut yang berganti warna menjadi cokelat terang pada bagian ujung rambut curly-nya juga tengah menatapnya dengan pandangan menyeramkan seperti tadi pagi.

Salwa mendengus kecil, merasa risih ditatap sedemikian rupa oleh fans garis keras Shaka ini terutama Liza.

"Kak, itu dayang-dayangnya natap aku serem banget. Bilangin dong, aku bukan pisang gitu." bisik Salwa sedikit mencibir.

Shaka mengernyit. Mengikuti arah tatapan adik kelasnya itu dan benar banyak pasang mata yang kini tengah menatap kearah mereka.

Tetapi ekpresi wajah Shaka berubah saat matanya tak sengaja bertemu dengan Liza yang kini melemparkan senyuman penuh arti padanya. Tentu itu bukan berarti baik.

Apa yang sedang Liza rencanakan? Pikir Shaka.

"Kak, kita caw aja yuk! Atut adek, Bang." Salwa menarik-narik seragam bagian lengannya. Shaka menatapnya sekilas lalu mengangguk.

"Kita beli diluar." lalu Shaka mengeratkan genggamannya pada Salwa hingga si empu merasakan detak jantungnya berubah abnormal.

Salwa menatap punggung Shaka dan genggaman tangan mereka dengan senyuman kecilnya. Entah kenapa, ia mulai merasa nyaman bersama Shaka.

🍭🍭🍭

"Eh, si Shaka bolos sama si boncel. Tumbenan bener mereka akur." celetuk Caka membuat teman-temannya memekik kaget tak terkecuali Satria yang tengah membaca buku persiapan Ujian terhenti, menatap temannya serius.

"Tau dari mana lu, nyet?" sahut Henry.

Caka menyenderkan punggungnya pada tembok pembatas kelasnya sebelum menjawab pertanyaan Henry.

"Apa sih yang gue gak tau? Cenel gue banyak! Dari sabang sampai kita bersama. Awh!" ucap Caka diakhiri gombalannnya.

"Bucin babi!" dengus Chandra. "Tapi, aneh aja sih, Shaka jadi mauan gitu. Lo pada tau kan, gimana tabiat Shaka?" tanya Chandra. Jujur, ia masih bingung bagaimana bisa Shaka mau berhubungan dengan Salwa--notabennya orang yang sempat Shaka benci itu.

Apa jangan-jangan Shaka menyukainya?

Chandra menggelengkan kepalanya membantah pikiran gilanya.

"Iya, gue juga ngamatinnya gitu. Dia sedikit berubah." Satrio ikut berkomentar.

"Ya gak apa-apa juga kali, nyet. Bagus Shaka masih normal demen sama perawan daripada sama batangan? Ribet juga kita nanti," sahut Henry.

Caka manggut-manggut. "Gue dukung ae lah, mau sama siapa kek si Shaka. Si boncel juga gak buruk-buruk amat."

The Boys Secret [Selesai] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang