#16: Delay Again

7.3K 851 49
                                    

Jam delapan malam, gue keluar dari kamar ㅡmenghampiri Pak Taeyong yang lagi asik nonton berita di televisi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam delapan malam, gue keluar dari kamar ㅡmenghampiri Pak Taeyong yang lagi asik nonton berita di televisi.

"Pak, mau dibikinin teh manis hangat, susu putih, atau cokelat panas?" Tawar gue ke Pak Taeyong. Dia menoleh sambil tersenyum manis.

"Cokelat panas kayaknya enak." Jawabnya.

"Oke, saya buatin ya, Pak. Tunggu sebentar." Gue pun berjalan menuju dapur untuk membuatkan dua cangkir cokelat panas.

Hingga saat gue hampir selesai mengaduk cokelat panas, gue merasa sepasang tangan kekar melingkar di area pinggang gue. Gue sedikit terkejut, masalahnya, gue masih waswas sama kejadian di siang hari tadi. Gue dari tadi berdoa agar Pak Taeyong melupakan janji gue saat tadi siang, tapi kayaknya dia gak lupa, bahkan mungkin sekarang dia mau minta.

"Kamu wangi banget sih?"

Tuh kan. Bahkan dia sekarang lagi mancing. Gue merasa hidung mancungnya menempel di ceruk leher gue, membuat gue merinding.

"Hm... Pak, ini cokelat panasnya udah siap." Gue bergerak, berusaha agar Pak Taeyong mau melepaskan pelukannya. Tapi dia malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Pak, lepasㅡ"

"Tetap seperti ini dulu, Rena."

Gue merasa kejadian sekarang seperti deja vu.

Detik dan menit terus berjalan, dan kita berdua masih berada di posisi yang sama ㅡPak Taeyong nge-back hug gue. Hingga kaki gue merasa kesemutan dan terasa pegal banget.

"Pak Taeyong,"

"Hm?"

"Sambil duduk yuk... Kaki saya pegel." Keluh gue. Setelahmya, Pak Taeyong langsung melepaskan pelukannya, gue pun berbalik badan jadi menghadap dia.

"Aduh, maaf ya... Habisnya, aroma parfum di leher kamu enak banget, bikin saya nyaman untuk lama-lama menghirupnya."

Gue menahan diri untuk gak senyum, bisa-bisanya dia bilang gitu.

"Ayo duduk, Pak. Cokelatnya sekarang jadi hangat."

Pak Taeyong mengangguk. "Biar saya bawakan cokelatnya."

Kemudian, Pak Taeyong membawa dua cangkir cokelat panas yang sekarang malah menjadi hangat. Gue pun mengekori langkah Pak Taeyong, dan duduk di sofa depan televisi.

"Pak, gak ada film ya?" Tanya gue sambil meminum cokelat hangat gue.

Pak Taeyong gak menjawab, tangannya tergerak untuk menekan tombol remot televisi. Dan layar televisi pun berubah menampilkan sebuah film fantasi.

"Oh, film fantasi. Saya lupa, kalau sekarang adalah malam minggu." Kata Pak Taeyong.

"Oh, iya juga." Setuju gue, gue juga jadi lupa hari.

"Besok hari mingㅡ ya ampun, Ren, bibir kamu! Hahaha!"

Gue tersentak, Pak Taeyong cepat-cepat menahan tangan gue yang hendak memegang bibir gue.

Hello, Sir! | TAEYONG [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang