Dua Puluh Tiga

1.4K 49 0
                                    

Author Pov

"M-Mas" suara Salsa terdengar bergetar

Zahra meninggalkan Raihan dan Salsa

Ia lari dengan tergesa-gesa hingga ia terjatuh saat menaiki tangga ke tiga dari bawah. Penyebab lainnya mungkin karena air mata yang menghalangi penglihatannya.

"Kenapa sayang? Apa dia sangat membuat kamu terluka?" Raihan terlihat sangat khawatir kepada Salsa, hingga Zahra tak ia pedulikan

"Kamu yang kenapa Mas?" Nada bicara Salsa terdengar lebih tinggi satu oktaf sebelumnya

"Maksud kamu?" Raihan terlihat kebingungan

"Asal kamu tahu! Zahra yang selamatkan aku dari dua orang pria dengan tatapan lapar! Dia rela di tampar kanan kiri hanya untuk melindungi ku"

"Dan kamu kembali menampar dia. Aku sangat yakin, perih yang tadi masih belum hilang, dan di tambah lagi oleh mu Mas!"

"Kalau tidak ada dia, aku tidak tahu akan seperti apa Mas" isaknya pelan

Setelah mengatakan itu, Salsa meninggalkan Raihan dengan kecewa.

Raihan terdiam.
Ada rasa bersalah setelah menampar seseorang yang menyelamatkan istri tersayangnya.

Ia menjambak rambutnya. Sangat frustrasi.
Dengan gontai, ia berlari untuk menghampiri orang yang telah ia lukai.

***

Di lain tempat, Zahra duduk di pinggiran tempat tidurnya dengan terisak. Di pegangnya kedua pipi yang terasa memanas.
Ingin mengadu tapi tidak tahu kepada siapa ia akak mengadu.

Kecewa! Yang ia rasakan. Dengan ikhlas dan pengorbanan ia menolong Salsa, namun yang ia dapatkan yaitu tamparan dari suaminya.

Zahra bukanlah gadis yang kuat seperti di tokoh novel lain.
Ia gadis lemah dan rapuh yang berusaha untuk tetap tersenyum di hadapan semua orang.

Sebenarnya, ada hati yang memberontak ingin berteriak. Mengeluhkan segala rasa yang ia dapat. Namun ia tetap bertahan, berharap sebuah kebahagiaan datang. Jika kebahagiaan tidak datang juga, ia memilih untuk menghentikan rasa sesak itu.

Tok

Tok

Tok

Zahra terdasar saat ada yang mengetuk pintu kamarnya.

Ia berdiri, namun sebelumnya telah ia lap air matanya menggunakan telapak tangan.
Memperbaiki penampilannya agar tak terlihat kacau. Tak lupa juga ia menguatkan diri.

'Huh'

Di tariknya nafas untuk di buang kembali membuatnya sedikit lebih baik.

Cklek

Pintu terbuka dari dalam. Sempat ia melihat Raihan berdiri tegak di depan.

"Ada apa Mas?" Zahra menunduk

Raihan terdiam. Rasa bersalahnya kembali muncul

"Kamu_"

"Kenapa Mas? Masih kurang untuk menampar aku?" kini Zahra menatap lurus tanpa ekspresi.

Raihan melihat setiap inci wajah yang telah ia tampar. Tak ada air mata, namun terlihat jelas bahwa gadis di hadapannya meninggalkan bekas tangis. Hidungnya merah, mata merah dan kelopak mata membesar.

"Bukan itu"

"Lalu apa? Apa Mas? Kalau tidak ada lagi Mas bisa pergi"

"Maaf" akhirnya kata yang ingin Raihan ucapkan sedari tadi bisa meluncur sempurna

The Pain I Feel (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang