Father's successor

5K 393 1
                                    

Hari ini adalah hari Minggu, yang berarti y/n mendapatkan hari liburnya. Lebih tepatnya hari libur ke kantor. Pasalnya di rumah pun y/n tetap mengerjakan demo lagunya.

Tetapi bisa lebih santai dan ide banyak yang bermunculan. Karena terlalu asik mengerjakan, y/n tak menyadari bahwa waktu sudah menunjukkan waktunya makan siang.

Karena belum berbelanja bulanan, y/n memutuskan untuk mencari makanan di luar. Hari ini karena cuacanya sangat cerah, ia pun memutuskan untuk menaiki transportasi umum.

Sembari berjalan menuju halte terdekat, y/n sambil mendengarkan demo lagu yang baru jadi setengah tersebut. Dan sesekali menuangkan idenya di ponsel miliknya.

Sesampainya di halte ia pun langsung mematika demo lagunya dan mengganti dengan instrumental lagu terkenal.

Saat sudah melihat nomor bus yang ingin dinaiki, y/n berdiri dari duduknya. Setelah men-tap kartu ia pun duduk di dekat pintu keluar bus. Selama perjalanan y/n melihat sekelilingnya dan sesekali tersenyum.

Beberapa saat kemudia ia sudah sampai di tempat yang menjajakan berbagai makanan kaki lima. Ia menyusuri sepanjang jalan sambil memilih milih makanan apa yang ia inginkan.

Akhirnya y/n memutuskan untuk membeli tteokbokki dan kimbab. Saat antri y/n melihat seorang pria yang sangat ia kenal. Y/n terus memandanginya sampai ia tak sadar bahwa pesanannya sudah jadi.

"Ah maaf, berapa?" Tanya y/n ke penjual.

"Semuanya 5000 KRW" ucap si penjual.

Y/n pun mengeluarkan uang sebesar 10000 KRW. Saat menunggu kembalian ia kembali melihat kearah pria yang tak jauh darinya.

"Ini kembaliannya" ucap si penjual.

"Ah iya, terimakasih" ucap y/n sambil menundukkan kepalanya.

Y/n pun bergegas mendekati pria tersebut, tinggal beberapa langkah dari pria tersebut. Y/n bisa melihat wajah pria tersebut, ia sangat mengenali pria tersebut. Y/n memalingkan wajahnya supaya pria tersebut tidak mengenalinya.

'Sedang apa dia disini?" Batin y/n bertanya.

Dirasa sudah aman, y/n pun kembali melihat pri tersebut dan betapa terkejutnya. Papanya bersama wanita sialan itu. Iya, sedari tadi yang y/n lihat adalah papanya.

Y/n sangat terkejut, ia tak habis pikir. Bagaimana kejadian itu disebut dengan 'kecelakaan'. Buktinya saja mereka tampak bahagia satu sama lain.

Jika benar itu hanya sebuah 'kecelakaan' tidak mungkin mereka akan bertemu selain penghubung mereka. Dan lihatlah mereka hanya berdua berpegangan tangan.

Tanpa pikir panjang pun y/n memotret dan memvidio apa yang ia lihat. Setelah puas ia pun langsung pergi dari tempat itu. Ia tak mau menarik banyak perhatian, jadi ia cukup mencari bukti dan pergi.

"Sudah kuduga, ini bukanlah semata mata 'kecelakaan' semua ini adalah keinginan, dan semua ini adalah penghianatan" batin y/n dengan menggebu gebu.

Selama perjalanan pulang ia terus memberikan sumpah serapah kepada pria yang biasanya ia sebut papa. Namun, sekarang kata itu tak pantas disebutkan untuk dia. Nama yang pantas adalah 'pria bajingan'.

Sesampainya diapartement, ia ingin sekali untuk menelpon mamanya. Namun, ia tak tega untuk memberi tahu semuanya sekarang.

"Aku akan katakan besok" monolog y/n

***

Keesokan harinya seperti biasa ia pergi ke kantor pagi. Dan kembali bekerja mengerjakan demo lagu yang kemarin. Di tenga tengah mengerjakan, ponselnya berbunyi. Tentu saja y/n tau siapa yang menelpon.

"Ne Yohan ahjussi, ada apa?" Tanya y/n.

"Kau tau nomorku?"

"Ah itu hanya Yohan ahjussi dan eomma yang tau nomor ini"

"Oh begitu, sesuai janjiku kemarin, nanti saat makan siang ayo ke cafe dekat sini"

"Ne, akan kutunggu di lobi"

"Sip, sampai ketemu nanti"

Sambungan pun terputus, y/n pun melanjutkan pekerjaannya.

Skip

Jam makan siang sudah mulai, y/n pun mematikan komputer. Kemudian membawa tas kecilnya dan membawa iPad di tangannya.

Sembari menunggu Yohan, y/n mengotak Atik iPad nya. Dan tiba tiba sebuah suar mengejutkannya.

"Masih saja bekerja" ujar seorang pria.

"Ahjussi kau mengagetkanku, iya kalau tidak nanti pimpinan marah kepadaku" ujar y/n dan diakhir dengan kekehan.

"Yasudah ayo kita ke cafe yang berada di depan sana" ajak Yohan.

Mereka berdua pun berjalan menuju cafe sambil bercerita seputar pekerjaan. Sesampainya disana, mereka memesan makanan. Setelah selesai percakapan mereka berlanjut.

"Oh iya, kamu disini tinggal bersama siapa? Satahuku kau bukan asli Korea kan" tanya Yohan.

"Saya tinggal sendiri di apartement" ujar y/n.

"Wah kau harus berhati hati, tetap waspada dengan sekitar. Kau anak perempuan, kenapa eomma atau appamu tidak tinggal disini?" Tanya Yohan.

"Ah sebelum aku pindah ke sini ada masalah sedikit, jadi eomma di Indonesia dan appa entah dimana" ujar y/n yang teringat kejadian kemarin.

"Loh kok enggak tau appamu dimana?" Heran Yohan.

"Ya begitulah, ada aku dan appa ada perselisihan sedikit. Tapi lebih tepatnya suatu kejadian yang jelas jelas bahwa itu salah appa. Tapi eomma selalu mengucapka semua itu hanya 'kecelakaan', tapi aku yakin itu bukan hanya 'kecelakaan' " ujar y/n.

"Selesaikanlah masalahmu, aku tau itu berat untukmu. Tapi saranku selesaikan dengan kepala dingin jangan menggunakan nada tinggi" ujar Yohan menasehati.

"Ne terimakasih atas nasihatnya, sudah lama aku tak mendengarkan nasihat dari seorang appa. Tapi, sekarang digantikan dengan ahjussi" ujar y/n.

"Mulai sekarang kau bisa panggil aku appa" ujar Yohan.

"Ne"

Makanan pun sudah datang, mereka berdua makan dengan tenang. Beberapa saat kemudian mereka berdua sudah selesai. Mereka tak langsung kembali tetapi melanjutkan perbincangan.

"Apa melelahkan bekerja di SM?" Tanya Yohan kemudian menyesap kopinya.

"Ya begitulah, semua seperti pekerjaan komponis yang lain dilimpahkan kepada ku" keluh y/n.

"Bertahanlah, mereka memang begitu. Dulu saat aku masih junior, aku juga sepertimu selalu diberi pekerjaan yang menumpuk dengan deadline yang berdekatan. Tapi setelah 2 tahun sampai 3 tahun mereka akan meringankan pekerjaan kita. Terlebih lagi setiap lagu yang dibuat bisa melejit mungkin setahun kemudian mereka sudah meringkan beban pekerjaan" jelas Yohan seperti seorang ayah yang memiliki banyak pengalaman.

"Jadi tetap semangat, dan berjuang. Semua pasti ada penghargaan diakhir perjuangannya" lanjut Yohan.

"Ne terimakasih appa" ujar y/n yang diakhir dengan senyuman manis.

Yohan yang mendengar itu hanya tersenyum simpul seperti tersenyum dengan putrinya.

"Sudah lama aku tak dipanggil app" ujar Yohan.

"Memang anak appa kemana?" Tanya y/n.

"Anakku sudah dipanggil oleh Tuhan sebelum aku" ujar Yohan.

"Ah maaf, seharusnya aku tak bertanya" ujar y/n tak enak.

"Tak apa, ayo kita kembali jam makan siang sudah mau habis" ujar Yohan.

Kemudia mereka kembali ke kantor setelah membayar makanan. Y/n seperti merasakan kasih sayang seorang ayah dari Yohan. Ia bisa melupakan masalah yang ia punya untuk sekarang.

Ia berjanji sehabis ini ia akan menelpon mamanya untuk meminta maaf dan mengatakan semua yang dilakukan papanya di belakang mamanya.

TBC
Thx
Xoxoxo

Y/n Daily ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang