19.

317 82 11
                                    

"Hahahahahaha..." Shin-hye tertawa terbahak-bahak. "Yya... Ji Soo. Kau benar-benar lucu." Shin-hye mundur lalu pergi kembali ke dapur.

Ji Soo membuang nafas lega. "Apaan itu tadi?" Ji Soo memegang dada yang tak karuan. Ji Soo melangkah ke tempat duduk yang di suruh Shin-hye tadi.

Tak lama Shin-hye keluar dengan membawa makanan rumahan. "Nah... Ini, makanlah." Selesai di sajikan semua, Shin-hye duduk di depan Ji Soo. Ji Soo hanya diam menatap Shin-hye. "Wae? Tidak makan?" Ji Soo masih diam. "Aigoo... Dasar." Shin-hye mengambil sendok lalu menyuapkan nasi ke mulutnya. "Lihat? Aku tidak memberikan racun. Jadi makanlah." Tangan Ji Soo di berikan sendok baru Ji Soo mau makan.

Ragu untuk menyuapkan soup di depannya. Namun Ji Soo tetap memakannya. Enak sekali. Lalu dengan lahap Ji Soo memakan semua makanan di depannya.

"Pelan-pelan. Mereka tidak akan lari." Setelah selesai makan, Ji Soo bersandar ke kursi. "Soo-ya..."

"Wae?"

"Aku akan memberikan 3 pertanyaan, jadi jawab saja." Shin-hye menatap Ji Soo serius.

"Tergantung bagaimana pertanyaanmu."

"Pertama, kenapa kau bermusuhan dengan Shin-hwa?"

"Kenapa kau ingin tahu?" Shin-hye membuang nafas.

"Kedua, kenapa kau tidak berteman saja dengan Shin-hwa?"

"Apa kalian jadian?"

"Ketiga, dari semua orang, kenapa harus Yong-hwa?"

"Karena kita sama-sama bejat." Ji Soo bangun. "Tentang pertanyaan mu untuk berteman dengan Shin-hwa, aku akan pikirkan."

"Gumawo." Ucap Shin-hye tulus. Ji Soo yang mendengar ucapan itu merasakan hatinya berdebar lagi. Segera dia berpaling agar Shin-hye tidak melihat wajahnya yang merona.

"Aku... Aku pergi dulu." Ji Soo ambil tas dan keluar dari toko roti itu.

"Sebenarnya dia anak yang baik dan penurut. Hanya saja... Cara mendidiknya salah. Jung Yong-hwa, apa yang kau ajarkan pada anak-anak polos seperti itu?"

🍃🍃🍃

Rumah Sakit Seoul

Seo-hyun tergesa-gesa lari menuju ruangan inap putranya. Segera dia membuka pintu dan terkejut karena apa yang dia takutkan sudah menunggunya. "Sajangnim..." Ucapnya dengan nafas terengah-engah.

"Ku pikir kau tidak ikut menjemput karena menunggu anakmu. Ternyata kau sama sekali tidak khawatir dengan putramu yang saat ini sedang sakit." Seorang laki-laki berumur duduk di samping Soo-chan yang sedang terlelap. Sementara di sofa, ditempati Yong-hwa dan Soo-jung. Soo-jung menatap Seo-hyun dengan sinis sementara Yong-hwa tidak peduli.

"Sa-saya..." Seo-hyun tergagap-gagap mencari-cari alasan.

"Kau pasti bersenang-senang selama aku tidak ada. Bahkan putramu sakit, kau tidak tau."

"Saya, saya tidak menerima kabar apapun, sajangnim. Bahkan kabar sajangnim pulang, tidak ada yang memberi tau."

"Bagaimana kau bisa tau kalau ponselmu saja tidak bisa dihubungi?"

Seo-hyun membulatkan matanya. Dia lalu memeriksa ponselnya dan ponselnya mati. Dia baru ingat bahwa dia sendiri yang mematikan ponselnya agar tidak ada yang mengganggu waktunya dengan Jong-hyun. "Maafkan saya. Ponsel saya mati, sajangnim. Sepertinya saya lupa mengisi daya."

"Ya... Memang manusia tempatnya lupa." Tn. Jung berdiri dengan di bantu tongkat jalan. "Yong-ah... Ayo kita pulang. Biarkan eomma Soo-chan yang menjaga Soo-chan disini."

The Killer MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang