Problem

8.4K 551 9
                                    

Seminggu lebih 3 hari, y/n sudah menyelesaikan semua kebutuhannya saat berada di Korea. Tinggal lusa ia akan berangkat meninggalkan negara kelahirannya itu.

Malamnya ia tak ikut makan malam bersama kedua orang tuanya. Y/n terlalu malas untuk bertemu dengan papanya. Hingga seseorang mengetuk pintu kamar miliknya.

"Siapa?"

"Ini bibi non, saya bawakan makan malam"

Y/n pun membukakan pintunya dan mendapati bibi sedang membawakan makanannya. Y/n menerimanya dan berterimakasih.

"Oh iya Bi, nanti kesini lagi jam 8 dan ambil piring kotornya akan aku taruh di depan pintu" ujar y/n.

"Siap non, kalau begitu saya pamit dulu" ujar bibi kemudian pergi kebawah untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Y/n memakan makan malamnya sambil menyaksikan acara televisi dari laptopnya. Dan sesekali membalas beberapa pesan yang masuk di ponselnya.

Hingga satu notifikasi yang membuat y/n menggenggam dengan erat ponselnya. Ia sama sekali tak peduli dengan isi pesan tersebut, dan memilih untuk memblokir nomor tersebut.

Sebelum jam 8 y/n sudah meletakkan piring kotornya di depan pintu kamar. Saat ia hendak masuk ke kamar, terdengar suara papanya dan mamanya serta suara seorang wanita lainnya. Karena penasaran y/n mengintip dari pembatas antar lantai 2 dan lantai 1.

Dapat dilihat ada seorang wanita yang sangat ia kenal, dan sangat ia benci dari 1 tahun lalu. Ia juga melihat mamanya yang menahan tangisnya serta papanya yang berada di anatar kedua wanita itu.

Y/n turun menuju mamanya berdiri, kedatangan y/n membuat semua terkejut atas kehadirannya.

"Ngapain kamu kesini?" Tanya y/n kepada wanita yang berada di seberangnya.

Wanita itu hanya diam dan menundukkan kepalanya. Y/n tersenyum sinis dan menatap tajam papanya.

"Ma, temenin aku ke taman belakang yuk. Aku mau cerita" ajak y/n sambil merengkuh bahu mamanya.

Karin pun mengangguk dan berjalan bersama y/n menuju taman belakang. Baru beberapa langkah berjalan y/n menghentikan langkahnya, yang membuat Karin ikut berhenti. Y/n membalikkan badannya dan menahan Karin untuk tak menengok kebelakang juga.

"Oh iya, tuan Ardi yang terhormat tolong bawa wanita murahan itu keluar dari rumah ini. Saya tak peduli anda siapa dan wanita itu siapa, yang saya pedulikan hanya perasaan mama saya" ucap y/n dengan sarkas, kemudian melanjutkan jalannya menuju taman belakang.

Sesampainya disana y/n menuntun Karin menuju kursi dan duduk disana. Awalnya hanya keheningan yang menyelimuti mereka. Dan akhirnya y/n membuka pembicaraan diantara mereka.

"Kenapa mama diam saja?" Tanya y/n sambil memandang lurus kedepan.

Karin hanya diam dan menundukkan kepalanya, ia akan sangat lemah saat berada di hadapan anaknya itu.

"Jangan menundukkan kepala dan jawab pertanyaan ku" ujar y/n sambil menahan emosinya.

Karin mengangkat kepalanya dan menghela napas panjang sambil menetralkan perasaan nya. Dan mulai berbicara.

"Untuk apa mama bertindak, toh ini hanya musibah saja, mama tahu papamu itu tak sengaja melakukannya" ujar Karin sambil meremas remas tangannya sendiri.

Y/n hanya tertawa pelan dan tersenyum sinis kemudian menghela napasnya kasar. Setelahnya ia berdiri sambil melirik kearah mamanya.

"Aku udah enggak tau lagi sama mama, terserah mama mau gimana. Dan aku pengen bilang lusa aku berangkat ke Korea, enggak usah nganter aku. Dan setelah 5 tahun disana aku akan pindah kewarganegaraan" ujar y/n kemudian berlalu pergi menuju kamarnya.

Karin membeku mendengar ucapan dari anaknya tersebut. Bukan masalah ia akan bekerja di luar negeri, tapi anaknya akan pindah kewarganegaraan dan pasti ia tak tahu kapan lagi bisa bertemu anaknya.

Karin akhirnya menangis dalam diam, ia bingung harus berbuat apa. Dan harus bagaimana menghadapi semua masalah yang ia hadapi.

Disisi lain Ardi dan wanita tersebut berada di halaman rumah. Mereka tampak sedikit bertengkar, dan saling berargumen tanpa menghasilkan sebuah solusi.

Dan diakhiri dengan sanga wanita yang pergi menggunakan mobilnya, sedangkan Ardi hanya merutuki kebodohannya. Ia yang membuat keluarga hancur tanpa tahu harus bagaimana ia membenahinya.

Ardi pun masuk dan melihat mata istrinya sedikit bengkak dan merah. Ardi menghampiri istrinya dan memegang kedua bahu sang istri.

"Kamu kenapa hm?" Tanya Ardi lembut.

Karin hanya menatap tepat di kedua bola mata milik Ardi. Dan detik kemudian ia menangis sesegukan. Ardi yang melihat hal itu memeluk sang istri dan memberikan ketenangan dalam pelukannya.

Karin memukul pelan dada bidang Ardi. Ia kecewa, marah, bingung, sedih, semua perasaan bercampur menjadi satu. Ardi hanya diam dan membiarkan Karin meluapkan perasaannya kepada dirinya. Ia tau Karin sekarang sedang lelah menghadapi semuanya.

TBC
Thx
Xoxoxo

Y/n Daily ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang