Zahra pov
Sudah sebulan aku kerja dan hari ini cukup melelahkan, mengingat jumlah pembeli kue di toko Mama Rere tak kunjung selesai sampai Maghrib. Biasanya toko akan tutup pada jam 8, dan sungguh untuk hari ini aku benar-benar kelelahan. Tapi itu semua tak urung membuat ku patah semangat, bahkan aku lebih semangat dalam bekerja untuk biaya kuliah nanti. Huh rasanya aku sungguh tak sabar ingin merasakan bangku kuliah
"Zahra, sudah selesai beres-beresnya?" tanya Mama Rere
"Bentar lagi Ma" jawab ku menampilkan senyum
"Kamu pasti kelelahan ya?"
"Tidak Ma, malah aku senang sekali" kata ku. Memang aku sangat senang bukan?
"Baiklah. Habis ini kamu mampir dulu ya ke rumah Mama" ajak Mama Rere, namun terdengar seperti perintah
"Nanti saja ya Ma, aku sudah ngantuk" sebenarnya aku tidak enak menolak Mama Rere, tapi aku sudah sangat lelah
"Hmm baiklah. Hati-hati di jalan ya sayang" Mama Rere mengusap kepala ku yang terbalut hijab merah maroon
"Siap Maa" ku angkat tangan membentuk seperti hormat bendera
"Udah selesai nih Ma beres-beresnya. Aku pulang ya Ma. Assalamu’alaikum" ku cium telapak tangannya
"Wa'alaikumussalam"
*****
Aku berjalan sendiri di sisi jalan. Langit sudah sangat gelap, sepertinya hujan akan turun.
"Huh dingin banget, mana sepi gini" aku berbicara sendiri
Biasanya banyak orang berlalu lalang, dan banyak pedagang minuman wedang jahe di sini, namun malam ini terlihat sangat sepi. Mereka sepertinya tahu bahwa hujan akan turun.
"Bismillah, lindungi aku Yaa Allah" tak lupa ku terus merapalkan do'a
Saat aku akan belok ke gang kecil yang sebentar lagi aku akan sampai ke kostan, aku mendengar seperti ada suara yang mengikuti ku dari belakang. Ku percepat ayunan kaki ku. Sungguh aku sangat takut saat ini.
"Huaaaa tolong!!" aku berteriak meminta tolong saat ada sebuah tangan yang menarik lengan ku
Namun sebelum orang mendengar teriakan ku, tiba-tiba aku merasa pandangan ku menjadi hitam. Aku tak tahu apa yang sedang terjadi kepadaku saat ini.
***
Ku kerjapkan mata berulang kali, melihat ke sekeliling ruangan yang terlihat asing bagi ku.
Ku bertanya di dalam hati 'Dimana aku?'
Saat ini aku benar-benar merasa takut. Tak ada seorang pun yang menemani ku.
Ketika aku melihat ke arah pintu yang membuat ku menengok karena terdengar suara pintu terbuka, aku sangat terkejut.
"Si.. Siapa kamu!?!" ku tegakkan badan ku
Tak hanya itu, aku langsung berdiri dan akan kabur dari tempat ini, namun sebelum terjadi, seseorang itu mengunci pintunya.
Ia berjalan terus menghampiri ku. Sementara aku hanya bisa memundurkan langkah, berusaha menghindar dari nya.
Ku tanya kembali
"Siapa kamu?"Langkah ku terhenti di ujung tembok kamar ini. Dan Lelaki itu semakin mendekat.
Bisa ku lihat lebih jelas, lelaki bertubuh jangkung dengan sorot mata yang tajam serta tubuh yang terlihat bahwa ia pria dewasa berumur 26 tahun.Tuhan... Aku sangat takut berada di tempat sepi hanya berdua dengan bukan mahrom ku.
Lelaki itu berhenti tepat 1 langkah di depan ku.
"Sudah cukup waktu satu bulan mu untuk bersenang-senang" ucap nya membuat ku heran
"Apa maksud mu?" ku tanya tak mengerti dengan ucapannya
"Besok kita akan menikah" ucap nya datar. Dan sungguh membuat ku sangat terkejut bukan main
"Apa-apaan kamu ini! Aku bahkan tidak mengenal mu!" Ucap ku penuh emosi
"Aku mau pulang!" ku akhir pembicaraan yang sangat aneh ini
"Mau kemana kamu? Pergi ke kostan lagi hah?!"
Tak ku gubris pertanyaannya. Yang aku mau saat ini hanyalah pulang ke kostan.
Untuk kesekian kalinya ia menarik lengan ku. Menahan ku untuk tidak pergi dari ruangan terkutuk ini.
"Sudah ku bilang aku mau pulang! Lepas! Kita bukan mahrom" ucap ku
"Tenang saja besok kita akan menjadi mahrom"
Apa katanya? Sungguh aku tidak sudi di persunting oleh lelaki tidak punya sopan santun ini
"Cih! Aku tidak sudi!" aku berusaha melepaskan cekalan yang sangat keras
"Kamu berani melawan heh?" matanya terlihat lebih tajam dari sebelumnya. Mungkin ia berusaha menakuti ku.
"Ngapain aku harus takut sama kamu heh? Yang aku takuti cukup Allah" jawab ku sarkas
"Oke" setelah menjawab itu, ia semakin menarik tubuh ku lebih mendekat. Aku memberontak, namun tenaga ku tak sebanding dengan nya.
Aku benci berada di posisi seperti ini"Mau lebih dari ini heh?" kini seringai nya ia tunjukan
"Lepas! Aku bilang lepas ya lepas!" aku semakin memberontak
Namun ia semakin membuat ku takut ketika tubuhku di dorong ke kasur.
"Kenapa heh? Takut? Tadi bilang hanya takut kepada Tuhan mu!"
Aku diam tak berkutik sedikit pun karena posisi ini
"Jadi sekarang bagaimana? Mau tetap menolak atau..??" tanya nya membuat ku merinding
"A.. Aku.."
"Bicara yang benar! Kamu tidak gagu kan?" dasar pria tak punya perasaan
"Beri saya alasan terlebih dahulu" pinta ku padanya.
💙Cirebon, 22 Mei 2020💙
Hayoo siapa yang penasaran?
Tetap pantau dan voment yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pain I Feel (Proses Revisi)
Teen FictionSebelum baca, Follow dulu lah. _________________________________________________________ ✨ Judul awal Luka 'Sudah terlalu lama aku merasa lelah. Hingga aku memilih untuk berhenti dari rasa yang membuat ku selalu terluka' ~Zahra 'Maaf jika aku tak...