Tiga Puluh Satu

1.3K 47 0
                                    

Zahra Pov

Aku terbangun saat mendengar suara adzan subuh yang menggema. Udara di pagi ini terasa sangat dingin.

Selesai melaksanakan Sholat Subuh, aku turun untuk memasak. Aku ingin membuat makanan untuk Mbak Salsa yang kemarin baru pulang dari rumah sakit.

Aku berjalan menelusuri lantai-lantai yang terasa menusuk telapak kaki.
Saat hendak sampai ke dapur, aku mendengar seseorang yang sedang memasak. Siapakah orang yang memasak subuh-subuh begini?

Aku melihat punggung kekar berlapis kaos putih yang sedang membuat sesuatu.

"M-Mas Raihan?" ternyata yang masak sepagi ini adalah Mas Raihan

Mas Raihan hanya menengok sebentar saat aku memanggilnya.

"Mas sedang apa sepagi ini?" tanya ku kepadanya

"Bisa kamu lihat sendiri" jawabnya begitu malas mendengar suara ku

Ku geser posisi ku mendekat kepada Mas Raihan untuk melihat apa yang sedang di masak olehnya.

Ternyata Mas Raihan sedang memasak bubur. Pasti untuk Mbak Salsa.

"Apa Mas perlu bantuan ku?" tanya ku hati-hati

"Tidak perlu. Salsa harus memakan makanan yang enak dan juga sehat" jawabnya seperti mengejek masakan yang biasa ku buat

Baiklah aku hanya diam memperhatikan Mas Raihan. Sebenarnya aku merasa sakit saat Mas Raihan berucap demikian.
Masakan ku memang tak seenak buatan Mbak Salsa.

Ku lihat Mas Raihan yang memasak dengan lihai. Mengiris sayuran dengan gesit. Ternyata Mas Raihan juga jago tentang masak memasak.

Tak ada suara yang keluar selain peralatan dapur yang tengah di gunakan oleh Mas Raihan.

Setelah beberapa waktu di lalui untuk memasak, akhirnya Mas Raihan selesai membuat bubur dengan sayur soup yang terlihat menggiurkan.

Aku tersenyum dengan fikiran ku sendiri.

'Mbak Salsa sangat beruntung'

"Saya sudah selesai. Kalau kamu mau sarapan, masak sendiri saja. Dan tidak perlu memasak untuk saya ataupun Salsa" Mas Raihan membuyarkan ku dari lamunan

Aku hanya mengangguk untuk menjawab ucapan Mas Raihan.

Tak lama setelah mengucapkan itu, Mas Raihan berlalu meninggalkan ku.

Pagi ini aku hanya akan membuat telur mata sapi, untuk ku makan sendiri.

Aku kembali ke kamar setelah selesai makan pagi. Saat melewati kamar Mas Raihan dan Mbak Salsa, aku melihat kedekatan mereka, karena pintu kamarnya terbuka. Mas Raihan yang sedang menyuapi Mbak Salsa dan Mbak Salsa yang terlihat sedikit lebih manja membuat ku iri. Ingin berada di posisi Mbak Salsa yang di perhatikan oleh suami sendiri dengan rasa cinta bukan rasa bersalah.

"Sudahlah Mas, aku sudah kenyang" ujar Mbak Salsa dengan wajah cemberut. Terlihat sangat imut

"Sedikit lagi ya sayang. Kamu harus banyak makan supaya cepat pulih" kata Mas Raihan dengan lembut dan senyum yang selalu di tampilkan

Tes

Kenapa air mata ku harus jatuh hanya karena melihat keromantisan mereka? Aku tidak ingin memiliki rasa iri dengki.

Tak ingin semakin membuat ku iri, aku memilih untuk pergi dari tempat ku berdiri.

Tuhan. Biarkan aku sekali saja menjadi Mbak Salsa.

***

Hari ini aku ada mata kuliah, membuat ku harus pergi ke kampus. Tak ingin terlambat, aku segera pergi setelah bersiap-siap.

The Pain I Feel (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang