13 - Sisi lain

5.3K 499 53
                                    

Warn: partnya puanjang!

🍭🍭🍭

Sepulangnya teman-teman mereka dari rumahnya. Shaka melangkahkan kakinya berniat menuju kamarnya tetapi niatnya harus terhenti saat ia tidak sengaja mendengar sebuah tangisan dari kamar Ibunya. Ragu tapi pasti Shaka mendekati kamarnya.

Jika kalian pikir Shaka akan masuk kedalam untuk menenangkan Ibunya yang menangis itu salah. Shaka lebih memilih untuk bersembunyi dibalik tembok untuk mendengarkan.

"Rion, Mama sudah tidak tahu lagi ingin menceritakannya kepada siapa. Kakakmu, Shaka, semakin hari semakin tidak bisa dijangkau. Mama merasa asing dengannya." ucap Ibunya kepada Rion Adiknya yang baru saja menginjak kelas 3 SMP itu.

Shaka terdiam menunggu percakapan selanjutnya.

"Mama gak usah khawatir ya, aku yakin Kak Shaka bisa balik kayak dulu lagi. Mungkin Kak Shaka saat ini sedang mencari jati dirinya. Jadi masih butuh ruang sendiri," balas Rion menenangkan.

Tangis Ibunya semakin berderai. Jantung Shaka seperti ditusuk-tusuk ribuan jarum yang tak kasat mata.

"Ini udah hampir tiga tahun, Rion! Apalagi nanti Kakakmu akan kuliah diluar negeri. Pasti dia akan semakin tak bisa dijangkau. Mama harus apa?"

Sebuah pertanyaan-pertanyaan mulai bermunculan dibenaknya. Apa pula maksudnya kuliah diluar negeri. Kenapa mereka harus membuat keputusan tanpa bertanya padanya? Bagaimanapun juga ini menyangkut akan masa depannya.

Kecewa atas kenyataan yang ia dengar, Shaka meninggalkan kamar Ibunya, mengambil kunci motornya lalu pergi begitu saja. Entah kemana tujuannya. Ia butuh waktu berpikir.

🍭🍭🍭


Tujuan yang Shaka pilih ternyata cafe dekat sekolahnya. Langit sudah gelap lampu-lampu kota sudah menerangi jalanan. Ia tidak tahu kenapa harus berhenti disini. Malas berpikir lagi, Shaka segera memasuki cafe namun matanya tak sengaja melihat siluet yang tak asing dimatanya sedang berdiri tak jauh dari pintu masuk sedang bermain ponsel.

Orang itu masih mengenakan seragam sekolahnya. Bahkan tasnya masih setia menggantung dibahunya. Senyuman penuh arti terbit dibibir Shaka. Daripada ia hanya duduk merenung didalam sana lebih baik ia menghampiri cewek itu untuk sekedar menggodanya.

"Ngapain?" tanya Shaka tepat disamping telinganya yang membuat si empu memekik terkejut dan menjaga jaraknya.

"Ih, ngagetin aja!" Salwa mengelus dadanya yang berdebar kaget lalu menatap si pelaku kesal.

"Kenapa sih, Kak Shaka harus disini? Ngikutin aku ya?" tuduhnya.

Kedua alis Shaka terangkat. "Kayak gak ada kerjaan aja." jawab Shaka santai. Cewek itu mendelik sinis lalu fokus lagi pada ponselnya. Kepo, Shaka melirik layar ponsel cewek itu yang menampilkan aplikasi ojek online-nya.

"Kenapa Ya Allah, ini Abang-abang ojol gak ada yang mau nerima aku. Perasaan muka aku udah secantik Ariana Grande. Apa mereka merasa insekyur kali ya nganter bidadari pulang?" gerutunya.

Kedua sudut bibir Shaka tertarik keatas. Ah, ternyata cewek ini sedang ingin mencari kendaraan untuk pulang.

"Mau bareng?" tawar Shaka yang langsung dihadiahi tatapan horor dari cewek ini.

"Hah?" mulutnya menganga lebar.

Shaka berdecak. "Mau bareng?" ulangnya kali ini lebih pelan dan lambat agar dapat dipahami.

"Bareng? Pulang bareng gitu? Kak Shaka mau anterin aku?"

Shaka mengangguk malas.

"Gak ada niat jahat, 'kan--maksudnya berniat mau jual aku gitu ke Om-om?"

The Boys Secret [Selesai] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang