43. Saat Baskara Akan Meredup

928 120 2
                                    

Lisa menghela napas gusar. Entahlah, sudah tak terhitung jari sore ini gadis tersebut menghela napas.

Pikirannya kacau sejak tadi ia pulang dari rumah sakit.

Ralat, sejak bertemu Ayah dari kekasihnya.

Gadis itu berjalan di tepi jalan juga tepi sungai. Ia memasukkan kedua tangannya ke saku jaketnya, juga tudung hoodie yang menutupi surai pirang tuanya.

Sesekali, gadis itu menendang-nendang kerikil yang menghalangi jalannya, mengingat gadis itu berjalan menuju rumahnya yang jaraknya cukup dekat. Namun kini, pandangannya hanya tertuju pada tanah yang ia pijak.

Selang beberapa detik, gadis cantik itu menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke kanan, mendapati matahari yang kisaran satu jam lagi akan tenggelam.

Mata gadis itu menyayu, ia terpaku pada pemandangan ini. Sinar yang dipancarkan oleh pusat tata surya itu bak memberikan ketenangan pada kalbunya.

Ia tersenyum tipis, larut dalam lamunannya, gadis itu bahkan tak menyadari seseorang kini telah berada di sampingnya dengan motor yang ia kendarai.

"Lisa."

Panggilan itu membuat Lisa tersentak dan mengerjap tersadar. Detik berikutnya, kepala gadis itu perlahan menoleh. Ia melebarkan mata, mulai merutuki kenapa kini dirinya mendadak bengong di jalanan.

Dan bertemu dengan orang yang kini tak ingin ia temui.

"Kenapa nggak bilang-bilang kalau pulang, sih?" tanya Jungkook yang sebenarnya mulai mengomel.

Lisa diam di tempat, garis wajahnya menurun. Diam-diam ia menggertakkan gigi, menatap sepasang manik legam kekasihnya yang selalu membuatnya merasa aman.

Lisa kemudian menipiskan bibir, ia mengarahkan bola matanya ke sudut, mencoba berpikir kritis.

"A-aku tadi capek, kukira kamu mau nginep disana jadi ... aku pulang sendiri," alibi gadis itu walau sebenarnya kini ia berdebar ketakutan.

Jungkook mengerenyit, memiringkan kepalanya. Merasa ada hal yang mengganjal pada kekasihnya itu. "Kalau capek kenapa jalan kaki?"

Lisa mengumpat dalam hati. Oh, ia baru saja melupakan fakta jika pemuda itu memiliki otak yang cerdas.

"Y-yaa pengen aja ...," lirih gadis itu mulai menurunkan pandangan, berharap bahwa percakapan ini segera berakhir.

Jungkook terdiam di tempat beberapa detik. Pemuda itu menatap lurus ke arah Lisa, membuat Lisa kali ini menggigit bibir bawah, merasa tak enak.

Tapi, perlu diingat. Jungkook itu memang cerdas, tapi sayangnya tidak peka.

"Oh gitu ...."

Entahlah, Lisa seharusnya bersyukur karena sepertinya pemuda itu tak memiliki firasat buruk padanya.

Lisa melirik, mendapati pemuda itu kini tak lagi menatap ke arahnya. Justru ke arah belakangnya, dimana yang Lisa yakini pemuda itu tengah menikmati pancaran matahari yang kali ini terlihat sangat menawan.

Gadis itu mendesah samar. Dari pertukaran napasnya pun, bisa diyakini jika Lisa kini tengah lelah. "Aku mau pulang dulu," pamit gadis itu membuat lamunan Jungkook terpecah begitu saja.

Jungkook ber-oh kecil. Lalu membenarkan posisi duduknya di atas motor, "Aku anter kamu pulang."

Lisa menggeleng pelan. Ia beralasan ingin pulang dengan jalan kaki, toh ia akan sampai rumahnya sebentar lagi. Jungkook sebenarnya sempat terheran dengan sikap Lisa sore ini. Pasalnya, tadi saat keduanya menjenguk bersama pun Lisa terlihat ceria-ceria saja.

Jungkook menghela napas berat karena sikap Lisa yang sedikit keras kepala itu, "Tapi aku temenin kamu ya?"

Lisa sempat terdiam, tapi gadis itu kemudian menyunggingkan senyumnya, dan mengangguk pelan.

Lisa melebarkan matanya saat melihat kekasihnya itu mematikan mesin motornya, lalu turun dari motornya. "Eh kenapa?" tanya Lisa panik.

Jungkook terdiam sejenak, lalu menoleh ke arah gadisnya, "Kan nemenin kamu."

Lisa merapatkan bibir. Pandangannya masih tak luput dari apa yang akan dilakukan Jungkook. Hm, pria itu menuntun motornya, dan menyejajarkan langkahnya dengan langkah sang gadis.

Lisa tak bisa menahan senyum tulusnya saat ini. Kemudian, gadis itu mulai berjalan tenang, sesekali ia membantu Jungkook menuntun motornya.

Hanya dengan perbincangan kecil ini pun, Lisa sebenarnya cukup bahagia. Perasaan gundah yang sedari tadi menghantui pikirannya pun kini telah melayang entah kemana.

Hanya dengan senyum tulus pemuda itu dengan motor yang ia tuntun diantara keduanya, juga matahari yang mulai meredupkan sinarnya, Lisa merasa ia akan selalu aman selama pemuda bernama Jeon Jungkook berada di sampingnya.

Walau tak menutup kemungkinan, saat di rumah ia akan menangisi keputusannya jika ia terlanjur menyetujui permintaan Ayah dari kekasihnya itu.

Lisa ingin menarik kata-katanya. Tapi itu tidaklah mudah, Lalisa mengerti itu.

***

To Be Continued

©-chocelnate
Yogyakarta, 01 Juni 2020

LO(S)ER | lisa, jungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang