Happy reading
*****
Riana membuka matanya perlahan, matanya menyipit ketika sinar matahari menerpa wajahnya. Riana baru menyadari ternyata dirinya sudah berada diatas tempat tidurnya, seingatnya, kemarin Riana duduk didepan jendela setelah melihat Riyan dan Reyhan. Riana mengendikan bahunya, kalo bukan Riyan ya pasti Reyhan yg membawanya ke atas tempat tidur. Tak mau pikir panjang, Riana memutuskan untuk beranjak dari ranjangnya. Gadis itu menoleh kearah nakas, ternyata disana sudah ada secarik kertas.
Kak Rey udah dikantor, maaf ngga pamitan soalnya udah telat. Kamu ngga usah sekolah dulu, Kakak tau badan kamu pasti sakit kan? Makanya kalo udah ada kasur jangan tidur di depan jendela. Oh ya, di meja makan udah Kakak siapin nasi sama telor dadar, ngga papa kan? Tadi juga Kakak ngga sempet liat kondisi Kak Iyan, coba kamu cek di kamarnya ya.
Senyum Riana tercetak setelah membaca surat dari Reyhan, ternyata Reyhan yg memindahkan dirinya. Gadis itu kemudian berjalan keluar kamarnya untuk melihat kondisi Riyan
Saat Riana sampai dikamar Riyan, Riana dapat melihat cowok itu sudah tertidur di ranjangnya. Riana melangkah mendekati Riyan, mengingat kemarin Riyan basah kuyup di kamar mandi, Riana mencoba untuk menyentuh kening Kakaknya, ternyata panas. Sontak Riana berlari ke luar kamar Riyan untuk menyiapkan kompres sebelum dirinya menelfon Reyhan
" Hallo? Kenapa Ri? "
" Kak Iyan sakit, Kak "
" Kakak pulang sekarang "
Setelah mengucapkan hal itu, Riana segera mematikan sambungan telfonya pada Reyhan. Kini Gadis itu tengah mengompres dahi Riyan, sedangkan Riyan sendiri sudah membuka matanya dan wajah kawatir Riana lah yg ia lihat pertama kali. " Kamu kenapa, hm? " Tanya Riyan dengan nada lirihnya, tangan cowok itu mengusap pipi Riana
" Kakak makan dulu ya? Abis ini Kak Rey pulang "
Riyan menggeleng. " Kakak ga pengen makan, Ri "
" Makan dikit aja Kak. Kalo Kakak ngga makan, nanti malah makin sakit tau " Jawab Riana, Gadis itu menyodorkan sesendok bubur yg tadi sudah ia buat untuk Riyan. Namun, Riyan masih tak mau makan
Riana mendengus. " Makan, atau aku telfon Kak Rey nih " Gadis itu menatap Riyan sengit
Riyan nampak terdiam sejenak, kemudian laki laki itu akhirnya mengangguk samar. Jujur, lebih baik Riyan makan aja walalupun rasanya pahit dari pada nanti dengerin omongannya Reyhan yg udah melebihi emak emak kompleks
Riana tersenyum senang, Gadis itu kemudian menyuapi Riyan dengan perlahan, sambil menunggu kedatangan Reyhan
Cukup lama, akhirnya Reyhan datang. Laki laki itu nampak panik menaiki tangga, untuk menghampiri kedua adiknya. Saat Reyhan sampai di kamar Riyan, Reyhan menyaksikan Riana yg dengan senyumannya sedang mengompres dahi Riyan. " Udah mendingan? "
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangisan Riyana (END)
Ficção Adolescente•kali ini, kebencian yg menjadi pelindungmu• Dalam kehidupan seorang Riana Bratadikara, dia harus menerima kebencian dan hinaan yg kerap dilontarkan oleh sekumpulan orang yg Riana sebut Keluarga. Rasa sakitnya begitu nyata, dan kekerasan fisik itu m...