Lisa memejamkan mata sesaat, lalu menoleh ke kiri, menatap kosong luar jendela kelasnya itu.
Gadis berponi rata itu mendesah berat. Lagi dan lagi. Dari kemarin, gadis itu menjunjung tinggi egonya, memilih tidak berkomunikasi dengan Jungkook untuk beberapa hari. Bahkan, chat dari pemuda itu pun ia abaikan.
Setelah pertengkaran kemarin, obrolan mereka pun sangat jarang. Memang, Lisa mengakui gadis itu menghindarinya. Ia ingin mencoba menguatkan diri untuk kesekian kali, mengobati kepingan hatinya yang telah retak, karena sikap Jungkook memang kadang tak masuk akal.
Gadis berponi cantik itu menekuk kedua lengannya di atas meja, lalu menaruh kepala sisi kanan di atasnya, menerawang area luar jendela kelas, tak mendengarkan penjelasan guru di depan. Bodoamat, dengerin ataupun nggak dengerin juga Lisa nggak bakal paham.
Dan tak jauh beda, dengan pemuda yang duduk di pojok depan kelas. Jungkook berkali-kali melirik, lalu mendecak sendiri. Pemuda itu mencoba fokus pelajaran, namun nihil, benaknya telah dipenuhi oleh gadis bernama Lalisa Manoban.
Bel berdering nyaring, menandakan kini waktu istirahat dimulai. Jungkook lagi-lagi melirik, memperhatikan Lisa yang tak juga bergerak dari duduknya, masih betah menidurkan kepalanya.
Jungkook menipiskan bibir, lalu mengerjap saat seseorang melewatinya. "Jis," panggil pemuda itu membuat sang empunya nama menoleh.
Jungkook mendesis sesaat, "Gue pengen nanya."
Jisoo mengangkat alis, "Apaan?" tanya gadis cantik berambut panjang itu menghadap sepenuhnya ke arah Jungkook.
Jungkook menipiskan bibir sesaat, lalu berdiri. Ia melewati Jisoo berjalan keluar kelas membuat Jisoo refleks mengikutinya keluar kelas.
"Em ...." Jungkook menggaruk rambutnya yang tak gatal, bingung sendiri ingin memulai percakapan.
"Apasih elo lama banget," sinis Jisoo membuat Jungkook mendecak.
"Jadi ...." Pemuda itu berdeham. "Gue pengen nanyain tentang Lisa."
Jisoo mengangkat alis, namun kemudian tersenyum miring. Gadis yang tergolong memiliki paras sangat cantik itu melipat kedua tangan di depan dadanya, ingin menghujat habis-habisan cowok di depannya.
"Gue udah tau, semua," ungkap Jisoo membuat Jungkook refleks membelalak. "Hm, elo emang payah."
Jungkook melengos pasrah, "Makannya gue nanya elo. Elo sahabat deket Lisa, kali aja dia cerita ke elo."
Jisoo tertawa sarkas walaupun sebenarnya membenarkan, "Terus?" tanya Jisoo berpura-pura tak mengerti membuat Jungkook lagi-lagi mendecak.
Pemuda itu merapatkan bibir, lalu menghela napas panjang. "Salah gue apa?"
Jisoo mengumpat refleks. Gadis itu kemudian menoyor dahi Jungkook, membuat pemuda itu mengaduh kesakitan.
"Ck, gue emang nggak ngerti salah gue apa," Jungkook mengakui membuat Jisoo gemas sendiri ingin mencakar pemuda itu. "Jadi tolong kasih tau gue. Gue nggak ngerti sama sekali."
Jisoo melebarkan mata, tertegun sesaat. Tapi gadis itu berusaha menguasai ekspresi wajah, berdeham sendiri.
"Gue paham, elo orangnya gimana. Jadi gue bisa maklum kalau elo tuh nggak peka, apalagi sama diri sendiri," kata Jisoo tanpa saring membuat Jungkook mendelik, namun tetap membenarkan.
Jisoo melengos panjang, "Menurut gue, coba lo tanya sendiri aja sama orangnya." Jungkook terpaku. Pemuda itu menurunkan garis wajah dengan bahu melemas.
"Gue bukan nggak mau ngasih tau lo tapi, gue pengen elo tuh ada usaha buat luluhin hatinya dia dengan cara yang bener. Lagian juga gue nggak tahu boleh ngasih tau elo apa enggak. Privacy is privacy, sekali pun elo pacarnya."
Jisoo diam sesaat, menatap Jungkook di hadapannya yang kini menggigiti bibir bawah namun pandangannya merunduk, mendengarkan ucapan Jisoo dengan serius.
Jisoo menipiskan bibir, sebenarnya merasa kasihan juga sama si Jungkook ini. Kalau Jisoo mau berpikir lagi, memang wajar sebenarnya. Mengingat Jungkook baru sekali berpacaran, pemuda itu belum terlalu mengerti perihal romansa.
"Tapi, gue bisa nyimpulin satu hal dari apa yang gue denger dari cerita Lisa," aku Jisoo membuat Jungkook mengangkat kepalanya.
Jisoo tersenyum kecil, "Elo terlalu egois, Kook."
Jungkook tersentak, melebarkan mata dengan garis wajah mengendor, namun sebisa mungkin berusaha menguasai ekspresi wajah.
Jisoo merapatkan bibir sesaat. Sebenarnya Jisoo benar-benar tak ingin memaki pemuda di hadapannya. Tapi bagaimana lagi, mental Lisa kini lebih penting.
"Lo terlalu mikirin perasaan lo, Jungkook. Semuanya seakan harus berjalan sesuai keinginan lo, seakan elo itu pengatur relationship kalian."
Jisoo menggigit bibir bawah sesaat, lalu mendesah panjang. "Lisa udah besar. Dia udah bisa mikir panjang, mana yang menurutnya bener mana yang salah. Makannya, dia berani ambil tindakan," jelas Jisoo perlahan dengan penuh makna.
Jungkook menggigit bibir bawah, lalu melengos membuang muka, merasa tertohok tepat. Lidahnya kini kelu, dengan tenggorokan yang telah kering. Pemuda itu merasa sesak tiba-tiba, sebisa mungkin ia terima 'tamparan' dari gadis di hadapannya.
"Bahkan dia rela ngelakuin jalan yang terbaik. Dia siap ketemu Ayah lo, Jungkook. Dia siap jadi pendengar, dia siap jadi pundak. Dan itu, demi elo, Jeon Jungkook. Cowok yang seakan nggak bisa percaya sama keputusan kekasihnya."
***
To Be Continued
©-chocelnate
Yogyakarta, 16 Mei 2020
![](https://img.wattpad.com/cover/211732675-288-k644404.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LO(S)ER | lisa, jungkook
Hayran Kurgu[COMPLETED] ❝ Saat seorang LOVER memiliki sinonim LOSER. ❞ Jeon Jungkook, cogan sekolah mereka yang tiap harinya membaca dan belajar. Jungkook sudah terlelap didunianya sendiri jika dihadapkan dengan buku. Ia pendiam dengan yang lainnya, namun ia be...