Distance | 3.7

79K 4K 109
                                    

⚠️Warning : Mature Content⚠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️Warning : Mature Content⚠️

Happy reading!

Aiden mengernyit melihat sosok Olivia yang berjalan pelan ke arahnya. Dengan cepat ia menginjak sebatang rokok yang baru ia nyalakan kemudian menyentuh tangan Olivia yang terasa dingin. Aiden kemudian merubah genggaman tangannya tadi menjadi rengkuhan hangat di pinggang kekasihnya.

Olivia menyenderkan kepalanya pada dada bidang Aiden kemudian memeluk leher pria itu manja. "Kau baik-baik saja?" tanya Aiden mengusap lengan Olivia lembut. Apa kekasihnya terlalu banyak minum dan mulai mabuk?

"Aiden!" panggil Benjamin yang mengarahkan ponsel dengan flash menyala ke arahnya. Mata tajam Aiden menatap temannya itu kemudian memaki dalam hati karena Benjamin mengambil gambarnya di saat yang tidak tepat.

 Mata tajam Aiden menatap temannya itu kemudian memaki dalam hati karena Benjamin mengambil gambarnya di saat yang tidak tepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku akan mengirimkannya padamu." ucap Benjamin tersenyum bodoh kemudian meninggalkan Aiden begitu saja. Sangat tidak bisa membaca situasi.

"Sayang?"

"Aku ingin pulang." ucap Olivia menjauhkan tubuhnya dari tubuh Aiden. "Tapi aku—"

"Aku akan pulang sendiri kalau begitu." ucap Olivia mengetahui penolakan yang akan di lontarkan kekasihnya. Aiden mendelik menatapnya kemudian menggeleng dengan cepat.

"Tidak. Kita bisa pulang sekarang." ujarnya meraih memegang tangan Olivia erat.

Setelah mengatakan kondisi Olivia yang tidak baik-baik saja dan berpamitan, Aiden langsung menarik tangan Olivia menuju mobilnya dengan lembut. Mengabaikan Hannah yang melempar senyum manis ke arahnya.

"Kau benar baik-baik saja 'kan?" tanya Aiden menyalakan lampu di mobilnya yang sudah menyala kemudian menatap wajah kekasihnya intens.

Selama beberapa detik Olivia masih diam dengan pandangan ke depan dan terlihat beberapa kali menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan kasar. Aiden tersentak ketika kekasihnya menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

"Apa Hannah pernah hamil anakmu?"

Hannah sialan. Ingatkan Aiden menghabiskan Hannah nanti karena berani membuat Olivia berasumsi negative soal dirinya padahal Hannah tau hal itu tidak benar.

"Apa yang kau katakan, sayang?" tanya Aiden mencium punggung tangan Olivia lembut, "Jawab saja." desak Olivia menatap Aiden serius sebelum mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Ingatannya kembali terlempar pada kejadian satu tahun yang lalu. Soal pesan yang tiba-tiba masuk di ponselnya dan berisi gambar Aiden tengah berciuman panas dengan seorang wanita di London.

Olivia benci harus berasumsi negative tapi semua tingkah Aiden selama ini justru mendorongnya untuk harus berpikiran negative soal kekasihnya itu. Aiden kuliah di London selama 3 tahun dan London adalah negara cukup bebas seperti LA. Mengertikan kan ke arah mana pikiran Olivia?

"Sayang, kau percaya pada ucapan wanita itu?" tanya Aiden menatap Olivia dengan tatapan tajamnya.

"Hannah—"

"Ya! Kenapa aku harus tidak percaya padanya!?" teriak Olivia menatap Aiden tajam dengan air mata yang mulai berlomba-lomba membanjiri kedua pipinya. Aiden terdiam mendengar suara keras kekasihnya, apa Olivia meragukan dirinya?

"Wanita itu— Hannah.. tidak mungkin mengatakan hal semacam itu secara acak." lirih Olivia meremas tangan Aiden yang masih memegang tangannya dengan kedua mata memerah.

"Olivia, kau terlalu banyak minum. Kau—"

"No, I'm not! I'm not drunk or anything."

"Aku sadar sepenuhnya ketika Hannah mengatakan hal itu. Jawab saja." potong Olivia dengan suara yang memelan. Dan Aiden benci melihat wanitanya menangis karena dirinya.

"Aku akan menjelaskannya besok."

"Aku mau sekarang!" teriak Olivia keras

"Wajahmu pucat, Olivia!" bentak Aiden keras sambil menatap kekasihnya tajam. Meremas kedua bahu Olivia pelan kemudian menatap wanitanya lembut,

"Kesehatanmu lebih penting di bandingkan apa yang wanita itu katakan."

Olivia menelan salivanya kasar kemudian mengangguk pelan. Melepaskan kedua tangan Aiden yang berada di bahunya kemudian menyenderkan tubuhnya lelah. Pening di kepala belum sepenuhnya hilang dan perutnya kembali terasa sakit.

"Kita pulang dan besok kau akan mendapatkan jawabannya. Okay?" ucap Aiden mencium sudut bibir pucat Olivia kemudian mulai melajukan mobilnya menuju mansionnya.

"Kau baik-baik saja kan?" tanya Aiden sekali lagi sambil berniat menyentuh tangan Olivia yang bergerak menutup mulutnya. Dengan cepat Aiden menepikan mobilnya dan Olivia langsung keluar memuntahkan isi perutnya. Hanya cairan.

"Kita ke rumah sakit."

- - -

- NEW STORY -

menurut kalian aku publish Atelophobia kapan? comment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

menurut kalian aku publish Atelophobia kapan? comment

noted : Atelophobia tidak akan mengganggu jadwal update cerita lain yah. don't worry🌈✨

see you!💗

Distance [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang