11.

424 84 5
                                    

Jarak antara Shin-hye dan Hae-jin tinggal 3 meter lagi. Shin-hye benar-benar akan hancur jika Hae-jin melihatnya. Shin-hye celingukan mencari cara agar Hae-jin tidak melihatnya.

Dilihatnya tempat sampah di belakang Shin-hye. Shin-hye membuka tempat itu dan menemukan plastik hitam yang cukup besar. Shin-hye membuang isi plastik lalu menutup seluruh kepala Shin-hye dengan plastik hitam itu.

Tepat saat Hae-jin melaluinya. "Annyeonghaseyo, Sansenim." Sapa trio rumpi pada Hae-jin.

"Annyeong." Balas Hae-jin. Seketika Hae-jin berhenti dan melihat salah satu siswa memakan plastik di kepalanya.

Shin-hye yang sadar Hae-jin berhenti di hadapannya gugup. "A- annyeonghaseyo, Sansenim." Salam Shin-hye gugup.

"Eoh. Tapi kenapa kau memakai plastik di kepalamu?" Tanya Hae-jin heran.

"Ah... Saya... Saya... Takut terkena panas matahari. Iya. Karena lantai bawah begitu panas, jadi... Jadi saya pakai ini, Sansenim." Alasan Shin-hye dan membuat Hae-jin terkekeh.

"Kau ini lucu sekali." Hae-jin pergi melanjutkan langkahnya.

"Wuaaahhh... Dia tampan sekali saat tertawa." Ucap Ha-kyung melongo dan diangguki oleh Na-na dan Na-bi. "Tapi eonnie, kenapa kau memakai plastik di kepalamu?" Shin-hye melepas plastik.

"Alergi orang tampan." Jawab Shin-hye lalu pergi meninggalkan trio rumpi.

Shin-hye memutuskan untuk menemui Jung-shin. Saat dia menuju teman belakang, lagi-lagi Shin-hye melihat Hae-jin. "Kenapa dia lagi?" Shin-hye bersembunyi di balik tembok. "Apa dia hantu? Dimana-mana ada?"

Dilihat Hae-jin sedang berbicara dengan seseorang lewat ponselnya. "Eoh. Aku tau. Kau cukup urus yang ada disitu. Aku akan mengurus sisanya. Aku harus pergi karena sebentar lagi akan masuk kelas. Aku tutup dulu." Hae-jin menutup sambungan lalu berbalik.

Tau Hae-jin melangkah ka arahnya, Shin-hye bersembunyi dan berharap Hae-jin tidak melihatnya. "Hanya lewat. Hanya lewat. Hanya lewat." Hae-jin benar-benar hanya melaluinya dan tidak melihatnya.

Shin-hye menarik nafas lega. Kini dia harus melompati pagar. Shin-hye celingukan takut-takut ada yang melihatnya terutama Hae-jin. Merasa yakin tidak ada orang, Shin-hye akan memanjat pagar. "Shinji-ya... Apa yang kau lakukan?" Entah muncul darimana Min-hyuk muncul dari belakang.

"Bagaimana dia bisa muncul? Aish..." Tiba-tiba Shin-hye terpeleset. Namun masih menggantung.

"Shinji-ya... Yya, lepaskan itu! Aku akan menangkapmu. Eoh?" Min-hyuk mendekat ke arah Shin-hye. Namun kaki Shin-hye justru menapaki wajah Min-hyuk lalu naik keatas.

"Sansenim masuk saja. Sebentar lagi kelas. Jangan pedulikan saya." Shin-hye melompat ke bawah luar sekolah.

"Yya kau! Bagaimana bisa aku tidak peduli? Yya! Lee Shin-ji!" Tidak peduli dengan teriakan wali kelasnya, Shin-hye berlari menuju jalan raya.

"Hah... Kenapa dia larinya cepat sekali?" Min-hyuk menyentuh wajahnya yang berbekas sepatu Shin-hye. "Appo."

Sing-dance club

"Jadi apa rencanamu selanjutnya?" Tanya Jung-shin.

"Kita harus membantu Hye-jung." Jawab Shin-hye penuh khawatir.

"Bagaimana caranya? Kau lihat sendiri yang terjadi pada Shin-hwa? Kau mungkin akan bisa seperti itu, Shin-ah... Dan aku tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk padamu lagi." Jung-shin lebih khawatir.

"Tidak. Aku tidak bisa diam saja, Jungshin-na. Apa yang terjadi padaku, tidak bisa terjadi pada orang lain."

"Arra. Tapi bagaimana?" Jung-shin frustasi dengan hal ini. Shin-hye pun sama. "Bagaimana Hae-jin hyung?"

The Killer MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang