"Gue lagi nggak pengen berantem. Jadi pilihannya lo pergi sekarang, atau Lisa gue undurin dari pertandingan."
Alis Jungkook makin menyatu. Garis wajahnya menjadi keruh, juga emosi amarah yang menyeruak menyelubung pemuda itu.
Jungkook melengos. "Gue pergi, tapi Lisa urusan pertama disini," finalnya, kemudian berbalik dan bergegas memasuki gedung tersebut.
Bobby menyeringai samar, lalu mendecih. "Bucin."
Jungkook menoleh kesana kemari, berusaha mencari letak ruang lapangan basket di dalam gedung besar tersebut. Yang kemudian, pemuda itu mendengar suara yang menggema dari salah satu jalur yang berpenyiku dengan keberadaannya kini.
Pemuda itu mengerenyit sesaat, lalu memantapkan diri dengan langkahannya. Ia menaiki beberapa anak tangga, lalu netranya melebar begitu saja saat gadis yang ia cari tengah tertawa dengan gadis lain yang duduk di sampingnya.
Jungkook tersenyum lega melihatnya. Ia benar-benar khawatir saat ia belum memastikan dengan kedua matanya sendiri jika gadis itu baik-baik saja.
Dari jarak jauh pun, Jungkook bisa melihat pancaran indah dari aura gadis itu. Wajah cantik dengan kuciran ekor kuda juga celana training dan kaos lengan pendek, walau sederhana tapi tetap saja terlihat menawan.
Yang lama kelamaan, senyuman leganya terganti dengan senyum perih. Ia memejamkan mata sesaat, lalu memilih untuk berbalik, dan melangkah pergi.
Benar, ia bukan siapa-siapanya lagi.
Tanpa sadar, sepasang netra dari gadis berponi itu kini meredup, menyadari jika pemuda yang sebenarnya ditunggunya, kini meninggalkannya begitu saja, tanpa menyapa.
Banyak, banyak sekali pertanyaan yang terus berputar di benaknya. Yang ingin ia tanyakan, tertahan di ujung bibir, dan berakhir menelan pertanyaannya kembali.
Diam-diam, gadis itu menghela kecewa.
***
Jungkook melangkah masuk ke dalam rumahnya, yang kemudian mendudukkan dirinya di atas sofa ruang tengah. Pandangannya tertuju pada televisi di hadapannya, namun pikirannya bercabang.
Tak sekali dua kali malam ini pemuda itu menghela napas berat. Rasanya, ada sesuatu yang menyesakkan di kalbunya.
"Cepet banget pulangnya?"
Pertanyaan sang Ayah membuat Jungkook menoleh. Pemuda itu menipiskan bibir sejenak, lalu mengangguk kecil.
"Urusannya udah selesai," jawab pemuda itu dengan nada lirih.
Sang Ayah mengerenyit heran, kemudian ikut mendudukkan dirinya di samping anak semata wayangnya. "Urusan apa kok cepet banget?"
Jungkook memejamkan matanya guna melepas penat, "Mastiin Lisa nggak kenapa-kenapa."
Nama yang terdengar di telinga sang Ayah kala itu membuat pria tersebut bungkam. Seketika, perasaan bersalah melintas menyelubungi dirinya.
"Apa Ayah ... yang buat kalian pisah?"
"Huh?" Jungkook menoleh cepat, "nggak, Yah. Jangan berpikir gitu. Itu emang keputusan dari Jeon sendiri," elaknya dengan kekehan di akhir kalimat, entah apa yang lucu.
Ayah Jungkook menipiskan bibir sejenak, "Tapi tetep aja kan?"
"Udah, Ayah. Nggak usah dibahas, kalau udah jodoh ya kita bakal balik lagi," sahut Jungkook yang merasa keki dengan arah pembicaraan mereka. Ayah Jungkook termenung sejenak, lalu menyunggingkan senyum tipis.
"Kalian harus jodoh, ya?"
"Eh?"
Tak menanggapi kebingungan Jungkook yang tiba-tiba blank, sang Ayah menepuk pelan bahu anaknya, kemudian beranjak dan meninggalkan Jungkook dengan tanda tanya yang begitu besar.
Yang kemudian, beberapa detik setelahnya, bibir pemuda itu melengkung ke atas, hanya beberapa detik, setelahnya pupus begitu saja.
"Andai ya, Yah. Tapi mungkin, kesempatan nggak dateng dua kali."
***
To Be Continued
©-chocelnate
Yogyakarta, 10 Juni 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
LO(S)ER | lisa, jungkook
Fanfic[COMPLETED] ❝ Saat seorang LOVER memiliki sinonim LOSER. ❞ Jeon Jungkook, cogan sekolah mereka yang tiap harinya membaca dan belajar. Jungkook sudah terlelap didunianya sendiri jika dihadapkan dengan buku. Ia pendiam dengan yang lainnya, namun ia be...