"Nggak papa. Kangen aja."
Lisa ternganga lebar mendengarnya.
Walau sebenarnya, perasaan gadis itu meringan melihat Jungkook sudah ingin mengeluarkan suaranya.
Lisa lagi-lagi menipiskan bibir, memilih tak menyahut. Namun sepersekian detik berikutnya gadis itu tersentak melihat sebuah gitar di pangkuan Jungkook. Yang kemudian pemuda itu memetik senarnya perlahan, membiarkan nada mengalun begitu saja.
"Punya siapa?" tanya Lisa menatap heran gitar tersebut.
Jungkook mengangkat alis, pandangannya menatap gitar sejenak, lalu menoleh pada Lisa dan tersenyum tipis. "Nggak tahu, asal pake aja."
"Lah ...."
Jungkook tersenyum manis. Garis wajahnya sudah tak sedatar tadi. Perasaannya meringan dengan hati yang melambung tinggi hanya dengan melihat gadis bernama Lalisa Manoban.
Sudah dibilang, gadis itu punya efek dahsyat bagi Jungkook.
Bahkan, Jungkook bisa melupakan masalahnya sejenak hanya dengan melihat dan memastikan bahwa gadis itu baik-baik saja. Netra hitamnya, pipi bulatnya, atau senyum menawan yang hanya dimiliki oleh Lalisa Manoban.
Jungkook tersenyum kecil, pemuda itu pasti kini telah mabuk.
Mungkin, Jungkook berpikir jika Lisa adalah salah satu pelarian dari masalahnya. Tapi nyatanya, gadis itu bagai pelengkap puzzle kehidupan Jungkook agar menjadi utuh.
Pandangan Jungkook menatap lurus ke depan, pun dengan Lisa. Kedunya larut dalam lamunan masing-masing, walau jemari Jungkook bergerak memetik senar gitar menyebabkan keduanya makin larut karena ditemani alunan santai.
Berdua, begini saja. Bagi Lisa itu sudah cukup. Dia tidak berani menanyakan masalah yang tumpah ke kehidupan Jungkook kini. Gadis itu tak memaksa, ia tahu jika pemuda itu lebih nyaman jika ia menyembunyikan masalahnya, sendirian.
Lisa mengerjap tersadar. "Jungkook," panggilnya membuat Jungkook ikut tersadar lalu berdeham menyahuti.
"Udah mau malem ...," cicit gadis itu membuat Jungkook menatap lurus ke depan, memperhatikan warna langit dengan perpaduan warna yang begitu indah. Kata orang-orang, namanya senja.
Ah, Jungkook menyukai momen ini. Dimana kamu bisa melihat senja secara langsung, menikmati perpaduan warnanya yang hanya sekejap.
Juga, ditemani dengan seseorang yang sangat berarti. Seorang gadis yang menjadi alasanmu terus singgah pada dunia ini, walau sebenarnya hati kecilmu mengatakan jika kamu telah lelah untuk mengatakan 'kamu baik-baik saja'.
Iya, sesederhana itu kebahagiaan pemuda bernama Jeon Jungkook.
"Kamu suka senja?" tanya Lisa membuat Jungkook mengangguk perlahan.
Lisa menipiskan bibir, "Tapi aku nggak suka senja."
Jungkook terdiam sejenak, jemarinya berhenti menarik dan melepaskan senar. Kepalanya tertoleh ke arah Lisa yang kini melihat senja dengan tatapan dalamnya.
"Kenapa?"
Lisa terdiam sejenak. "Senja itu indah, karena itu dia disukai banyak orang, tapi ...."
Lisa menggantungkan kalimatnya, membuat Jungkook mengangkat alis menunggu perkataan selanjutnya. Lisa menghela napas panjang, melanjutkan, "Tapi senja cepet terbenamnya, aku nggak suka."
Jungkook tertegun mendengarnya. Pemuda itu bahkan terpaku menatap Lisa tak berkedip.
Yang kemudian kepala Lisa tertoleh, membuat pandangan keduanya saling terkunci di antara senja yang makin terbenam. Keduanya menyalurkan perasaan hangat, hanya dengan tatapan teduh dari keduanya.
Yang kemudian Lisa tersenyum kecil, menatap Jungkook dalam sembari berkata, "Kamu jangan pergi. Aku juga nggak suka."
Mata Jungkook melebar. Tungkai pemuda itu menegak dengan sorot dalam, memandang Lisa dengan tatapan berbinar. Hati kecilnya bergejolak, dengan lidah yang kelu dan tenggorokan yang mendadak kering.
Jungkook meneguk ludah. Jantungnya berdegup kencang kini, yang kemudian pemuda itu melengos keras, menghindari tatapan teduh milik Lisa yang selalu ia sukai.
Jeon Jungkook memilih tak menyahut.
***
To Be Continued
©-chocelnate
Yogyakarta, 20 Mei 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
LO(S)ER | lisa, jungkook
Fanfiction[COMPLETED] ❝ Saat seorang LOVER memiliki sinonim LOSER. ❞ Jeon Jungkook, cogan sekolah mereka yang tiap harinya membaca dan belajar. Jungkook sudah terlelap didunianya sendiri jika dihadapkan dengan buku. Ia pendiam dengan yang lainnya, namun ia be...