Distance | 2.7

81.4K 4.3K 81
                                    

⚠️Warning : Mature Content⚠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️Warning : Mature Content⚠️

Happy reading!

"Apa bukti-buktinya sudah cukup? Aku bukan ayah dari bayi itu." ucap Aiden menatap Matthew dan Brianna, kemudian menatap Hannah tajam dengan senyum kemenangan yang terpantri di wajah tampannya.

Aiden tidak tanggung-tanggung ketika mengungkap kebenaran dan bukti yang telah ia punya, dengan projektor yang berada di ruang keluarganya ia memutar semua bukti yang sudah berada di flashdisk yang telah di siapkan oleh Carter.

Hannah masih menunduk tanpa mau menatapnya, sedangkan ibu wanita itu, Maria, menangis sambil bersimpuh pada Brianna yang tanpa wanita itu sendiri sadari telah menghela nafas lega. Ia tidak siap putra sulungnya menjadi seorang ayah di usia yang masih sangat muda.

"Jangan seperti ini, Maria." ucap Brianna meraih tubuh maidnya agar tidak bersimpuh di kakinya, Brianna mengusap lembut bahu ringkih Maria seolah menguatkannya.

"Maafkan saya, Nyonya." ucap wanita itu kembali menangis. Merasa malu dengan sosok Brianna yang masih baik padanya, padahal saat itu tanpa berpikir dua kali ia langsung mendatangi Brianna dan mengadukan kelakukan Aiden padanya dengan lancang.

Menuduh putra sulung Deverson itu dengan tuduhan kotor yang tidak ia pikirkan sebelumnya.

"Tidak masalah, Maria. Aku mengerti perasaanmu saat itu."

Maria mengangguk pelan kemudian undur diri dari ruang tengah mansion dengan Hannah yang mengekor di belakangnya sambil menunduk tanpa kata.

"Terima kasih, sayang." ucap Brianna memeluk tubuh tegap Aiden erat, ia yakin putranya tidak mungkin bertindak bodoh dengan menghamili wanita di usianya yang masih muda.

"Sorry, Mommy." ucap Aiden mengusap sisa air mata di wajah cantik Brianna dengan tangan besarnya.

"Kehidupanmu penuh dengan drama." sinis Julian yang sejak tadi diam kemudian beranjak menuju kamarnya dengan wajah malas yang tidak ia tutup-tutupi sama sekali.

"Daddy masih ingin mengirimku ke London?" tanya Aiden menatap Matthew yang masih diam dengan kedua tangan di saku celananya,

"Tentu saja. Pewaris Deverson harus mendapatkan pendidikan yang terbaik sebelum memimpin perusahaan."

- - -

Olivia menuruni anak tangga di mansionnya dengan cepat ketika Aiden tiba-tiba mengatakan bahwa dirinya sudah berada di ruang tamu mansionnya. Padahal tadi Olivia sudah berada di alam mimpinya, tapi karna ini adalah Aiden, tentu saja ia akan menunda tidurnya.

Ia bahkan tidak sempat mencuci wajahnya sebelum bertemu Aiden karena terlalu excited. Ini pertama kalinya Aiden mendatangi mansionnya secara tiba-tiba.

"Aiden," panggil Olivia ragu melihat Aiden yang tengah menyenderkan tubuhnya di sofa dengan mata terpejam. Pria itu terlihat lelah.

Dengan langkah lebar Aiden langsung mendekati Olivia dan mencium wanita itu dengan tergesa-gesa, tubuh Olivia bahkan mundur beberapa langkah hingga punggungnya menabrak tembok.

"Ada apa, hm?" tanya Olivia lembut masih dengan nafas terengah karena ciuman mereka tadi.

Aiden masih diam namun pria terus menatap Olivia dengan tatapan mengintimidasinya. Gaun tidur yang saat ini di gunakan wanita itu sedikit mengganggunya. Apa Olivia terbiasa menggunakan kain tipis itu? Ya meskipun mansionnya sangat sepi pada malam hari, tapi tetap saja Aiden tidak suka.

 Apa Olivia terbiasa menggunakan kain tipis itu? Ya meskipun mansionnya sangat sepi pada malam hari, tapi tetap saja Aiden tidak suka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aiden, apa kau baik-baik saja?"

"Apa kau memang selalu seperti ini?" Wajah cantik Olivia terlihat bingung dengan ucapan Aiden barusan, seperti ini apa maksudnya?

"Menyambut orang lain dengan pakaian tipis mu itu." jelas Aiden datar

"Wha–what? Aiden, apa kau lupa? ini LA. Menggunakan lingerie seperti ini bukan hal aneh." ucap Olivia bingung, jaia benar-benar tidak bisa menebak kemana arah pikiran pria itu.

"Jadi kau terbiasa melakukan hal itu?"

"Aiden! Apa sebenarnya maksudmu? Otakku bahkan tidak bisa–"

"Eenghhh.."

Suara nyaring Olivia berganti dengan desahan ketika Aiden langsung menyerang lehernya dengan ciuman dan hisapan sensual yang kasar, tangan besar pria itu bahkan saat ini sibuk meremas-remas gundukan kenyal milik Olivia tanpa henti.

- - -

serius aku merasa di kejar sama kalian karna votes sudah 100+ less than 12 hours!😭❤️ langsung buru-buru ngetik ini dan revisi singkat, karena aku suka kepikiran anaknya guys🤣

150+ votes for the next chapter yah! aku mau siapin next chapter dulu start from today✊🏽✨

see you!💗

Distance [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang