(a/n) : entah kenapa pengen cepet² selesain ini cerita :(
Waktunya aku percepat yaa^^Sekarang ini, usia kandungan gue udah memasuki usia dua bulan. Perut gue juga udah kelihatan agak membuncit. Rasa mual-mual dan berakhir muntah pun udah sering terjadi, dan itu cukup membuat Pak Taeyong merasa khawatir sama gue. Dia selalu nyuruh gue buat resign aja dari pekerjaan gue, tapi gue gak turuti. Karena usia kandungan gue juga masih dua bulan, dan mungkin gue akan ambil cuti kalau kandungam gue udah sekitar empat bulan. Kalau gak dikasih cuti, ya terpaksa gue akan resign aja.
Setiap di jam makan siang, Pak Taeyong gak pernah absen buat selalu nelponin gue untuk nanya keadaan gue. Ternyata Pak Taeyong sangat-sangat mengharapkan kehadiran sang buah hati. Gue harus jaga kandungan gue, gue ingin melihat Pak Taeyong bahagia, dan keluarga kecil kita lengkap karena kehadiraan sesosok buah hati.
"Pak Doyoung, meeting akan dilaksanakan dalam waktu sepuluh menit lagi." Kata gue ke Pak Doyoung yang lagi duduk di kursi kerjanya. Dia menatap gue sebentar, kemudian berdiri dari duduknya.
"Saya gak bisa nyuruh kamu untuk jangan ikut meeting, karena ini kegiatan wajib untuk kamu yang menjabat sebagai sekretaris saya, sekretaris seorang CEO." Katanya yang kemudian gue angguki. "Tapi apa tidak apa-apa kalau kamu ikut dengan kondisi kamu sedang berbadan dua?"
"Saya tidak apa-apa, Pak. Saya akan mengikuti meeting, saya ingin menjadi seorang sekretaris yang profesional."
"Tapi saya takut kamu kenapa-kenapa, Rena."
Dia menyebut nama gue lagi, membuat gue sedikit takut.
"Sa-saya tetap akan ikut meeting, Pak." Kukuh gue.
Dia membuang napas beratnya, "Jangan libatkan saya kalau terjadi seseuatu hal yang tidak diinginkan, apalagi sampai saya dimarahi oleh Taeyong, suami kamu."
Gue mengangguk sambil tersenyum. "Siap, Pak."
-
Tok tok tok
Gue mengetuk pintu ruang kerja Pak Doyoung, tapi gak ada sahutan dari dalam. Padahal sepuluh menit sebelumnya, gue melihat dia yang masuk ke dalam ruang kerjanya. Kemudian, gue mengetuk pintunya lagi.
"Masuk!"
Akhirnya, Pak Doyoung menyahut juga. Gue pun masuk ke dalam ruang kerja Pak Doyoung sambil menenteng beberapa berkas.
"Selamat siang, Pak." Sapa gue ke Pak Doyoung yang duduk membelakangi gue. "Pak, ini saya membawa beberapa berkas yang harus segera Pak Doyoung tandatangani."
Setelah menunggu lima detik, Pak Doyoung pun memutar kursi kerjanya menghadap gue.
"Sebentar." Pak Doyoung mengambil berkas-berkas yang dibawa gue, kemudian menandatanganinya. Gue sedikit terkejut setelah melihat wajahnya yang kelihatan pucat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Sir! | TAEYONG [✓]
FanfictionRena tidak pernah menyangka kalau ia akan menikah dengan Taeyong, yang ternyata laki-laki itu adalah guru olahraganya saat di SMA. Terlebih dulu saat SMA, Rena pernah menyukai Taeyong.