Setelah akad nikah, aku akan di bawa oleh Raihan-Suami ku ke rumahnya. Aku kira tempat dimana aku di sekap dan melangsungkan akad tadi merupakan rumah suami ku, namun ternyata rumah itu milik kedua orang tuanya.
"Bu, Raihan pamit ya" katanya selepas mencium telapak tangan Ibu.
Dari sini aku tahu satu hal tentang suami ku, meski ia terlihat cuek dan bengis, namun dengan seorang yang amat di sayangi, akan menunjukkan sikap lemah lembut.
Tak sadar aku tersenyum menyaksikan pemandangan indah ini.
Aku jadi teringat Bunda. Jika Bunda masih bersama ku saat ini, pasti akan sangat bahagia melihat putri nya telah menikah, pasti ia akan sedih melepas putrinya kepada seorang laki-laki yang telah meminang ku.
Setetes air mata turun tanpa izin.
"Eh Zahra kenapa nangis?" Ibu Mila terlihat khawatir
"Ti-tidak Bu, aku hanya rindu Bunda" kata ku menundukkan kepala
"Sayang, sekarang Ibu kan sudah menjadi orang tua mu, anggap Ibu seperti Bunda yah" Ibu Mila menenangkan ku.
"Te-terimkasih bu"
Tanpa meminta izin darinya, aku menghamburkan tubuhku memeluk Ibu Mila. Hari ini cukup membuat ku merasa sedih dan bahagia secara bersamaan."Tidak usah berlebihan" ucap Suamiku
"Hus! Tidak boleh begitu Raihan. Kamu tidak tau rasanya kehilangan orang yang sangat kamu sayangi!" Ibu Mila membela ku
Sementara aku hanya diam tanpa melepas dari pelukan yang membuat ku terasa nyaman.Tanpa menjawab ucapan Ibu, Ia menarik ku dalam pelukan Ibu tanpa permisi.
Huh! Tidak punya perasaan!
"Raihan! Kamu ini tidak boleh kasar sama istri mu!" lagi lagi Ibu Mila memarahinya
"Bukan maksud Raihan seperti itu Bu. Raihan hanya ingin cepat kembali ke rumah"
Demi apapun aku takut tinggal satu rumah dengan lelaki. Meski ia telah resmi menjadi suami ku, tapi rasanya aku masih belum berani.
"A-apa aku tidak tinggal disini aja bersama Ibu?" ku beranikan diri untuk bertanya dengan menunduk. Sekarang aku telah mengubah kata saya menjadi aku di hadapan suami ku, agar tidak begitu formal.
"Kamu tidak ingat kalau sekarang kamu telah menjadi seorang istri!"
"Ta-tapi aku ingin bersama Ibu" jawab ku
"Seorang istri harus mengikuti perkataan suaminya" ia mencoba mengingatkan ku, meski sebenarnya aku tidak lupa hal itu.
"Tapi_"
"Sudah cepat ke mobil" perintah nya
"Ibu, aku pamit ya" ku cium telapak tangan Ibu.
Ia menarik tangan ku untuk segera memasuki mobil nya.
Meski aku sangat keberatan dengan hal ini, namun apa yang di katakan oleh suamiku memang benar, bahwa seorang istri harus nurut kepada suami.
"Rihan, Zahra hati-hati ya" Ibu tersenyum tulus kepada kami berdua.
Ku tengok ke belakang sambil membalas senyum Ibu
"Baik Bu"***
Kini aku bersama dengan suamiku di dalam mobil untuk menuju ke rumahnya.
Hening. Tak ada obrolan antara aku dan suami ku. Rasanya aku menjadi pasangan teraneh di dunia. Di saat pengantin lain akan saling bertukar cerita. Aku hanya terdiam tak tahu akan membicarakan apa.
"Kamu lapar tidak?" di tengah keheningan akhirnya ia memecahkan kesunyian.
"A-aku?"
Tanpa menjawab lagi, ia telah menghentikan mobil nya ke sebuah restoran.
"Cepat!"
Ku ikuti langkah nya. Langkah yang membawa ku terduduk di sebuah bangku di dekat pemandangan indah yang bisa di lihat dari dalam restoran ini.
"Pesan apa?" ia bertanya dengan ekspresi datar dan sangat singkat
"Nasi goreng sama jus jeruk saja"
Tak lama kemudian pesanan kami telah datang. Namun aku menatap heran makanan yang datang. Ia hanya memesan kopi.
"Mm-Mas tidak makan?" aku tak tahu harus memanggil ia dengan sebutan apa. Hingga aku memutuskan untuk memanggilnya 'mas'.
"Saya masih kenyang"
"Kalau begitu aku juga tidak mau makan" aku tak enak hati dengan nya. Di saat aku makan masa ia hanya menyaksikan saja.
"Cepat habiskan. Saya sudah lelah"
Tanpa menjawab nya, aku memakan makanan dalam diam dengan rasa malu karena sedari tadi ia memperhatikan aku sedang makan.
"Sudah Mas" kata ku setelah menghabiskan nadi goreng.
Setelah membayar pesanan, kami melakukan perjalanan kembali untuk sampai ke rumah Mas Raihan.
***
Kini kami telah sampai di sebuah rumah megah berwarna putih susu, dengan taman yang sangat luas.
Aku tak tahu mimpi apa bisa mendapatkan seorang suami yang kaya raya seperti Mas Raihan.
Ia membuyarkan lamunan ku mengenai rumah yang indah bak istana ini.
"Tidak usah katro" ucap nya enteng sekali.
"Ayo cepat masuk"
Ku ikuti langkah Mas Raihan, hingga aku di buat tercengang ketika baru saja memasuki rumah Mas Raihan. Seorang wanita berpakaian seksi yang tiba-tiba menghambur ke dalam pelukan Mas Raihan-Suamiku.
Ingat loh suamiku."Sayang kamu tega"
💙Cirebon, 02 Juni 2020💙
Nah loh wanita itu siapa ya?
Penasaran gak nih?
Pantau terus dan jangan lupa tinggalkan jejak serta komen nya ya
Terimakasih
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pain I Feel (Proses Revisi)
Ficção AdolescenteSebelum baca, Follow dulu lah. _________________________________________________________ ✨ Judul awal Luka 'Sudah terlalu lama aku merasa lelah. Hingga aku memilih untuk berhenti dari rasa yang membuat ku selalu terluka' ~Zahra 'Maaf jika aku tak...