49. H-3

917 107 1
                                    

"Lisa!"

Gadis cantik berdarah Thailand itu menoleh, mendapati Jisoo tengah berlari kecil menghampirinya.

"Jungkook kemana? Kok nggak masuk?" tanya Jisoo membenarkan rambut dengan jemarinya.

Lisa terdiam sesaat, lalu menggeleng pelan, tanda ia tak mengerti. Lisa juga tak mengerti, lidahnya kelu untuk mengucap hanya sepatah kata.

Jisoo mengerenyit, "Lah, kaga chat-an?"

Lisa menggeleng pelan, walau tanpa sadar suasana hatinya menjadi keruh entah karena apa. Jisoo membulatkan mulutnya sembari mengangguk-angguk paham.

"Kenapa?" tanya Lisa penasaran.

Jisoo mengangkat kedua bahunya sesaat, "Dia dicariin Taeyong."

Tubuh Lisa menegang seketika. Ia teringat hari kemarin, cara perpisahan dengan berpelukan. Astaga, kenapa Taeyong mencarinya? Lisa benar-benar tak ingin keduanya berselisih, mendengar perdebatan saja rasanya sudah muak.

Ah, ngomong-ngomong, sebenarnya bukan hanya Jisoo yang menanyakan tentang Jungkook padanya. Sudah dua hari pemuda itu tak masuk.

Alasan Jungkook tak berangkat kemarin tentu Lisa sudah mengetahuinya, tapi untuk hari ini gadis itu belum mendengar kabar apapun tentangnya.

Ah, iya. Untuk apa ia mengetahui kabarnya? Hubungannya kini hanya sebatas teman.

Lisa tertawa miris tiap mengingatnya.

"Mau ke rumahnya nanti? Kali aja dia kenapa-kenapa gitu," permintaan Jisoo menyadarkan lamunan Lisa.

Gadis itu mengerjap pelan, lalu mengangguk sembari menyunggingkan senyum tipisnya.

Tapi sepertinya, tak akan sesederhana itu. Mengingat kesan terakhir dari Ayah mantan kekasihnya, itu cukup membuat perasaan Lisa terasa perih.

"Oi Lisa!"

Seseorang dari ambang pintu kelas membuat gadis yang dipanggil menoleh malas. Sudah tak bisa dihitung jari hari ini ia dipanggil sana sini, tentu sebagian besar menanyakan kabar Jungkook. Hhh, dia kan hanya sekadar teman, bukan ibunya.

Lisa mengangkat alis saat melihat Bobby tengah menatapnya sembari menyandarkan tubuhnya pada sisi dinding. Lisa mengerenyit, berpamitan pada Jisoo, lalu melangkah santai menghampirinya.

"Lo inget nggak sih kalau tiga hari lagi udah pertandingan basket?"

Ah, Lisa benar-benar melupakan hal itu. Akhir-akhir ini waktunya ia gunakan untuk menangis.

Lisa mengerjap sekilas, lalu menggeleng sembari tertawa kecil. Bobby mendengkus kesal melihatnya.

"Kenapa nggak buka grup? Sekarang suruh kumpul," ujar Bobby —ketua basket periode kini yang menggantikan Jaehyun— membuat Lisa mendesis kecil.

"Em, hari ini latihan?" tanya gadis berponi itu dengan lirih.

Bobby menggeleng pelan, "Hari ini makan bakso."

Lisa terdiam sesaat, lalu membundarkan mulutnya sembari mengangguk-angguk tanda percaya begitu saja.

Bobby melotot kecil, "Kagak lah bocah!" sahut Bobby menjitak pelan kening gadis di hadapannya. "Tiga hari ini waktu basket dimaksimalin, pokoknya— ck elo kumpul sekarang deh."

Lisa menyebikkan bibirnya, "Ya maaf."

Bobby tak menyahut. Pemuda itu berbalik, melangkah pergi meninggalkan Lisa yang kini terdiam hanyut dalam pikirannya.

Sepersekian detik kemudian, gadis itu mendecak. Ia berbalik, berjalan menghampiri Jisoo yang tengah duduk di bangkunya.

"Ji," Jisoo menoleh, lalu berdeham menyahut. "Kayaknya gue nggak ikut jenguk Jungkook hari ini ...."

Jisoo mengerenyit heran, "Kenapa deh?"

Lisa mengulum bibir sejenak, "Bentar lagi pertandingan basket. Gue titip salam aja."

"Oh, okedeh. Iya nanti gue titipin salamnya, semangat buat pertandingannya, ya!"

Lisa tersenyum tipis, lalu mengangguk menanggapi. Kemudian gadis itu berbalik, melangkah menuju lapangan basket.

Gadis cantik berponi itu menghela napas panjang. Entahlah, rasanya seperti ada kekecewaan saat ia tak bisa berjumpa dengan sosok bernama Jeon Jungkook.

***

To Be Continued

©-chocelnate
Yogyakarta, 09 Juni 2020

LO(S)ER | lisa, jungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang