21.

367 95 18
                                    

SMA JYH

Shin-hye dan Shin-hwa bersama-sama datang ke sekolah. Shin-hwa fokus dengan bukunya. "Eomma tidak belajar?" Tanyanya sambil berjalan ke  gerbang sekolah.

"Untuk apa? Eomma ke sekolah untuk menjagamu. Bukan belajar." Seketika langkah Shin-hwa terhenti. "Wae?"

"Apa eomma pintar saat sekolah dulu?" Tanya Shin-hwa sambil menatap Shin-hye.

"Bisa jadi."

"Lalu, apa eomma juga berkelahi saat sekolah dulu?"

"Eoh."

"Eomma!"

"Husstttt..." Shin-hye menutup mulut Shin-hwa. "Kenapa kau tiba-tiba marah?"

Shin-hwa melepaskan diri. "Jika eomma masih mau bersekolah bersama ku, eomma harus berhenti berkelahi dan fokus belajar." Ucap Shin-hwa serius.

"Mwo?"

"Aku serius. Jika eomma tidak mau berhenti berkelahi, maka aku akan lapor ke kepala sekolah bahwa siswa pindahan di depanku ini adalah seorang ahjumma berumur 34 tahun." Shin-hwa berbalik meninggalkan Shin-hye sendirian di depan gerbang sekolah.

"Yya, Park Shin-hwa... Bagaimana bisa dia meninggalkan ku seperti itu?" Shin-hye menggaruk kepala yang tidak gatal.

"Lee Shin-ji." Shin-hye menoleh ke sumber suara.

"Ji Soo. Wae?"

"Ikuti aku." Ji Soo pergi duluan.

"Kenapa lagi sekarang? Aaahhhhh... Jinja. Membuat ku frustasi." Shin-hye mengacak-acak rambutnya. Shin-hye mengikuti Ji Soo hingga ke belakang sekolah. "Sebenarnya ada apa?"

Ji Soo memajukan kakinya. "Ikatkan." Shin-hye menunduk dan melihat tali sepatu Ji Soo tidak terikat.

"Kau pikir aku ini apa?" Shin-hye tetap mengikat tali sepatu Ji Soo. "Puas?" Shin-hye berdiri.

"Kau... Menyukai ku?" Tanya Ji Soo.

"Jangan berlebihan." Shin-hye berbalik dan akan pergi. Namun tidak jadi karena Hae-jin datang sambil menghubungi seseorang. Shin-hye buru-buru bersembunyi dan menarik Ji Soo ikut dengannya.

"Nde, Abeoji. Untuk saat ini tidak ada pergerakan mencurigakan. Aku akan tetap mengawasinya, abeoji. Nde."

Mengawasi? Nugu? Siapa yang oppa awasi? Wae? Shin-hye berpikir keras. Apa mungkin oppa ke sekolah untuk mengawasi seseorang atas perintah appa?

Dibalik Shin-hye yang saat ini menguping dan berpikir keras, ada Ji Soo yang sejak tadi tidak lepas menatap wajah Shin-hye yang kini ada didepannya. Hanya berjarak beberapa senti saja, mungkin bibir Ji Soo bisa menyentuh pipi Shin-hye. Bagaimana tidak? Mereka berhadap-hadapan di dalam gang kecil.

Hae-jin sudah selesai menelpon dan akan beranjak pergi. Shin-hye membuang nafas lega namun kaget karena melihat Ji Soo menutup mata sambil tersenyum.

"Kau kenapa?" Tanya Shin-hye. Ji Soo yang terkejut memilih keluar dari gang.

"Si-siapa bilang aku menyukai mu!?" Ji Soo sambil berteriak.

"Mwo? Kau gila?"

"Kau yang gila! Aish..." Ji Soo pergi meninggalkan Shin-hye.

"Mwoya? Dasar..." Shin-hye keluar dari gang. Namun tepat Hae-jin masih disitu dan memperhatikan dirinya. Damn! "Ottoke... Ottoke... Ottoke..." Shin-hye berbalik dan menyembunyikan wajahnya.

Hae-jin menghampiri Shin-hye. "Tunggu, Siswa!" Saat Shin-hye akan lari, tangannya sudah di tahan Hae-jin. "Siswa, wajahmu mirip seseorang. Bisa kau menghadap padaku."

"Bukan, sansenim. Saya harus kembali ke kelas sekarang." Elak Shin-hye mencoba melepaskan diri. Namun tenaganya tidak sekuat Hae-jin.

"Siswa!" Hae-jin menarik Shin-hye dan menatap wajahnya. "Shinji-ya..."

"Oppa..." Hae-jin melangkah mundur. Tidak percaya dengan yang ada dihadapannya. "Oppa..."

"Kau... Kenapa kau disini? Kenapa dengan seragam itu? Apa yang terjadi? Kenapa kau tidak pernah memanggilku?" Hae-jin mendekat lagi dan mengguncang-guncangkan tubuh Shin-hye. "Tidak peduli dengan alasanmu, ayo kita pulang."

"Aku tidak bisa."

"Wae? Sekarang aku dan abeoji tinggal di Seoul. Tidak jauh dari sini. Ayo pulang."

"Aku tidak bisa, oppa. Aku harus tetap disini." Hae-jin melepaskan tangan Shin-hye.

"Katakan alasannya." Shin-hye menatap Hae-jin. "Aku akan mencoba mengerti jika kau ingin mendapatkan ijazah SMA." Shin-hye menunduk menyesal karena Hae-jin pasti tidak akan paham.

"Oppa tidak akan paham. Aku harus segera kembali ke kelas." Shin-hye akan berbalik namun lagi-lagi tangannya di tahan Hae-jin.

"Jika kau tidak bilang alasannya, kau harus pulang bersamaku."

"Oppa..." Tiba-tiba tangan Hae-jin di genggam oleh seseorang. Shin-hye menoleh orang tersebut. "Soo-ya..."

"Lepaskan dia!"

"Kau ini siapa lagi? Jangan ganggu urusanku dengannya." Hae-jin mulai meradang.

"Oppa, lepaskan aku!" Shin-hye mencoba melepaskan diri.

"Oppa? Dia kekasihmu? Kenapa kau pacaran dengan orang tua seperti dia? Yya... Lee Shin-ji. Jika kau perlu uang jangan menggunakan cara seperti ini. Aish... Jinja." Ji Soo semakin menggenggam tangan Hae-jin.

"Orang tua? Hei siswa, jaga bicaramu!" Hae-jin tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan Ji Soo.

"Ahjussi, ingat umurmu. Jangan hanya bersenang-senang dan menikmati yang lebih muda. Lepaskan tangan anda dan biarkan dia pergi."

"Mwo? Yya!" Hae-jin sudah mengepalkan tangannya.

"Hae-jin hyung, kau dimana?" Seseorang berteriak memanggil nama Hae-jin. Spontan mereka bertiga melihat ke sumber suara.

"Itu Yong-hwa.".

" Yong-hwa? Kenapa dia kesini? Apa hubungan kalian? Kenapa dia mencarimu?" Tanya Shin-hye beruntun.

"Kenapa aku harus menjawab pertanyaan mu?!" Jawab Hae-jin sambil sedikit berteriak namun ke arah Ji Soo.

"Oppa, aku yang bertanya."

"Aku sedang kesal dan aku tidak bisa membentakmu. Jadi aku lampiaskan ke dia." Hae-jin melepaskan tangannya Shin-hye. "Kali ini ku biarkan. Setelah pulang sekolah, aku akan menjemputmu. Jangan coba-coba lari." Tatapannya tak lepas dari Ji Soo.

"Lebih baik anda tidak dekat-dekat dengannya." Ji Soo juga semakin menantang.

"Urusan kita belum selesai, siswa." Hae-jin pergi ke arah Yong-hwa. Shin-hye berbalik agar Yong-hwa tidak melihat wajahnya. "Kau sudah datang?"

"Eoh. Tapi kenapa mereka? Kau memarahi mereka?" Tanya Yong-hwa penasaran.

"Ya seperti itulah. Ayo kita cari makan diluar saja. Ada sesuatu yang ingin ku bicarakan." Ucap Hae-jin sambil melirik Shin-hye yang masih menyembunyikan wajahnya.

"Baiklah." Yong-hwa melirik Ji Soo dan wanita disampingnya lalu pergi ikut Hae-jin.

Setelah keduanya pergi, Shin-hye bergegas pergi. Namun tangannya di tarik Ji Soo. "Yya... Jika kau butuh uang yang banyak. Beri tau aku, akan ku berikan semuanya untukmu."

"Ji Soo, kau gila?" Shin-hye merengut tidak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Kau yang gila, dasar. Jangan dekat-dekat dengan ajusshi lagi untuk mendapatkan uang. Kau masih muda jadi belajar dengan benar." Ji Soo melemparkan dompetnya dan di terima Shin-hye dengan melongo. Masih tidak percaya dengan apa yang dipikirkan Ji Soo.

Ji Soo lalu pergi. "Sepertinya dia benar-benar gila." Shin-hye menggelengkan kepalanya.

To Be Continued...
______________________________________
29 Agustus 2020

Ada yang nunggu dari Minggu kemarin? 😆😆😆

The Killer MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang