Hari sabtu ini Pak Taeyong ada di apartemen. Harusnya sekarang dia berangkat ngajar, tapi karena kondisinya lagi gak sehat, gue suruh dia untuk jangan dulu berangkat kerja. Dan gimana respon dia pas gue suruh dia buat jangan dulu berangkat kerja? Dia cuma bilang...
"Terserah kamu aja, saya juga gak tega ninggalin kamu sendirian di sini."
Saat itu juga, gue pengen teriak sekencang-kencangnya. Semenjak kejadian kemarin sore, sekarang perlakuan Pak Taeyong ke gue lebih soft. Gue percaya sama Pak Taeyong, niat dia untuk mencoba lebih dekat dengan gue, sepertinya sebuah kenyataan.
Gue menempelkan punggung tangan gue ke keningnya. Suhunya masih panas, tapi gak sepanas kemarin.
"Masih pusing?" Tanya gue, dia menatap gue beberapa detik, sampai akhirnya dia mengangguk, seperti anak kecil.
"Kita ke dokter aja yuk, Pak?" Ajak gue.
Dia menggeleng. "Gak usah, nanti juga sembuh."
"Ah, Bapak dari kemarin juga diajakin ke dokter, jawaban Bapak selalu nanti juga sembuh, nanti juga sembuh. Tapi sampai sekarang, demam Pak Taeyong belum turun juga."
Dia terkekeh, membuat gue gemas melihatnya. "Saya cuma kecapekan, istirahat yang cukup mungkin bisa mengembalikan kesehatan saya."
Gue mengangguk paham. "Ya udah deh, terserah Bapak aja. Tapi kalau sampai nanti sore demamnya belum turun-turun juga, mau enggak mau, saya akan paksa Bapak ke klinik."
"Kok kamu maksa?"
Gue tertawa mendengar pertanyaan Pak Taeyong. "Karena, saya gak tega melihat orang yang saya sayang kesakitan. Jadi, Bapak harus sembuh, ya?"
Dia malah ketawa. "Ini masih pagi, kenapa mendadak ngedrama, sih?"
"Ah, Bapak, saya kan lagi ngomong romantis." Decak gue.
Lagi-lagi dia tertawa. Melihat Pak Taeyong tertawa, hati gue merasa damai. Gue sangat senang, karena gue adalah salah satu orang yang berhasil membuat Pak Taeyong tertawa, bahkan dalam kondisinya yang lagi sakit seperti sekarang.
"Kamu kenapa semalam tidur sambil peluk saya?" Tanya dia random. "Apa kamu gak takut akan tertular sakit dari saya?"
Gue menarik napas.
Kok dia tau semalam gue tidur sambil meluk dia, sih?
"Saya sakit. Kalau saya lagi sakit, tidur saya gak akan nyenyak. Makanya, semalam saya tau kamu tidur sambil peluk saya."
Gue tertawa pelan, ternyata sekarang dia bisa membaca pikiran gue. "Gak tau, Pak, semalam saya pengen aja peluk Bapak."
"Kalau kamu tertular sakit dari saya, gimana? Lucu aja, penghuni apartemen ini, isinya orang sakit semua. Haha."
Tentu, gue pun ikut tertawa. "Jangan sampe ikutan sakit lah. Kalau saya sakit, terus siapa yang ngerawat Bapak?"
Hanya senyuman yang mengganti jawaban dari Pak Taeyong. Dia tersenyum dengan kedua matanya yang sayu. Terlihat teduh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Sir! | TAEYONG [✓]
Fiksi PenggemarRena tidak pernah menyangka kalau ia akan menikah dengan Taeyong, yang ternyata laki-laki itu adalah guru olahraganya saat di SMA. Terlebih dulu saat SMA, Rena pernah menyukai Taeyong.