Sudah tigapuluh menit kelima teman dari Ayesha pulang, dan gadis itu masih belum sadar. Sedangkan Dio, ia hanya duduk di sofa kamar rawat Ayesha sambil memperhatikan wajah tertidur istrinya dari jauh.
Jujur, Dio masih kesal dengan kejadian yang dilihatnya tigapuluh menit lalu, dimana ada seorang lelaki yang tak dikenal berani menggenggam lengan istrinya. Bahkan saat keluar tadi pun, lelaki itu tak bicara apa-apa selain berpamitan.
Dio benar-benar kesal bila mengingatnya.
Oh iya, omong-omong soal Dio ke ruangan dokter tadi, Dokter mengatakan bahwa Ayesha harus dirawat selama beberapa hari di Rumah Sakit karena kondisinya yang lemah. Apalagi sepertinya Ayesha kekurangan nutrisi yang kalau dibiarkan juga bisa membahayakan janinnya.
Dio tak habis pikir, bagaimana bisa istrinya itu bersikap bodo amat terhadap kondisi fisiknya. Apalagi Dio yakin, perempuan itu tadi pagi tidak menyentuh sarapannya karena Dio yang harus berangkat pagi-pagi sekali. Karena semenjak hamil, Ayesha tak suka bila disuruh makan sendirian.
Saat matanya hampir terpejam, lelaki itu mendengar lenguhan dari istrinya. Buru-buru ia bangkit dan menghampiri ranjang rawat Ayesha, digenggamnya tangan Ayesha yang bebas sambil mulutnya berbisik memanggil nama istrinya.
"Ay.."
Perempuan itu membuka matanya, dilihatnga raut khawatir bercampur lelah di wajah Suaminya.
"Kak.." sahutnya, pelan sekali.
"Iya, ini aku.." diarahkannya telapak tangan Ayesha untuk menyentuh pipinya.
"Kenapa bisa pingsan sih?"
Ayesha menggeleng.
"Aku juga gak tau, Kak." ringisnya.
"Kamu tadi pagi gak sarapan 'kan?" Ayesha mengangguk ragu, "Kenapa?"
"Jangan alesan karena gak ada temennya." potong Dio sebelum Ayesha menjawab.
"Gak laper." ya, memangnya apa lagi yang bisa ia jadikan alasan bila sudah diancam seperti itu.
"Ay," Dio mengusap pelan kepala Istrinya, "harus berapa kali aku bilang, mau kamu laper atau enggak, mau kamu nafsu atau enggak, kamu harus tetap makan."
Ayesha diam.
"Terus, kenapa keluar rumah gak izin aku?"
Ayesha meringis, dia benar-benar lupa mengabari Dio karena terlalu asik dengan teman-temannya. Harusnya tadi ia ikuti saran Yura untuk memberi kabar kepada Suaminya terlebih dahulu.
"Maaf, tadi lupa." Ayesha mengalihkan pandangannya, kemanapun asal tak melihat wajah kesal Dio.
Dio menghela napas. "Kalo udah kejadian kayak gini, kalo misalnya tadi temen kamu gak ngabarin aku, kamu tau bakal segimana khawatirnya aku?"
Bila mengingat saat teman dari Ayesha meneleponnya tadi, tak ada ucapan aneh apapun yang Dio dengar saat lelaki itu meneleponnya melalui ponsel Ayesha. Hanya saja Dio tak suka bila ada lelaki sembarangan menyentuh Istrinya.
"Aku gak suka sama temen kamu."
Ayesha menautkan alisnya.
"Yang mana?" tanya Ayesha, "Yang cowok."
"Jihoon?"
"Yang mukanya China-China itu, yang pendiem."
Kalau yang China, maka bisa jadi Lucas atau Hendery. Tapi kalau pendiam, maka sudah pasti Hendery jawabannya.
"Maksud Kakak.. Hendery?"
"Aku gak tau namanya, yang jelas aku gak suka dia deket-deket kamu. Apalagi tadi dia genggam tangan kamu segala waktu kamu pingsan. Kalo aku gak tahan diri, udah aku tonjok mukanya begitu dia keluar ruang rawat kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband | Do Kyungsoo [COMPLETED]
Fanfiction❝Aku gak bisa janji untuk gak bikin kamu nangis, tapi aku bakal berusaha untuk bikin kamu bahagia.❞ ―𝐃𝐢𝐨 𝐅𝐢𝐤𝐡𝐚𝐫 𝐀𝐝𝐢𝐧𝐚𝐭𝐚 #4 in dokyungsoo [Aug 30, 2020] #2 in ayesha [Oct 4, 2020] #2 in echa [Oct 6, 2020] #2 in exolokal [Nov 19, 2020]...