--- Natasha Bleu's POV ---
"Seharusnya kau beristirahat selama seminggu."
"Aku pergi." Gumamku pada Hoodie. Aku mengabaikan Ryan dan naik ke lantai dua. Aku tahu mengabaikannya bukanlah jalan keluar dari masalah kami, tapi entah kenapa aku merasa takut. Ku rasa aku belum siap...
"Aku akan merawat lukamu." Tiba-tiba Ryan sudah berjalan disebelahku. Dia menarik tanganku dengan lembut dan hati-hati. Aku langsung marah dan menepis tangannya.
"Aku bisa merawat lukaku sendiri!" Bentakku. Ryan melirikku dengan wajah yang belum pernah dia tunjukkan sebelumnya. Wajahnya yang selalu tersenyum lembut terlihat marah padaku. Aku terkejut melihat ekspresinya.
Ryan kembali menarik tanganku dan aku mengikutinya tanpa berkata apa-apa.
"Masuklah dulu, aku akan meminta kotak obat pada Hoodie." Kata Ryan sambil melepas tanganku di depan kamar Jack. Aku masuk ke kamar Jack dan duduk di kasurnya. Aku merasa bingung, tidak biasanya dia menunjukkan ekspresi marah seperti itu.
Klek!
Aku menatap ke arah pintu dan mataku berpapasan dengannya. Aku langsung mengalihkan pandanganku ke lantai. Aku tidak tahu bagaimana harus menanggapinya.
Dalam diam Ryan merawat luka-luka yang ada di tanganku. Dia sangat berhati-hati dalam melakukannya, memastikan aku tidak akan kesakitan. Setelah itu, dia membuka perban yang melilit kepalaku dan membubuhkan obat pada lukaku. Aku sedikit mengernyit karena rasa perih yang ditimbulkan obat itu.
"Maaf." Ucapnya meminta maaf akan hal yang bukan kesalahannya. Aku melirik ke arahnya yang fokus merawat lukaku.
Sekilas aku tersenyum tipis. Meskipun bertahun-tahun tidak bertemu, perilakunya padaku tidak pernah berubah.
"Kenapa lukaku masih terbuka? Bukankah seharusnya lukaku sembuh dalam sehari?" Tanyaku yang masih menatap lantai.
"Sebenarnya luka luarmu sembuh dalam sehari seperti biasanya, tapi luka bagian dalammu terlalu parah jadi kalau terlalu banyak bergerak lukamu akan terbuka lagi." Jelas Ryan padaku. Aku tidak terbiasa mendengarnya menggunakan Bahasa German. Dia jadi tidak terasa lembut seperti sebelumnya.
"Di sini tidak ada obat dan peralatan yang sesuai untuk merawat luka dalammu, tapi dengan kemampuan penyembuhanmu, kau akan sembuh jika beristirahat selama seminggu penuh."
"Kenapa tidak mengambil dari rumah sakit saja? Seingatku di sini ada satu rumah sakit utama."
"Terlalu beresiko. Rumah sakit selalu aktif 24 jam. Kita pasti terlihat kalau mengambil obat-obatan dan peralatan dari sana."
"Kita hanya perlu membunuh mereka agar tidak terlihat." Gumamku.
'Di rumah sakit hanya ada pasien, perawat dan penjaga. Aku dan Ryan sudah cukup untuk membunuh orang-orang yang ada di rumah sakit. Meskipun kondisiku sekarang tidak baik, seharusnya aku masih bisa membunuh orang-orang itu...' Aku terlalu fokus dengan pikiranku hingga tidak menyadari Ryan yang berhenti merawat lukaku. Aku mendongak untuk melihat apa yang dia lakukan.
Ryan menatapku dengan wajah sedih yang bercampur dengan rasa kasihan. Seakan aku jadi menyedihkan... Karena aku sudah bukan Natasha Bleu yang manusia biasa.
"Berhenti menatapku seperti itu." Aku menggeram. Amarah mengalir di seluruh tubuhku.
"Aku hanya-"
"KELUAR!" Bentakku tanpa menatapnya.
"Dengarkan aku, Natasha. Aku-"
"Keluar..." Suaraku terdengar lirih dan lemah. Aku menundukkan kepalaku agar Ryan tidak melihat air mata yang mengalir di pipiku. Aku marah karena aku tidak ingin terlihat sedih. Sedih karena orang yang paling berarti bagiku tidak bisa menerimaku yang sesungguhnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertemu dengan Creepy Pasta [Creepypasta x Black Wolf] - Black Wolf Season II
FanfictionTiga tahun sudah berlalu sejak aku mendapat petunjuk dari laki-laki yang ku cari - Ryan. Tapi... sejak aku berada di German, kabar tentang Ryan menghilang begitu saja. Aku malah bertemu dengan pembunuh-pembunuh berantai yang tidak biasa. Sepertiku...