Chapter 4 : Bicara

2.4K 275 45
                                    

.
.
.
.
.

Hening,

kata yang tepat untuk menggambarkan suasana yang mneyelimuti kedua ketua murid yang duduk sembari sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Tidak satu pun dari mereka ingin menghancurkan keheningan yang terbentuk. Hermione masih sibuk dengan novelnya dan Draco sibuk melamun sembari menatap jendela dengan tangan yang menyangga siku.

Wajah Draco sangat dekat dengan kaca Kopartemen sehingga pantulan wajahnya sangat jelas di kaca, begitu juga dengan Hermione. Gadis itu memiringkan kepalanya ke dekat jendela, membuat bayangannya tercipta sama seperti Draco.

Entah darimana keinginan itu berasal, mata mereka berdua bertemu. Mata abu-abu Draco menoleh ke arah Hermione begitu juga dengan mata cokelat Hermione yang terangkat untuk menatap Draco.

Beberapa detik berlalu, kedua orang itu mengalihkan pandangan mereka pada kegiatan mereka tadi.

Draco dengan lingkungan di luar.

Hermione dengan novel bacaannya.

Draco begitu gelisah setelah tatapan beberapa detik itu dengan pasangan ketua muridnya. Rahannya mengeras, kenapa ia harus bertatapan dengan pahlawan sihir yang begitu populer sekarang ini. Rasanya begitu canggung apalagi, Hermione salah satu orang yang pernah ia bully di Hogwart selama beberapa tahu bersama teman-temannya.

Dia memusatkan pandangannya pada apa yang ada di depannya, tapi tak bisa dipungkiri bahwa pikiran Draco menerawang kejadian beberapa menit tadi. Mata cokelat Hermione, bibir tipis Hermione yang berwarna pink, rona merah yang terdapat di kedua pipi gadis Gryffindor itu serta rambutnya yang bergelombang cantik membuat Draco Malfoy harus mengakui bahwa gadis yang pernah dia bully itu adalah gadis tercantik yang pernah ia lihat.

Setelah ibunya. Bagi Draco Malfoy, ibunya adalah wanita tercantik yang pernah ia temui dalam hidupnya.

Bukan hanya Draco, kini gadis yang duduk di depannya itu juga merasakan kegelisahan yang sama. Ia beberapa kali meremas bukunya karena pikirannya menerawang kejadian yang lewat beberapa menit itu. Kejadian yang hanya berlangsung beberapa detik tapi sepertinya tidak akan terlupakan selama hidupnya.

Bagaimana bisa? Ia seorang Hermione Granger menatap seorang Draco Malfoy seorang anak laki-laki yang sering membullynya di Hogwarts dulu. Mungkin Hermione tidak akan menganggap Draco Malfoy jahat walaupun seorang pelahap maut. Karena ia tahu bahwa pemuda pirang itu terpaksa melakukannya.

Tapi tetap saja, Draco yang duduk di depannya ini sangatlah berbeda dengan Draco Malfoy dulu. Di mana ada yang cerewet, berlagak sombong, sering berbohong dan banyak bertingkah menjadi pemuda yang pendiam, dingin dan lesu.

Hal itu membuat Hermione terkadang sedih, bagaimana seseorang berubah atas kesalahan yang tidak ia lakukan. Ia mungkin hanya terpaksa melakukan itu, tapi banyak orang yang menyalahkan sepenuhnya kepada pemuda yang duduk di depannya itu.

Tanpa di duga Hermione, ia menatap sepenuhnya kepada Draco yang tampaknya tidak sadar sedang di tatap Hermione. Novel di tangannya tidak di hiraukan Hermione.

Ia masih terus menatap sendu ke arah pemuda pirang itu.

Dari atas, King Cross melaju di tengah-tengah pohon yang lebat.

I Will Protect You (The Hidden History of Ancient Greek Wizards) TAMAT ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang