Distance | 1.3

88.4K 4.9K 51
                                    

⚠️Warning : Adult Content⚠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️Warning : Adult Content⚠️

Happy reading!

"Astaga, Olivia! Aku sudah berpikir tidak akan melihatmu pagi ini."

Tiba-tiba Natalie menyentuh wajahnya dengan wajah lega yang terlihat tidak di buat-buat. Ada apa dengan temannya ini?

"Aku tidak bisa membayangkan jika Dylan yang memenangkan balapan kemarin." celoteh Natalie bergidik dengan pemikirannya sendiri

"Apa maksudmu, Nat?" tanya Olivia bingung, "What? Jadi kau tidak tau jika kemarin kau menjadi bahan taruhan Aiden dan Dylan?"

"Untungnya Aidenmu itu sudah sangat terlatih dalam hal balapan. Jadi—"

Olivia tak lagi mendengarkan semua ucapan Natalie yang tengah membahas Aiden, entah apa maksudnya. Otaknya tiba-tiba menjadi lambat ketika membahas Aiden pagi-pagi begini, tapi jika Olivia tidak salah, hubungannya dengan Aiden baik-baik saja usai pulang dari rumah pria itu kemarin.

Mereka bahkan tidak terlibat perbincangan serius tadi malam. Aiden mengantarnya pulang, menciumnya, lalu mengatakan akan berkumpul dengan teman-temannya ketika Olivia menawarinya untuk mampir.

Apa berkumpul dengan teman-teman yang di maksud Aiden adalah balapan seperti yang di katakan Natalie? Sebenarnya Olivia bisa saja tenang mendengar Aiden yang katanya memenangkan balapan, itu bukan hal asing untuknya. Jangan lupakan bahwa Olivia adalah secret admirer Aiden selama ini.

Tapi dirinya sebagai hadiah? Olivia sulit mempercayai itu. Dirinya sudah seperti tokoh dalam novel yang harga dirinya di samakan dengan sebuah motor atau mobil murahan. Semuanya nampak rumit dan berantakan di otaknya, bagaimana jika itu hanya akal-akalan Benjamin yang berbohong pada Natalie?

Ia akan menemui Aiden dan menanyakan soal balapan itu langsung nanti.

- - -

Teman-teman Aiden tengah berkumpul di parkiran sekolah sambil duduk di motor masing-masing, mereka terlihat membicarakan sesuatu yang serius. Dan Olivia ragu untuk mendekati salah satu dari mereka untuk menanyakan keberadaan Aiden.

"Ekhm, Carter?"

Pria yang merasa namanya di panggil langsung menoleh ke arah sumber suara dengan alis terangkat,

"Apa kau tau dimana Aiden?"

Usai menanyakan hal itu beberapa siulan menggoda dari teman-teman Aiden langsung menyergap gendang telinganya, Olivia sangat malu saat ini. Tidak sedikit siswa yang akan pulang menatap ke arahnya ingin tau.

"Kau sudah merindukan si brengsek itu, Olivia?" tanya Logan menggodanya, sedangkan Olivia memilih untuk tidak peduli dan menatap Carter menanti jawaban pria itu.

"Aidenmu tadi pulang lebih awal karena tidak enak badan. Ingin ikut dengan kami ke apartmentnya?"

Olivia terlihat berpikir beberapa detik sebelum akhirnya mengangguk ragu, "Aku akan menyusul kalian nanti." ucap wanita itu sebelum melangkah ke arah mobilnya. Ia akan membawakan Aiden buah-buah dan makanan.

Carter menaikkan bahunya kemudian langsung meninggalkan parkiran sekolah dengan motor besarnya, parkiran sekolah sangat berisik karena puluhan motor teman-teman Aiden yang berlomba-lomba meninggalkan sekolah.

Diam-diam Olivia yang melihatnya justru merindukan Aiden. Biasanya Aiden dengan motor miliknya akan berada di depan sebagai seorang pemimpin.

Olivia menyempatkan diri membelokkan mobilnya pada restaurant cepat saji kemudian memesan bubur dan banyak makanan untuk Aiden dan teman-temannya nanti. Ia tidak tau harus membeli bubur di mana pada jam siang seperti ini.

"Terima kasih, Leon." Pria itu mengangguk singkat kemudian mempersilahkan Olivia masuk ke dalam apartment Aiden yang terdengar sangat ramai karena teman-temannya.

"Ini untuk kami semua?" tanya Logan yang membuka plastik belanjaan Olivia, wanita itu mengangguk sambil tersenyum kemudian berjalan ke arah Aiden yang memberinya isyarat untuk mendekat sejak tadi.

Pria itu benar sakit ternyata, wajahnya sedikit pucat dengan kedua mata yang terlihat sayu. Olivia pikir pria seperti Aiden tidak bisa sakit.

Aiden langsung memeluk Olivia erat dengan kepala bersembunyi di ceruk leher Olivia, "Sudah merasa lebih baik?" tanya wanita itu lembut sambil mengusap rambut Aiden yang sedikit berantakan.

"Kau sudah mendapatkan obat mu?" tanya Barron yang baru saja kembali dari dapur sambil membawa piring, menggoda Aiden yang menatapnya tajam.

"Buka mulut mu, Aiden." Olivia menyodorkan sesendok bubur yang langsung di terima pria itu. Aiden sepertinya sudah membaik, ia bahkan saat ini sibuk bermain play station dengan Carter ketika teman-temannya yang lain sibuk menikmati makanan mereka.

"Aiden? Bisa kita bicara sebentar?" ujar Olivia, "Ayo." balas Aiden menggiring Olivia menuju kamarnya di lantai atas. "Kau benar-benar tak sabaran, captain." ucap Leon berteriak menggodanya.

Olivia menatap sekeliling kamar Aiden yang terlihat sedikit berantakan dengan kesan maskulinnya.

"Apa kau menjadikan ku taruhan balapan tadi malam?"

Aiden yang baru saja akan bermanja-manja dengan Olivia langsung tersentak dan menatap ke arah wanita itu diam, beberapa detik tidak ada suara di antara mereka sebelum akhirnya Aiden menjawab dengan suara pelan. "Ya."

"Kenapa?" tanya Olivia mengusap bagian bawah mata Aiden yang terlihat gelap dengan lembut,

"Kenapa menyamakan diri ku dengan sebuah mobil?"

"Olivia, kau bahkan lebih berharga dari mobil paling mahal di dunia ini. Kau tau itu 'kan?" Aiden menatap ke arah Olivia ragu, takut wanita itu berasumsi lain soal balapan tadi malam.

"Dylan terus menerus membicarakan hal tidak senonoh tentang mu tadi malam. Aku tentu saja terpancing dan menyetujuinya. Olivia, dengar--"

"Cukup, Aiden. Aku sudah mengerti semuanya."

- - -

Siapa yang makin kesel sama Aiden?🤗

Distance [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang