Gue membenarkan posisi duduk gue saat pintu pengemudi terbuka, dan menampakkan sosok Pak Taeyong yang masuk ke dalam mobil. Gue membuang pandangan saat Pak Taeyong melirik gue.
"Maaf ya, lama." Ucapnya. "Tadi saya habis ngabisin mie ayam dulu, punya kamu juga. Sayang banget kalo gak dihabisin."
"Hm." Sahut gue singkat tanpa menatap matanya.
"Masih ngambek?"
Gue gak jawab. Pandangan gue juga masih melihat ke luar jendela.
"Sekali lagi maafin si Bebyㅡ"
"Jangan sebut nama dia di depan saya."
Gue mendengar tarikan napasnya.
"Saya baru kali ini, melihat dia berlaku kurang ajar seperti tadi di depan saya. Karena biasanya dia selalu bersikap sopanㅡ"
"Itu karena Bapak membawa saya ke sana." Potong gue lagi.
"Dan lagi, Pak Taeyong menerima sebuket bunga dari dia." Gue masih gak mau menatap dia.
"Saya tidak membawa pulang bunga itu, tadi saya memberinya ke ibu kantin."
"Bukan masalah bawa pulang atau ngasih lagi ke orang lain, Pak..." Dengan berani, gue menatapnya. "Tapi dulu Bapak beda ke saya. Bapak sama sekali enggak mau terima buket bunga dari saya. Saya kasih sebatang coklat pun, Bapak malah ngasih lagi ke anak kecil anaknya ibu kantin."
Tanpa gue duga, air mata gue berhasil lolos. Pak Taeyong hanya menatap gue dengan tatapan dalamnya.
"Ren, tapi itu dulu.."
"Iya, itu emang dulu. Tapi harusnya Bapak juga melakukan hal yang sama, Bapak harus menolak buket bunga pemberian dari anak murid Bapak yang ganjen itu. Apalagi dia ngasih bunga ke Bapak, tepat di depan saya, istri Bapak sendiri..."
"... dan tadi Pak Taeyong lihat sendiri, kalau anak murid Bapak yang ganjen itu malah bersikap gak sopan ke saya." Gue menyeka air mata gue.
Selanjutnya, Pak Taeyong merengkuh tubuh gue, membawa gue ke dalam pelukannya. Tangannya membelai rambut gue dengan sangat lembut, sehingga gue terbuai dan semakin menangis.
"Maaf, sekali lagi maaf..." Katanya lembut. "Maaf atas sikap saya dulu yang tidak menghargai semua pemberian dari kamu. Saya gak tau bahwa akhirnya, ternyata kamu lah yang akan menjadi jodoh saya."
"Saya menerima buket bunga dari anak murid saya tadi itu karena, saya gak mau mengulang kesalahan yang sama. Saya gak mau menyakiti hati banyak orang lagi yang tulus berbuat baik ke saya. Saya hanya ingin berubah."
"Dan maaf, jika niat baik saya yang menghargai pemberian bunga dari anak murid saya tadi itu malah... menyakiti perasaan kamu. Saya benar-benar enggak tau."
Kemudian Pak Taeyong melepaskan pelukannya, kedua tangannya terbawa untuk menangkup kedua pipi gue, dan kedua ibu jarinya tergerak untuk mengusap air mata gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Sir! | TAEYONG [✓]
FanfictionRena tidak pernah menyangka kalau ia akan menikah dengan Taeyong, yang ternyata laki-laki itu adalah guru olahraganya saat di SMA. Terlebih dulu saat SMA, Rena pernah menyukai Taeyong.