Tiga Puluh Empat

1.4K 44 0
                                    

Vote dulu sebelum membaca!!

Sudah beberapa hari belakangan ini Zahra merasa tidak enak badan, nafsu makannya pun berkurang, bahkan setiap pagi ia akan muntah-muntah.

Pagi ini Zahra, Raihan dan Salsa sarapan bersama dengan nasi goreng yang di buat oleh Salsa. Harumnya sangat menggiurkan bagi siapapun yang menciumnya. Namun, Zahra menahan mati-matian rasa mualnya karena aroma dari nasi goreng.

"Wanginya sangat menggiurkan, pasti rasanya sangat enak" goda Raihan kepada Salsa

"Cobain dulu Mas barangkali tidak enak"

"Semua masakan kamu tidak pernah di ragukan lagi"

Zahra hanya diam menyaksikan Raihan dan Salsa. Ia hanya terfokuskan kepada rasa mualnya. Dengan cepat Zahra memakan nasi goreng agar ia bisa cepat pergi karena jika terus berada di tempat ini, maka akan semakin membuatnya mual.

"Zahra kamu suka nasi gorengnya? Sampai begitu lahap makannya" tutur Salsa tertawa pelan

Zahra hanya mengangguk. Ia tidak bohong dengan rasanya yang sangat enak, namun ia juga tidak bisa menahan rasa mualnya.

"Kalau begitu tambah lagi ya" 

Tambah lagi? Zahra sukses di buat melotot dengan ucapan Salsa. Mana mungkin ia memakan lagi. Bahkan yang tadi saja sangat ingin di muntahkan.

Zahra menggeleng "Tidak Mbak, Zahra sudah kenyang. Lagian Zahra akan berangkat karena hari sudah semakin siang"

"Yah. Ya sudah deh" kata Salsa terdengar kecewa

"Mas, Mbak. Zahra pamit ke kamar dulu karena akan bersiap-siap" dengan segera Zahra berlari ke kamar

Hoek

Hoek

Hoek

Sesampainya di kamar, Zahra memuntahkan kembali makanan tadi. Perasaan Zahra menjadi tidak enak. Ia putuskan akan pergi ke apotek untuk membuktikan dugaannya benar atau salah.

"Kamu sakit?" tanya Raihan di dalam mobil. Semenjak Salsa pulang dari rumah sakit, Zahra akan selalu di antar oleh Raihan ketika akan pergi ke kampus. Semua itu Salsa yang memintanya

"Tidak Mas" jawab Zahra lemas

"Tapi muka kamu sangat pucat" ada nada khawatir dari ucapan Raihan. Namun Zahra menggeleng dengan lemah

"Baiklah, Kamu harus menjaga kesehatan" pesan Raihan yang di angguki oleh Zahra

"Ya sudah Zahra pamit ya Mas" pamit Zahra sambil mencium punggung tangan Raihan

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam"

***

"Zahra!" Maya melambaikan tangannya di seberang sana. Kemudian ia berlari ke arah Zahra

"Kamu kenapa?" tanya Maya dengan cemas karena Zahra terlihat sangat pucat

"Aku tidak tahu. Tapi belakangan ini aku sering mual dan muntah" tutur Zahra membuat pupil mata Maya membesar.

"Jangan bilang kamu--"

Dengan cepat Zahra menggeleng. Berharap apa yang di pikirkan oleh Maya dan juga dirinya itu salah.

"Sudah di tes?" Zahra menggeleng lemah

"Ya sudah nanti kita pergi ke apotek ya" kata Maya

The Pain I Feel (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang