"LO TUH PUNYA OTAK GAK SIH HAH?!"
Jungkook memejamkan matanya sedari tadi sejak gadis berambut panjang itu menghampirinya dan memberikan makan malam berupa umpatan.
Dara tak habis pikir. Belum puas rasanya, walau tenggorokannya kering karena bentakan yang ia lontarkan sedari tadi, gadis itu tak peduli.
"Dar, plis. Ini udah malem, ganggu tetangga," ucapan Jungkook membuat Dara mau tak mau menghentikan bentakannya.
Gadis bersurai panjang itu berkali-kali mengusap kasar parasnya, juga tak sekali dua kali menghela napas berat.
"Oke lo bisa maki-maki gue, tapi jangan sekarang. Bokap gue barusan tidur."
"Jeon, ada apa ribut-ribut?"
Ah, padahal baru saja Jungkook berhasil menenangkan Dara yang wajahnya memerah. Walau Dara terlihat tak banyak peduli dengan kehadiran ayah sahabatnya, gadis itu masih betah terisak.
"Dara, masuk dulu sini," suruh Ayah Jungkook membuat Dara mau tak mau mengangguk lemah, kemudian berjalan gontai memasuki kediaman Jungkook.
Jungkook yang ditinggal di depan gerbang rumahnya sendirian, kini mendesah berat. Bayang mantan pacarnya itu mulai melesat di benaknya, juga kalimat sarkas Dara yang membuatnya pusing mendadak.
Lisa anemia.
Oh bodoh, kenapa Jungkook baru menyadarinya? Gadis itu punya pengalaman setelah mengikuti ekstra basket, besoknya gadis itu terbaring lemah di ranjang UKS. (re: chapter 2)
Dan baru saja Dara mengumpatinya karena terus memberi dukungan pada Lisa yang seharusnya tak ikut pertandingan, Jungkook tak tahu betul dan ia disalahkan?
Kepala Jungkook serasa berat mendadak.
Dara mendudukkan diri di sofa ruang tamu, disusul Ayah Jungkook yang duduk di sudut penyiku dari Dara. Gadis itu masih terisak, membenamkan wajahnya pada kedua telapak tangannya.
Dara menceritakan semuanya, tak terkecuali. Walau dengan beberapa isakan yang terkadang mengganggu, kepala keluarga Jeon harus memahami jika gadis itu merasa terluka karena perbuatan sahabatnya. Yah, walau sebenarnya Dara bisa saja tidak usah ikut campur, tapi tetap saja ia harus andil di antaranya.
Ayah Jungkook terdiam sejenak, mencari kata-kata yang pas agar sahabat dari anak semata wayangnya ini tidak tersinggung. "Dara, kamu pasti tau Jeon."
Kalimat itu membuat mulut Dara terkatup rapat. Gadis itu mendongak, tak menutupi wajahnya yang sembab bekas mengungkapkan apa yang ia pendam.
"Bukan ayah membela dia, tapi ...," Ayah Jungkook terdiam sejenak, tersenyum tipis. "Kamu pasti tau kan dia terus ngasih yang terbaik, walau caranya salah."
Dara mengangkat alis, masih tak terima dengan perkataan pria di hadapannya barusan. Ia meneguk ludah, melengos, tak ingin menatap pria tersebut.
"Toh, sepertinya Lisa akan marah jika dia tau kamu bentakin Jeon dengan alasan begini," opini Ayah Jungkook dengan kekehan di akhir kalimatnya.
Alis Dara menukik, merasa tersinggung. "Maaf?"
Pria tersebut masih betah dengan sunggingan senyumnya, "Jeon juga tak bisa berbuat banyak. Setelah kamu bentak seperti tadi, mungkin saja dia kepikiran mencari darah baru untuk Lisa, tapi itu tidak mudah, Dara. Sedangkan alasan kamu? Melampiaskan emosi, 'kan?"
Bibir Dara terkatup rapat. Ia tak bisa mengelak, karena opini itu memang benar adanya. Lidahnya kelu mendadak, tenggorokannya mengering dengan bahu yang melemas, menyesal karena mengambil tindakan tanpa pikir panjang.
"Saya paham kamu marah, terlebih kamu perempuan," sambung pria tersebut membuat Dara mengerenyit, "maafin Jeon, ya. Dia emang cupu gitu."
Badan Dara menegak, berdeham kecil menegur membuat Ayah Jungkook tertawa kecil tersindir.
"Tapi saya yakin, siapapun yang mendapat perlakuan spesial, hatinya akan luluh walau cara masing-masing orang berbeda. Yah, tinggal menunggu waktu yang berkata. Apakah orang tersebut akan menyerah, atau tetap bertahan."
Dara menipiskan bibir, lalu tertawa kecil. "Anda bucin juga ternyata," sahut gadis itu membuat pria tersebut tergelak.
"Tapi, ada yang masih saya bingungkan disini," perkataan Dara membuat Ayah Jungkook mengangkat alis tinggi.
Dara merundukkan pandangan sejenak, "Kenapa ... Jeon mutusin Lisa kalau sekarang dia masih ngejar? Bukannya Jeon bilang mau lanjutin pendidikan di Turki, ya?"
Ayah Jungkook terdiam, menatap Dara lurus beberapa saat. Kemudian, pria tersebut mengalihkan tatapannya, menatap kosong dengan berbagai pikiran yang bercabang di benaknya.
Pria tersebut tersenyum sesaat, "Karena dari tatapannya pun, dia sudah menjelaskan semua, kalau Jeon ingin menyebutkan sumpah di hadapan Tuhan."
***
To Be Continued
©-chocelnate
Yogyakarta, 12 Juni 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
LO(S)ER | lisa, jungkook
Fanfiction[COMPLETED] ❝ Saat seorang LOVER memiliki sinonim LOSER. ❞ Jeon Jungkook, cogan sekolah mereka yang tiap harinya membaca dan belajar. Jungkook sudah terlelap didunianya sendiri jika dihadapkan dengan buku. Ia pendiam dengan yang lainnya, namun ia be...