14 - Rencana

4.7K 451 38
                                    

Dengan jaket jeans kebesarannya yang hampir menutupi rok abu-abu selututnya itu, Salwa berjalan mindik-mindik menuju kelasnya. Mengantisipasi keberadaan Shaka yang tiba-tiba muncul seperti jailangkung itu.

Rambut panjangnya yang biasa ia cepol juga dibiarkan terurai karena Salwa tidak sempat untuk sekedar mengambil kunciran pada meja riasnya karena pukul 5 teng, ia langsung segera mandi, berpakaian dan berangkat ke sekolah.

Salwa melirik arloji putih yang melingkar ditangannya. Baru menunjukan pukul 6 pagi.

Salwa mengusap dadanya lega saat pintu kelasnya sudah berada didepan mata. Saat ia ingin melangkah kedalam, sebuah tangan menahan bahunya. Salwa menahan nafas lalu dengan takut-takut ia menoleh ke belakang.

"Kak Satria?" panggilnya terkejut dan rasa leganya saat yang berdiri dihadapannya sekarang bukanlah sosok Shaka.

Kedua alis Satria terangkat. "Mau maling?"

"Eh? Enggak!" bantah Salwa cepat. Buset, ya kali Salwa ingin maling di sekolahnya lagi pula apa yang bisa ia ambil dari sini? Mangga didepan kelasnya yang hambar itu? Aduh skip deh.

Satria menarik tangannya dari bahu cewek itu, mengangguk lalu memasukkan kedua tangannya pada saku celana abu-abunya itu.

"Kirain."

Salwa tersenyum lebar. Semua perasaan kalutnya terganti dengan perasaan senang. Pujaan hatinya sudah berdiri didepannya dengan wajah tampannya itu. Belum lagi rambutnya basah-basah gemes dan wangi shampo mint menguar dari sana.

"Kak Satria lagi apa disini?" tanya Salwa gugup.

"Mau ngajakin lo pacaran."

Salwa dengan cepat menepis jawaban gila itu dari kepalanya.

"Nanti belajar." ucap Satria.

"Hah?" Salwa membeo. "Belajar apa?"

Satria mendengkus. "Menurut lo?"

"Oh, iya! Kita hari ini ada tutor ya. Sampe lupa aku!" Salwa menggaruk-garuk kepalanya malu.

"Pikun." kata Satria datar yang membuat Salwa semakin malu ditempatnya.

"Maklum, Kak. Namanya juga manusia tidak luput dari dosa dan lupa. Hehe,"

"Gue pamit dulu." Satria mengusap poni Salwa sekilas lalu membawa kakinya menuju lorong kelasnya.

Salwa memandang kepergian cowok itu dengan perasaan yang sudah tidak dapat terdefinisikan lalu menyentuh bekas usapan tangan besar Satria di poninya.

"Allahuma, pagi-pagi gue udah dibuat ambyar!" gumam Salwa.

🍭🍭🍭


"Eh, Valentine berapa hari lagi, dah?" tanya Chandra sambil menyenderkan tubuhnya pada dinding kelas.

Caka terbahak. "Valentine bukan budaya kita. Budaya kita tuh, cinta sama orang tapi gak pernah terbalaskan. Yhaa!!!"

"Anjing, nusuk banget!" Henry menggeplak-geplak belakang kepala Caka yang dibalas cubitan maut Caka. Terjadilah aksi saling menganiaya lagi. Shaka yang melihat dua kelakuan temannya itu hanya mendengkus tanpa mau memisahkan.

"Goblok hahaha. Ada lagi satu budaya kita." timpal Chandra, tersenyum misterius.

"Apaan tuh, Bang?" tanya Satrio kepo.

Chandra mencondongkan badannya seolah ini adalah berita yang sangat privasi. "Budayanya, udah saling sayang tapi gak punya hubungan. Jhaaaaaaa!!!!!" seru Chandra, tertawa ngakak sementara teman-temannya menatap Chandra datar.

The Boys Secret [Selesai] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang