Empat Puluh

1.8K 68 0
                                    

Vote!
Vote!
Vote!

Beri aku Vote👻

Aku dan Mas Raihan kembali ke rumah sore hari. Kami menghabiskan waktu cukup banyak hari ini.

"Kenapa?" tanya Mas Raihan saat aku baru saja duduk di dalam mobil.

"Kaki Zahra sedikit pegal" kata orang, ketika sedang mengandung maka kegiatan yang biasanya terasa mudah, menjadi lebih melelahkan.

Mas Raihan mendaratkan tangannya di atas kaki ku. Ia memijit pelan.

"Maaf, saya membuat kamu kelelahan"

Tatapan kami saling menyapa. Aku kini merasakan kehadiran figur seorang suami. Meski begitu, cinta Mas Raihan masih hanya untuk Mbak Salsa.

"Tidak apa-apa Mas. Aku malah senang"

***

Kami sampai di waktu yang sama dengan kedatangan Mbak Salsa.

"Assalamu'alaikum Mbak"

"Wa'alaikumussalam"

"Kalian habis jalan-jalan?" pertanyaan Mbak Salsa membuat ku merasa tak enak hati

"Tadi aku mengantar dia beli sesuatu" timpal Mas Raihan

"Bagaimana kabarnya Mbak?" tanya ku

"Alhamdulillah baik. Lagian Mbak juga pergi cuma satu hari" kekeh Mbak Salsa

"Sehari saja kamu pergi, buat aku rindu" rangkul Mas Raihan di atas pundak Mbak Salsa.

Aku tersenyum getir. Kembali di tampar oleh kenyataan. Posisi ku tak lebih dari Mbak Salsa dan aku harus kembali untuk bisa menerimanya.

"Ya sudah masuk yuk"

Bahkan Mas Raihan melupakan kehadiran ku. Aku masih berdiam diri, menatap Mas Raihan dan juga Mbak Salsa.

Aku membersihkan diri untuk menyegarkan tubuh. Seharian berada di luar membuat tubuh ku terasa lengket.

Cklek

Aku di kagetkan dengan kehadiran Mbak Salsa. Dengan segera aku menghampirinya.

"Ada apa Mbak?" tanpa menjawab, Mbak Salsa memeluk ku. Terdengar isak tangisnya

"Mbak kenapa?" aku menjadi khawatir karena kedatangan Mbak Salsa secara tiba-tiba memeluk ku sambil terisak

"Mbak seneng sekali"

"Mbak akan memiliki seorang anak kembali"

Apa mungkin Mbak Salsa juga sedang mengandung?

"Alhamdulillah Mbak. Berapa bulan kandungan Mbak?" tanya ku ikut senang. Namun Mbak Salsa menggeleng.

"Bukan. Bukan itu maksud Mbak" aku mengerenyit bingung. Bukankah tadi Mbak Salsa bilang akan memiliki seorang anak kembali?

"Lalu apa Mbak?"

Perlahan Mbak Salsa melepaskan pelukannya. Ia menaruh tangannya di atas perut ku. Di usapnya perut ku dengan pelan.

"Ini. Aku akan memiliki seorang anak dari rahim kamu"

Mata ku berbinar. Terharu dan juga bahagia. Ternyata Mbak Salsa menerima kehadiran calon buah hati ku.

"M-Mbak tidak marah?" Mbak Salsa menggeleng

"M-Mbak menerimanya?" ia mengangguk dengan sungguh-sungguh

"Terimakasih Mbak" hambur ku ke dalam pelukannya

The Pain I Feel (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang