40. Kalut

1.1K 115 0
                                    

Napas Jungkook menderu cepat, langkah kakinya melangkah jauh menuju parkiran sekolah yang tak jauh darinya.

Pikirannya kalut, ia tak bisa berpikir jernih saat ini. Pemuda itu tanpa pikir panjang segera mengeluarkan motornya dari deretan motor lainnya, lalu memakai helm dengan gerakan tergesa.

"Jungkook! Stop!"

Yang dipanggil terhenti, menoleh ke arah sumber suara, dilihatnya seorang gadis tengah berlari ke arahnya menyebabkan surainya yang tak diikat terbang berantakan begitu saja.

Jungkook menipiskan bibir saat gadis itu berhenti tepat di depannya. Ia mengatur napas sejenak, lalu menatap Jungkook dengan sorot khawatir.

"Aku ikut!"

Permintaan gadis itu membuat Jungkook melotot kecil, lalu menggeleng mantap. "Nggak, Lisa. Jangan ikut!" tolaknya.

Lisa mendecak, "Kenapa sih Kook? Aku salah apa?"

"Kamu nggak salah. Nyawa kamu taruhannya kalau berangkat sama aku." Terdengar nada merendah dari Jungkook, membuat Lisa yang paham itu langsung mendecak tak terima.

"Justru itu!" Lisa menghela napas perlahan, "aku nggak mau kamu ngebut. Jarak sekolah ke rumah sakit jauh, dan sekarang waktu-waktunya lagi macet. Panik boleh, tapi plis pikir dulu sebelum bertindak, okey?" omel gadis itu yang sebenarnya berusaha menenangkan Jungkook yang sedari tadi tengah gelisah.

Jungkook mendesah pelan, lalu mengalihkan wajah, perlahan mulai sadar jika tingkahnya kini gegabah. Lisa merapatkan bibir, ia harus maklum perihal ini.

"Aku paham kamu panik denger kabar Ayah kamu kecelakaan," lirih Lisa menenangkan. "Tapi Ayah kamu justru tambah sedih kalau sampai kamu kenapa-kenapa."

Bahu Jungkook menurun, ia memandangi gadis itu dalam. Sudah lebih dari hitungan jari, Jungkook luluh dalam peringatannya.

Lalu sepersekian detik kemudian, pemuda itu teringat sesuatu. "Tapi Lis, itu Ayah aku."

Lisa mengerenyit, tidak sepenuhnya paham karena gadis itu belum benar-benar mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Bahkan ia belum tahu jika Ayah Jungkook waktu itu pernah menyuruh kedua insan itu untuk memutuskan hubungan. Lisa belum tahu itu.

Ya gimana, Jungkook mah mainnya sembunyi-sembunyi.

"Ya terus?" tanya Lisa terlihat menantang. Karena Lisa sebenarnya justru ingin bertemu Ayah Jungkook.

"Kamu kan tau Ayah aku gimana ...."

Lisa menipiskan bibir, lalu mendesah samar. "Apasih? Emangnya gimana?" tanya Lisa yang sebenarnya pura-pura bertanya.

Jungkook tersenyum tipis. Kemudian menggeleng pelan, mulai meyakinkan diri sendiri jika semua akan berjalan baik-baik saja. Karena ia harus yakin, ini Lisa, gadis yang ia pilih.

Jungkook mengenyahkan semua pikiran buruk yang terlintas di benaknya, kemudian naik ke atas motornya, "Naik Lis," suruh pemuda itu menunjuk jok belakang dengan dagunya.

Lisa terdiam sejenak. Melihat jika emosi kekasihnya sudah mereda, gadis itu menggeleng. "Aku nanti nyusul secepatnya deh, nggak bawa helm kalau ikut motor kamu."

"Trus nanti berangkat sama siapa?" Jungkook mengerenyit saat mendengar jawaban Lisa.

Lisa tampak berpikir, ia mengetuk-ngetuk dagunya pelan. "Gampanglah nanti aku bisa naik taksi."

Jungkook melotot, "Nggak, itu buang-buang uang namanya. Ayo aku anter ke rumah, ambil helm, trus langsung kesana."

Lisa ingin mengelak, namun urung. Ia juga mengerti sebenarnya Jungkook tengah menahan paniknya. Lalu gadis itu menurut, ia duduk di jok belakang motor Jungkook dan mulai menikmati embusan angin menerpa wajahnya kini.

***

To Be Continued

©-chocelnate
Yogyakarta, 26 Mei 2020

LO(S)ER | lisa, jungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang