Dua Puluh Dua

1.2K 50 0
                                    

Wanita itu..

"Astagfirullahal'adzim"
Dengan cepat aku berlari untuk menghampiri Wanita itu.

__________________________________

"Lepaskan!"

"Lepaskan Mbak Salsa!" Aku berteriak dengan jarak 5 meter dari Mbak Salsa

Kedua pria itu pun menengok ke arah ku. Mereka Menyunggingkan senyum membuat bulu kuduk ku bergidig

"Oh Oh Oh! Inikah yang dinamakan one get one?" seringai pria berperawakan besar dengan kumis yang memenuhi kulit di antara atas bibir dan bawah hidung.

"Hahahaha kau benar! Kita bagi saja atau mau bergantian?" timpal seorang pria satu lagi. Ia memiliki postur tubuh lebih kecil dari pria tadi. Namun keduanya memiliki seringai yang sama

Lelaki itu menghampiri ku, membuat ku melangkah mundur.

Ia tertawa. Tawa yang terdengar menyeramkan

"Baiklah aku mau wanita ini dulu" ucap pria berperawakan besar itu dengan tangan yang mencengkeram erat Mbak Salsa.

"Ma-maksud kalian apa?" aku sudah sangat ketakutan

"Hahaha rupanya kau masih polos ya!"

Apa maksudnya? Aku semakin tidak mengerti

"Lihat wanita ini?" matanya mengarah kepada Mbak Salsa

"Pakaian yang sangat terbuka membuat kami lapar melihatnya. Tapi dengan sombongnya ia jual mahal. Padahal begitu murahan. Cih!" Matanya menatap lapar

Mbak Salsa menangis. Ia terlihat lebih ketakutan daripada diriku

Aku menarik nafas, mencoba untuk terlihat berani.

"Lepaskan dia! Dia bukan wanita murahan seperti yang kalian pikirkan. Dia wanita yang sangat terjaga!"

Ucapan ku membuat kedua laki-laki itu tertawa keras. Menatap tak percaya ke arah ku.

"Kau percaya?" tanya pria berperawakan besar kepada pria satunya

"Tentu tidak. Hahaha"

"Tidak! Lepaskan aku!" Mbak Salsa berteriak, berusaha melepaskan cengkraman pria itu

"Berani kau?"

Plak

Aku melongo menyaksikan Mbak Salsa di tampar oleh seorang pria kasar.

Tak bisa di diamkan!
Aku berlari untuk melindungi Mbak Salsa.

Plak

Ku balas tamparan pria tadi

"Kau juga berani hem?" tangannya mengelus pipi yang berhasil aku tampar tadi

"Kenapa harus takut? Saya tidak pernah terima seorang wanita di perlakuan kasar seperti tadi!"

Plak

Pipi ku terasa perih. Pria itu menampar pipi ku sebelah kiri.

Plak

Mbak Salsa membeku di samping ku dengan kedua tangan yang menutup mulutnya. Menandakan ia terkejut

Belum hilang rasa sakit di pipi kiri ku, kini bertambah sakit lagi pipi kanan ku

Mata ku memanas. Tapi aku tidak boleh lemah. Bagaimanapun seorang perempuan itu sangatlah berharga. Aku tidak bisa diam saja di rendahkan.

"Tidak usah menunggu lama lagi Den!" ucap pria berperawakan lebih kecil

The Pain I Feel (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang