54. Julid

1K 113 6
                                        

Gadis berambut panjang itu melangkah menuruni tangga dengan terburu, tak sekali dua kali ia tak sengaja menyenggol orang yang berlalu lalang.

Gadis bernama Sandara Park itu menolehkan kepala kesana kemari di area lapangan basket, lalu mendatangi seseorang yang duduk santai di pinggir lapangan.

"Permisi, cewek dari sekolah lain yang tadi jatuh pingsan sekarang dimana?" tanyanya cepat.

Orang yang ditanya ternganga sejenak, sempat bingung. "Tadi kayaknya dibawa ke UKS, tapi sekarang nggak tau udah dibawa balik at—"

Dara tak menanggapi. Gadis itu berbalik dan melesat pergi menuju UKS, dalam hati merutuk. Baru saja ia tinggal beberapa menit karena urusan OSIS, bagaimana bisa ia mendengar jika Lisa jatuh pingsan setelah sorakan kemenangan untuk sekolah mereka diluncurkan?

Dara tak habis pikir.

Ia masuk tanpa permisi ke UKS bersuhu rendah itu, makin panik saat pandangannya menangkap Lisa kini terbaring lemah di ranjang UKS bersama keempat temannya yang tak Dara kenali.

"Elo kenapaaaaa," rengek Dara mendekati ranjang Lisa, menggoyang-goyangkan pelan tubuh lemah gadis itu.

Lisa terkekeh pelan, "Gue nggak papa," lirihnya membuat Dara mengatupkan bibir rapat.

Dara menghela berat, "Gue udah kenyang sama kata-kata lo. Walaupun sekolah lo menang, harusnya lo bisa– argh! Terserah!"

Dara melangkah keluar ruangan dengan langkah berdentum-dentum, merasa kesal dengan gadis yang menjadi mantan pacar sahabatnya. Ia tak ingin mendatangi Lisa hanya untuk marah-marah, ia tahu Lisa juga butuh istirahat.

Bukan tanpa alasan ia datang ke UKS. Sebenarnya ia tak ada niat datang ke UKS hanya beberapa detik, namun mendengar lirihan mengesalkan dari Lalisa, Dara kecewa begitu saja.

Gadis berambut panjang itu melirik, menduduki bangku depan ruang UKS diselingi helaan napas berat. Ia memijat pelan pelipisnya, OSIS benar-benar membuatnya menjadi sibuk, ditambah kabar jika Lisa kini terbaring lemah di ranjang UKS-nya.

"Em, maaf."

Dara tersentak saat tiba-tiba seseorang duduk di sebelahnya, membuat Dara refleks menegakkan tubuh dan menggeser duduknya, memberi jarak.

"Nama aku Jihyo, salah satu timnya Kak Lisa—"

"Terus?" sahut Dara cepat, nampak tak peduli.

Jihyo, salah satu adik kelas Lisa yang ikut pertandingan basket antar sekolah kini nampak kebingungan. Ia mengerjap pelan, mencoba sabar.

"Tadi anak PMR sekolah kakak periksa dia," gantung Jihyo membuat Dara melirik penasaran.

Jihyo menipiskan bibir sejenak, "Cek hemoglobin."

"HEH?" Dara menoleh terkejut, membuat Jihyo termundur sesaat. "Yakin lo?" tanya Dara tak percaya, mengingat UKS-nya hanya memiliki fasilitas biasa-biasa saja.

Jihyo mencoba tak mengumpat, tersenyum tipis sembari mengangguk. Kemudian netranya beralih, memutus kontak dengan Dara secara sepihak.

"Trus, hasilnya gimana?" tanya Dara yang juga was-was.

Jihyo terdiam, tak langsung menjawab. Membuat Dara mendecak kesal karena lama menunggu. "Hemoglobinnya berapa?" ulang Dara dengan kata yang berbeda.

"Sepuluh." Dara membelalakkan matanya.

Jihyo mendesah, "Angka sepuluh itu emang tergolong masih mending, kak. Tapi kalau liat keadaan Kak Lisa akhir-akhir ini, aku angkat tangan deh kak," adu Jihyo membuat Dara meneguk ludah sesaat.

Dara mendesis, "Emang akhir-akhir ini dia kenapa?"

"Nggak tau. Muka Kak Lisa pucet, kalau latihan juga kurang fokus. Udah berkali-kali disuruh istirahat dulu, Kak Lisanya yang justru nggak mau," gerutu Jihyo menyebikkan bibirnya, merasa sebal juga karena Lisa akhir-akhir ini menjadi batu.

"Trus kenapa kalian tetep biarin dia ikut pertandingan, sih?" Dara mendecak kesal, "udah tau kondisi dia gitu, harusnya digantiin."

Jihyo memanyunkan bibir sesaat, dalam hati tak terima karena disalahkan. Dara mengalihkan wajahnya, menatap lantai koridor dengan pikiran yang bercabang. Yang kemudian ia menepuk-nepuk pelan keningnya, merasa pusing sendiri.

"Eh tapi, emang ada kakak kelas cowok yang justru nyuruh Kak Lisa tetep ikut tanding. Dia juga terus ngasih makan Kak Lisa secara diam-diam gitu, nggak tau kenapa."

"He?" celetukan Jihyo membuat Dara menoleh cepat, menatap Jihyo dengan tatapan penuh tanda tanya. "Maksud lo?"

"Aku rasa Kak Lisa itu orang yang spesial menurut dia, walau emang kabarnya mereka itu pacaran, tapi kenapa harus diem-diem gitu?" omel Jihyo yang tanpa sadar menjadi julid.

Dara mengerenyit, mulai terpikirkan satu nama. "Siapa namanya?"

"Hn?" Jihyo menoleh, "emang kakak kenal walau aku sebutin namanya?"

"Cerewet lo. Siapa namanya ha?"

Jihyo menipiskan bibir sejenak, "Namanya Kak Jungkook."

Dara menggeram di tempat, tanpa sadar tangannya terkepal menahan amarah.

***

To Be Continued

©-chocelnate
Yogyakarta, 11 Juni 2020

LO(S)ER | lisa, jungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang