27. Dosa

1.3K 144 6
                                    

"Sorry, i'm just a bother beetween your relationship with Dara."

"Nggak," tolak Jungkook tegas, masih setia mencekal tangan Lisa. "Lisa, tolong jangan gini."

Lisa menghela napas gusar, gadis itu terisak pelan. Kemudian mengusap buliran air matanya yang mengalir di pipinya dengan tangan yang bebas dari cekalan Jungkook.

Lisa tak menyahut. Gadis itu menggigiti bibir, masih dengan sesenggukannya. Tangan Lisa digoyangkan pelan, membuat Jungkook mau tak mau melepaskannya secara perlahan.

"Oke," kata gadis itu mulai bisa menetralkan emosinya, "jelasin semua."

Jungkook menipiskan bibir, pemuda itu melengos, manik matanya tergerak kecil.

Yang kemudian, pemuda itu tanpa aba-aba langsung menggandeng jemari sang kekasih dan menariknya, berjalan mendahului gadis itu yang menurut tertarik pasrah.

Tangan pemuda itu mendorong pintu masuk minimarket, lalu berjalan menuju rak pojok tempat deret minuman berada.

"Mau apa?" tanya Jungkook lembut, menawari.

Lisa melirik, gadis itu mengamati tiap baris botol secara tak minat. "Hm, apa aja. Terserah."

"Kok terserah?" protes Jungkook yang tak sadar meninggikan suaranya.

Lisa mendelik refleks, "Yaudah borong aja satu rak sekalian!" sewot gadis itu mencuatkan bibirnya. Masih nampak jelas sembab di kedua netranya.

Jungkook terdiam, namun terkekeh dalam hati. Pemuda itu menoleh ke kanan, melambai-lambaikan tangannya pada salah satu pegawai minimarket, mengaco, "Tolong ini minuman satu rak dibeli semua, ya."

"He elo gila?!" protes Lalisa menghadap ke arah Jungkook dengan raut terkejut.

Jungkook mengerjap, lalu tersenyum tipis. Pemuda itu menekuk keempat jarinya menyisakan jari telunjuk, lalu di arahkan ke depan bibirnya, isyarat menyuruh diam.

"Marahin akunya diluar aja cantik, disini kerekam CCTV nanti."

Lisa refleks mengumpat.

Gadis itu mendengkus kesal, lalu meraih asal satu botol tersebut dan berjalan dengan pijakan sengaja dikeraskan pergi ke kasir mendahului Jungkook.

Si pemuda jangkung yang melihatnya hanya bisa menahan senyumnya, pemuda itu merasa tak bersalah sama sekali. Astaga, relationship macam apa ini.

***

"Nggak usah sok lucu," sewot Lisa pedas menatap Jungkook yang kini menggembung-gembungkan pipinya.

Padahal, Lisa tuh sebenernya gemes. Kapan lagi liat Jungkook lagi mode uwu gini.

Kini keduanya berada di teras minimarket, duduk berhadapan hanya terpisah meja bundar dengan dua botol dingin milik keduanya.

"Maaf ...," lirih pemuda itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Ya gimana Lis, aku terpaksa bilang sakit."

"Terpaksa apanya, sih?!" sahut gadis itu merasa sebal.

Jungkook mendengkus sesaat, "Ayah orangnya emang keras kepala. Aku juga bingung harus gimana," jelas Jungkook tanpa sadar memulai aksi julidnya.

Lisa menekan-nekan hidungnya sesaat, lalu merapatkan bibirnya, termenung sesaat.

"Oke oke jadi gini ...." kata Lisa menegakkan tubuhnya, mengubah posisi duduknya menghadap Jungkook. Membuat Jungkook diam-diam ikut menegang.

Lisa mengacungkan telunjuknya, "Pertama, kamu bilang kamu sakit, padahal ngeluyur keluar."

Jungkook mendecak, "Nggak ngeluyuran, Lis. Berbakti."

"Diem dugong. Ngeles teros aja." kalimat Lisa membuat Jungkook diam menyebikkan bibirnya.

"Kedua," Lisa membuka tekukan jari tengahnya, melirik Jungkook yang diam mendengarkan, "ternyata kamu sama Dara nggak ada hubungan darah."

Jungkook masih memilih diam, menunggu Lisa menyebutkan dosa-dosanya. Lisa hanya bisa menghela napas kasar, merasa dikhianati.

"Tiga," Lisa meluruskan jari manisnya, "Ayah kamu ngira Dara itu pacar kamu? "

Jungkook menipiskan bibirnya, mengalihkan wajah. "Bukan ngira ... kita dipaksa pacaran ... udah itu," cicit Jungkook melirik kecil Lisa yang ternganga.

Lisa mendengkus, "Kenapa kamu nggak bilang kalau kamu udah punya pacar?"

Jungkook tak menjawab. Pemuda itu memain-mainkan ujung kakinya, berusaha agar tidak terbawa suasana yang tiba-tiba menjadi canggung.

Lisa yang menunggu jawaban Jungkook ikut terdiam, menyadari pemuda di hadapannya kini tak ingin menatap dirinya. Kedua netra pemuda di hadapan Lisa tak ingin menatapnya, Lisa menyadari itu.

Lisa lagi-lagi mendesah berat. Gadis itu menyandarkan punggungnya pada kursi, lalu mengusap parasnya kasar.

"Jeon Jungkook."

Panggilan itu membuat Jungkook mau tak mau melirik, mengangkat alis diam-diam tertegun.

"Aku support kamu selama itu adalah pilihan terbaik menurut kamu."

***

To Be Continued

©-chocelnate
Yogyakarta, 13 Mei 2020

LO(S)ER | lisa, jungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang