Distance | 3.1

79K 4.1K 149
                                    

⚠️Warning : Mature Content⚠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️Warning : Mature Content⚠️

Happy reading!

Aiden berjalan menuju salah satu cafe yang berada di seberang kantornya.

Beberapa pegawai kantor yang melihat terpekik pelan. Dan hal itu sudah berlangsung sejak pertama kali ia menginjakkan kaki di kantor Daddynya. Di tambah lagi pengumuman yang di buat Daddynya di kantor tentang dirinya.

"Perkenalkan putra sulungku, Aiden Deverson. Ia baru saja menyelesaikan kuliahnya di London, calon penerusku."

"Ada tambahan lainnya, Tuan?"

Aiden menggeleng pelan kemudian menyibukkan diri dengan ponselnya. Bukannya sombong atau apa, jika ia mengedarkan pandangannya pasti pegawai kantornya akan semakin berteriak heboh seperti yang sudah-sudah.

Setelah beberapa menit hanya membuka tutup aplikasi di ponselnya, pesanannya tiba. "Ini pesananmu, Tuan. Selamat menikmati."

Aiden berdehem pelan kemudian mulai menikmati vegetarian tacos pesanannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aiden berdehem pelan kemudian mulai menikmati vegetarian tacos pesanannya.

"Bahkan ketika makan ia masih terlihat sangat tampan!"

"Wajahnya benar-benar mirip dengan Mr. Matthew."

"Pria itu sangat panas."

Jujur saja, Aiden sebenarnya risih mendengar bisik-bisik mengenai dirinya itu. Sulit ia percaya ternyata keadaan di kantor dan mulut wanitanya tidak jauh dengan mulut wanita di sekolahnya dulu.

Bedanya adalah wanita kantoran yang terlihat lebih agressive, contohnya beberapa wanita bahkan berani pindah duduk menjadi didekat kaca karena keberadaan Aiden disana. Berbisik dengan suara keras tanpa tau malu.

Setelah menyelesaikan makan siangnya Aiden langsung kembali ke ruangannya. Mungkin ini akan menjadi hari terakhir ia menikmati makan siang di luar. Niat ingin merefresh otak malah menjadi suatu kesalahan karena wanita-wanita itu.

Setelah resmi menjadi pengganti Daddynya Aiden mungkin akan memperlakukan bawahannya dengan tegas. Mengatur ulang sistem kerja mereka dan juga cara mereka berpakaian. Tapi untuk sekarang, ia akan menyibukkan diri dengan dokumen-dokumen di hadapannya.

"Kau tidak ingin mengunjungi putriku?"

Aiden menoleh ke arah Jacob Kennedy yang kini sudah berada di hadapannya. Menjabat tangan pria paruh baya itu singkat sambil tersenyum tipis, "Aku hanya akan membuat konsentrasinya terpecah, Mr. Kennedy."

Jacob terkekeh kemudian mengangguk setuju, "Kau benar. Ia akan kembali dalam waktu dekat."

Aiden tersenyum tipis mendengarnya, kurang dari 6 bulan lagi Olivia sudah akan kembali ke Los Angeles. Tentu saja dengan pendidikannya yang telah ia selesaikan disana.

"Aiden, aku mengetahui semua tabiat burukmu selama ini. Bagaimana kau memperlakukan putriku, dan bagaimana sikapmu di belakang putriku. Gadis yang menjadi kekasihmu itu adalah putri semata wayangku, Olivia Kennedy."

"Jangan terlalu berani mempermainkan putriku karena aku bisa melawanmu kapan saja. Meski harus mengabaikan permintaan Olivia yang menyuruhku tutup mata soal sikapmu." lanjut Jacob menatap Aiden dengan tatapan tajamnya yang benar-benar mengintimidasi.

Putrinya itu terlalu bodoh dan polos karena jatuh cinta dengan pria brengsek seperti Aiden Deverson ini. Bahkan Olivia sudah mewanti-wanti dirinya agar tidak menyentuh Aiden sedikitpun.

"Aku harus menemui kolega bisnisku sekarang. Semoga kau mengerti apa maksudku." ucap Jacob meremas bahu Aiden singkat kemudian meninggalkan Aiden yang terdiam mendengar ucapan Jacob barusan.

Aiden merapihkan jas mahalnya yang ia rasa berantakan. Pria itu terlihat jauh lebih dewasa dan tampan tentunya. 6 bulan belajar soal bisnis dengan Daddynya, mengikuti setiap meeting dan pesta para pengusaha terkenal, membuat dirinya langsung semakin di kenal banyak orang. Terlebih oleh kolega bisnis Daddynya.

Pewaris tunggal perusahaan raksasa Deverson Company.

Jika kalian bertanya soal Julian, pria itu saat ini tengah di sibukkan dengan tahun terakhirnya di masa putih abu-abu. Setelahnya Aiden akan memaksa adiknya itu untuk kuliah bisnis yang akan membantunya mengurus perusahaan nantinya.

Aiden menatap ponselnya yang bergetar dan menampilkan id caller kekasihnya,

Olivia Kennedy is calling you..

"Aiden?"

"Ya, sayang?"

"Apa kau tidak bisa mengunjungiku ke Jepang? sebentar saja."

Aiden tertegun mendengar suara Olivia yang terdengar serak di seberang sana. Apa kekasihnya sakit?

"Olivia, kau baik-baik saja?"

"Ya, tentu saja. Aku hanya merindukanmu."

Aiden tersenyum tipis, "Jaga kesehatanmu, sayang. Kita akan bertemu di hari kelulusanmu nanti."

"Ya, Aiden. Aku selalu menunggu hari itu tiba."

Di seberang sana, Olivia meremas ponselnya usai mematikan sambungan telepon. Bersamaan dengan itu air matanya langsung terjatuh membasahi kedua pipinya.

Mendengar suara Aiden, membuat Olivia tau bahwa kekasihnya itu memang baik-baik saja di sana. Tapi Olivia? hatinya terluka melihat foto ciuman Aiden dengan wanita yang entah siapa di sebuah club malam.

Olivia benci ketika dirinya bahkan tidak mampu melampiaskan emosinya pada Aiden meski hanya lewat telepon. Justru kalimat laknat yang mengatakan soal rindu yang justru keluar dari bibirnya.

To : oliviakenndy@gmail.com
From : guesswhoisthis@gmail.com
Subject : I think you need to know this

comSubject : I think you need to know this

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- - -

kali ini spam comment untuk next part yah!
makin banyak commentnya, makin cepat aku update karena next part tinggal di revisi aja🥰

oh ya aku mau tanya dong teman-teman readers, untuk cerita teen dengan latar teman negara barat, kalian lebih nyaman dialognya lo-gue atau aku-kau (?)
di jawab yah!😚

see you!💗

Distance [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang