Tujuh hari telah berlalu dengan sangat cepat, karena gue selalu menikmati hari setiap harinya. Hari ini adalah hari ke sepuluh pernikahan gue dengan Pak Taeyong. Sudah sepuluh hari, gue tinggal bersama Pak Taeyong. Dan sudah sepuluh hari juga, gue merasakan indahnya jatuh cinta pada sosok pria bernama Lee Taeyong.
Semakin hari, Pak Taeyong semakin bersikap baik ke gue. Setiap hari, dia gak pernah absen untuk tersenyum dan tertawa di depan gue. Suara tawanya yang khas seperti suara ayam ketawa, ternyata membuat gue candu dan ingin selalu membuatnya tertawa, agar gue bisa selalu menikmati suara tawa khasnya.
Setiap malam, gue gak pernah absen untuk selalu tidur sambil memeluk Pak Taeyong. Awalnya sih kita gak saling pelukan, tapi pas bangun pagi, kita tidur dalam posisi saling memeluk satu sama lain. Pak Taeyong sama sekali enggak marah, malah dia bilang katanya pelukan gue membuatnya tenang. Gimana gue gak makin cinta sama Pak Taeyong, coba?
Oh iya, saat tadi siang, orangtua kami masing-masing datang berkunjung ke apartemen kami. Mereka merindukan kami berdua, karena sudah sepuluh hari gak bertemu. Orangtua kami merasa tenang dan senang, melihat gue dan Pak Taeyong yang semakin hari semakin akrab. Bahkan di tengah-tengah obrolan, mereka malah menanyakan kepada kami berdua, sudah usaha atau belum? Tentu, pertanyaan itu membuat gue dan Pak Taeyong merasa malu. Karena paling parah kita hanya sampai pelukan doang.
Enggak sampai situ aja, orangtua kami juga tiba-tiba malah meminta cucu kepada kami secepatnya. Gak habis pikir, gue sama Pak Taeyong aja belum pernah ngomongin anak pasca pernikahan.
Saat ini jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Gue lagi sendirian di kamar; habis beresin barang-barang di kamar. Pak Taeyong ada di ruang televisi sejak satu jam yang lalu.
Dan sekarang, gue merasa bosan. Lebih baik gue susul aja Pak Taeyong di ruang televisi. Penasaran juga, acara televisi apa yang bikin dia betah di sana.
Gue hampir tertawa lepas, saat melihat televisi yang menonton manusia, bukan manusia yang menonton televisi. Ternyata sekarang Pak Taeyong lagi tidur di sofa. Suara dengkurannya keras banget, pasti dia kecapekan. Kasihan, dia baru empat hari sembuh dari sakitnya, sekarang dia terlihat kecapekan lagi.
Gue melihat ke layar televisi, apa-apaan nih, masa tontonannya Pak Taeyong kartun Hey Tayo? Gue kembali membungkam mulut gue, menahan diri untuk gak ketawa.
Entah dorongan dari mana, kaki gue melangkah mendekati sofa yag sekarang ditiduri oleh Pak Taeyong. Dan dengan beraninya, gue ikut rebahan di sana dengan celah sofa yang seadanya, namun pas untuk porsi tubuh gue. Tangan gue terbawa untuk memeluk Pak Taeyong, agar gue gak jatuh dari sofa. Tubuh kita berdua udah nempel banget. Gue pun bisa mencium aroma parfum yang dipakai Pak Taeyong di dada bidangnya.
"Rena?"
Gue sedikit terkejut, namun gue tetap mempererat pelukan gue ke Pak Taeyong.
"Ren, saya engap."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Sir! | TAEYONG [✓]
FanfictionRena tidak pernah menyangka kalau ia akan menikah dengan Taeyong, yang ternyata laki-laki itu adalah guru olahraganya saat di SMA. Terlebih dulu saat SMA, Rena pernah menyukai Taeyong.