Jungkook dengan langkah tergesa menghampiri dua insan yang berjalan cepat ke arah parkiran. Mata Jungkook menajam seketika, tangannya meraih tangan Lisa yang bebas di udara.
Lisa terkejut, langkah gadis itu terhenti, kemudian menoleh seutuhnya ke arah mantan pacarnya yang tengah mengatur napas. Ia melirik kecil ke arah tangannya yang diraih Jungkook, lalu melepaskannya perlahan.
"Hhh elo ngapain sih ha?" Taeyong menatap Jungkook tak terima.
Sorot Jungkook menajam, "Elo yang ngapain. Lepasin dia, gue mau ngomong."
"Nggak," sahut Taeyong cepat, menarik gadis itu agar menjauh dari Jungkook.
Lisa makin frustasi, ia menggeleng-gelengkan kepalanya tak menyangka. "Taeyong, stop, udah. Barangkali yang mau dia omongin itu penting."
Taeyong mendelik tak terima, "Nggak! Omongannya dia nggak ada yang penting!"
Lisa balas melotot tak terima. "Elo tuh hari ini setannya banyak tau gak! Marah-marah mulu!" sentak Lisa menunjuk paras Taeyong yang kini mengerjap kebingungan.
Taeyong mendecak, "Oke, sekarang lo belain dia."
Lisa tak menghiraukan, ia tahu jika melanjutkan debatnya dengan Taeyong maka tak akan selesai. Ia berbalik badan, melangkah mendekati Jungkook walau tetap memasang jarak satu meter.
"Lisa," panggil Jungkook, Lisa tak menyahut, hanya memperhatikan sosok di hadapannya yang nampak kaku untuk sekadar berkomunikasi.
"A-aku ...." Lidah Jungkook terasa kelu, pikirannya tak menentu.
Jungkook sebenarnya tak mengerti untuk apa ia mengejar Lisa kembali, alasan mengantar pulang pun tak akan masuk akal.
Apakah ia menyesal dengan keputusannya untuk memutus hubungan dengan gadis cantik yang berdiri menunggu di hadapannya kini?
Sungguh, Jungkook ingin menjilat ludahnya sendiri.
"Jungkook, ada yang mengganggu?" tanya Lisa menyadarkan Jungkook. Nadanya terdengar tenang, namun tersirat kekhawatiran disana.
Lisa sudah bisa mengontrol dirinya kini. Ia berusaha tak peduli, berusaha mengenyahkan kesedihan tiap melihat sosok menawan yang kini berstatus sebagai mantan pacar.
Tentu, Lisa tak menginginkan hubungan mereka terputus seperti ini. Tapi karena itu permintaan Jungkook, okelah. Lisa tak bisa berbuat banyak, gadis itu tak ingin memaksa.
Keduanya, terhalangi oleh musuh besar yang bernama ego.
Jungkook meneguk ludah, mengalihkan netranya dari Lisa. Kemudian menghembuskan napasnya sesaat, "Aku ... kangen."
Embusan angin kini memecah keheningan di antara keduanya. Tak ada yang bersuara sejak perkataan dari Jungkook terlontar. Sebenarnya, Lisa cukup syok mendengarnya.
Dalam keheningan tersebut, Jungkook berdoa dengan sangat. Memohon pada Tuhan agar pernyataan tulusnya itu terbalaskan. Jungkook rasanya sudah tak mementingkan ego, ia ingin menghancurkannya sebelum menyesal.
Tapi, mungkin semesta tak berpihak padanya.
"Jungkook, jangan bercanda."
Entah apa yang lucu, gadis berponi itu tertawa kecil. Perlahan, Jungkook mengangkat kepalanya, menatap tiap inci garis wajah dari gadis yang ia rindukan.
"Kita baru aja putus satu jam yang lalu dengan alasan kau ingin meraih beasiswa di Turki. Bagaimanapun, itu salah satu hal yang harus kudukung, 'kan?" Lisa menghela napas sejenak, "jangan ... bercanda."
Jungkook melebarkan matanya. Hatinya mencelis seketika, tungkainya mendadak melemas mendengar jawaban dari mantan kekasihnya.
Dunianya serasa runtuh saat itu juga.
Dan Lisa, gadis itu merasa sesak saat mengatakannya.
"Hiduplah tanpaku, Jungkook. Jangan lupa jika aku selalu ada untuk menyambut kesuksesanmu, kelak. Kutunggu, Kookie-ku."
Derai air mata menerobos dari sudut mata Jungkook saat itu juga. Taeyong yang memperhatikan, hanya bungkam, tak ingin ikut campur.
Sedangkan Lisa, ah, ia ingin menampar dirinya sendiri karena telah mengatakan hal yang bertolak belakang dengan perasaan di lubuk hatinya.
"Boleh ... aku minta satu hal?"
Pertanyaan Jungkook membuat Lisa tersadar. Gadis itu menatap manik mata Jungkook, memperhatikan kesedihan dan penyesalan yang bercampur hebat di dalamnya. Seketika, ia merasa menjadi sosok yang paling berdosa.
"Bolehkah, aku memelukmu?"
Tangisan Lisa tak bisa dibendung saat itu juga. Ia mengangguk, ia mengangguk hebat sembari membenamkan wajahnya dibalik telapak tangannya. Gadis itu menangis hebat.
Jungkook tersenyum perih melihatnya. Ia melangkah perlahan dengan lemas, membuka dekapan tangannya, bersiap memeluk sosok mungil itu.
Tapi, Lisa telah memeluk sosok kekar itu lebih dulu. Ia menangis hebat di dada pemuda itu, menangis sepuasnya seperti melampiaskan luka yang selama ini ia pendam sendirian.
Sebentar, sebentar saja. Mereka ingin menyalahkan takdir dari sang semesta.
***
End
Nggak deng canda.
To Be Continued
©-chocelnate
Yogyakarta, 07 Juni 2020

KAMU SEDANG MEMBACA
LO(S)ER | lisa, jungkook
Fanfiction[COMPLETED] ❝ Saat seorang LOVER memiliki sinonim LOSER. ❞ Jeon Jungkook, cogan sekolah mereka yang tiap harinya membaca dan belajar. Jungkook sudah terlelap didunianya sendiri jika dihadapkan dengan buku. Ia pendiam dengan yang lainnya, namun ia be...