Minggu-minggu ini aku di sibukan dengan pengayaan karena sebentar lagi akan Ujian Nasional, biasanya bel pulang sekolah jam 2 dan seluruh murid berhamburan untuk segera pulang, tapi tidak dengan kami yang duduk di bangku kelas 12.
"Ra beli makan yuk! Aku lapar nih," ajak Maya selepas sholat Dzuhur.
"Aku antar aja ya," jawab ku.
"Udahlah, nanti aku yang traktir kamu," ucap nya lagi.
"Aku gak lapar kok May," alibi ku.
"Pokoknya nggak ada penolakan!" ucapnya sambil menarik tanganku.
Sesampainya di kantin Maya menyuruh ku untuk menunggu di tempat yang sudah kami tempati.
"Hai Zahra!" sapa seseorang yang tiba-tiba duduk di hadapan ku.
"Eum, Hai juga," jawab ku kikuk.
"Kok sendiri si?" tanya Reno. Yah yang tiba-tiba duduk di hadapan ku ini adalah Reno.
"Enggak kok, aku sama Maya. Cuma tadi dia lagi pesan makanan," jawab ku.
"Nggak nyangka aja gitu kita bisa satu sekolah lagi," ucapnya tiba-tiba.
"Ya terus?!" kataku tak suka di ajak basa-basi.
"Inget nggak Ra?"
"Nggak!" sanggah ku saat Reno belum selesai berbicara.
"Makanya denger dulu, jangan ngegas mulu!"
"Waktu kelas.. Eum berapa ya? Bentar, bentar saya inget-inget lagi" monolognya
"Oh iya! Kelas 5!"
"Kamu pernah saya kunci di kamar mandi di jam terakhir karena guru nggak masuk," lanjutnya.
"Sampai bel pulang ternyata belum balik-balik, karena saya kasian saya buka lagi kuncinya. Hahaha lucu deh kalo inget kelakuan jaman SD," ucapnya
"Dan sekarang aku nggak nyangka, orang yang dulu jail banget bisa jadi ketua Osis," jawab ku
"Ya sekarang beda lagi, saya sekarang cool bukan jail,"
"Terserah!" kata ku tak memperdulikannya.
"Bagi nomornya dong," pinta Reno sambil menyodorkan hp miliknya.
"Buat apa?"
"Udah buru masukin nomornya," dengan terpaksa akupun mengetikkan nomor telepon ku
"Oke thanks ya Zahra," ucapnya kemudian pergi begitu saja.
Setelah itu Maya kembali dengan membawa 2 mangkuk Mie ayam.
"Nih, Zah," ucapnya sembari menyodorkan Mie Ayam yang tadi di bawa olehnya.
"Aku tuh selalu ngerepotin kamu tau nggak May!"
"Nggak,"
"Aku heran punya temen yang baik banget kayak kamu,"
"Alah B aja kali Zah,"
"Udah, buruan di makan," lanjutnya.
"Pak, minum nya 2 ya!" ucap Maya kepada penjual yang dekat dengan meja kami.
"Siap, Neng,"
Setelah selesai mengisi perut, kami kembali ke kelas karena sebentar lagi akan di mulai pembelajaran.
Tring.. Tring..
Bell berbunyi saat aku dan Maya baru saja duduk.
"Assalamu'alaikum, selamat siang! bagaimana, masih semangat?" tanya Bu Andin
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakaatuh, siang juga Bu,"
"Udah nggak semangat nih Bu, ngantuk banget," celetuk salah seorang murid.
"Sabar, sebentar lagi juga penderitaan kalian akan berakhir," jawab Bu Andin
"Ya sudah sekarang buka halaman selanjutnya," instruksi beliau kepada kami.
Tring.. Tring..
"Alhamdulillah," ucap syukur seluruh murid karena bell pulang telah berbunyi.
"Oke kita tutup dulu, pertemuan kita masih ada satu kali lagi, Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,"
"Baik Bu, wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakaatuh."
"Zah aku duluan ya," ucap Maya
"Oh iya hati-hati ya,"
"Nggak apa-apa kan Zah, aku duluan?" katanya terlihat khawatir.
"Ya nggak apa-apa lah, udah biasa juga hehe," jawab ku
"Yaudah kalau gitu duluan ya,"
Sudah 15 menit aku menunggu angkot. Namun, tidak ada satupun yang lewat, mungkin karena sudah terlalu sore dan cuaca juga terlihat akan turun hujan
"Yaa Allah, gimana ini aku pulang nya, mana angkot nggak lewat-lewat," ucap ku pada diri sendiri.
"Ayo naik!" terdengar seseorang yang mengajak ku, aku pun menengok ke sumber suara.
"Eh enggak deh makasih," tolakku.
"Udahlah, ini udah sore banget nggak bakal ada angkot lewat, di tambah mendung lagi," kata Reno.
"Buruan naik sebelum saya gas," lanjutnya
Dengan sangat terpaksa aku pun ikut bersama nya.
"Dasar cewek. Gengsi nya besar banget!" katanya yang sengaja di ucap dengan keras.
"Enak aja!" balas ku tak setuju.
"Buktinya tadi nolak, eh sekarang mau juga kan,"
"Terpaksa,"
"Cewek emang selalu benar," ucapnya, membuat aku tertawa pelan.
"Ketawa kan?"
"Sotoy!" jawabku dengan cuek.
"Dasar gengsi! " ledeknya.
"Nggak!"
"Rumah kamu masih sama kan?" tanyanya di tengah perjalanan.
"Iya," jawab ku singkat.
"Gimana kabar Bunda kamu yang dulu pernah ngomelin saya karena saya jail?" tanyanya
"In syaa allah, Bunda bahagia di sana," jawab ku sambil tersenyum sedih
"Maksudnya?" Reno bertanya dengan raut wajah heran.
"Bunda udah meninggal saat aku baru masuk SMA," Jawab ku
"Maaf ya, saya nggak tahu," ucapnya terdengar bersalah
"Nggak apa-apa kok," kata ku sambil tersenyum
"Eh, udah sampai nih,"
"Makasih ya,"
"Makasih doang nih?"
"Terus ngapain? Oh bayar ya?"
"Yaelah yakali saya ojek! Di tawarin masuk atau apa kek," katanya dengan kesal.
"Oh hehe, nanti aja deh kapan-kapan,"
"Lah dasar bocah," katanya
"Apa sih!"
"Udah masuk sana," titahnya
Aku pun masuk saat motor yang di kendarai Reno sudah tidak terlihat.
"Assalamu'alaikum" salam ku, tapi tak ada yang membalas meski di dalam sana ada Ayah, ibu dan adik tiri ku.
Aku pun terus berjalan memasuki kamar ku untuk membersihkan badan.💙Cirebon, 9 Januari 2020💙
Assalamu'alaikum
Ada yang kangen nggak nih??
Gimana sama kelanjutan nya? Masih belum kena ya feel nya? Tenang nanti aku bakal berusaha buat kalian jadi gregetVote dan commentnya dari kalian penting banget, biar aku makin semangat
Lanjut nanti ya..
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pain I Feel (Proses Revisi)
أدب المراهقينSebelum baca, Follow dulu lah. _________________________________________________________ ✨ Judul awal Luka 'Sudah terlalu lama aku merasa lelah. Hingga aku memilih untuk berhenti dari rasa yang membuat ku selalu terluka' ~Zahra 'Maaf jika aku tak...