20.

392 83 35
                                    

SMA JYH

"Baiklah. Ayo semuanya rapikan buku kalian karena bapak akan mengatur posisi duduk kalian." Min-hyuk meletakkan toples penuh gulungan angka lalu menggambar kotak-kotak dengan angka di papan tulis. "Nah... Ayo semuanya ambil angka di toples ini lalu duduk di kursi sesuai angka yang bapak tulis di papan."

Semua siswa menurut dan satu-satu mengambil angka termasuk Soo-man yang sudah keluar dari rumah sakit. Walau wajahnya masih ada sedikit luka.

Selesai mengambil nomor, semuanya duduk di kursi masing-masing. Shin-hwa duduk di depan dengan Soo-chan dan Shin-hye duduk di belakang dengan Ji Soo.

"Kenapa harus dengan kau. Aish... Jinja..." Keluh Soo-chan.

"Kau pikir aku ingin denganmu?" Balas Shin-hwa tak mau kalah. Keduanya menaruh kepala ke meja dengan membelakangi.

"Baiklah. Semuanya sudah sesuai nomor. Kalian lanjutkan belajar mandiri dulu. Arrachi?"

"Nde..." Jawab semua siswa serentak. Min-hyuk keluar. Shin-hye berdiri membawa kotak makan siang.

"Shinhwa-ya, ayo makan bersama." Ajak Shin-hye sambil menenteng kotak makan di tangannya.

Tiba-tiba seorang guru masuk. "Oh? Itu Hae-Jin sansenim..." Ucap Ha-kyung. Shin-hye meletakkan kotak makan di meja Shin-hwa.

Shin-hye panik langsung jongkok. "Shinji-ya... Kau kenapa?" Shin-hwa penasaran.

"Ah... Tiba-tiba perutku tidak enak."

"Apa ada yang melihat Kang sansenim?" Tanya Hae-jin mulai masuk ke dalam kelas.

Shin-hye merasakan bahaya, memilih merangkak kembali ke mejanya. Hae-jin hanya melihat kelakuan siswa itu hanya menggelengkan kepala. "Kang sansenim sudah keluar baru saja, sansenim." Jawab Shin-hwa kadang melirik Shin-hye yang menyembunyikan kepalanya ke bawah meja tempat duduknya.

"Bagitu? Gumawo." Saat Hae-jin akan melangkah pergi, kembali menatap Shin-hwa yang melihat Shin-hye. Dia mirip dengan...

"Park sansenim?" Tepat Min-hyuk memanggil Hae-jin.

"Eoh? Kang sansenim." Mau tidak mau Hae-jin menoleh.

"Saya baru saja ke ruangan anda tapi anda tidak ada."

"Begitu? Saya juga mencari anda." Hae-jin dan Min-hyuk pergi bersama.

"Dia sudah pergi?" Tanya Shin-hye yang kepalanya masih di bawah meja dan di perhatian oleh Ji Soo.

"Eoh. Kau sedang apa?" Tanya Ji Soo melihat Shin-hye yang bersembunyi tepat di samping kakinya.

"Eoh? Tali sepatumu lepas. Kau seharusnya berhati-hati, bisa jatuh nanti." Shin-hye membenarkan tapi sepatu Ji Soo. Ji Soo yang merasa jantungnya ingin keluar, segera memukul-mukul pipinya.

Shin-hye keluar dari bawah meja langsung dihampiri Shin-hwa. "Kau baik-baik saja? Perut mu bagaimana?"

"Sudah lebih baik. Ayo makan bersama." Ajak Shin-hye dan Shin-hwa hanya mengangguk dengan tersenyum.

Mereka memutuskan makan di atap sekolah. "Eomma..." Panggil Shin-hwa sambil melahap makanannya.

"Wae?" Shin-hye menyahut dengan mulut penuh.

"Sansenim tadi, eomma arra?"

"Arra. Dia samchon mu." Jawab Shin-hye dengan mulut masih penuh. Seketika hening. Shin-hye menghentikan kunyahannya dan menatap Shin-hwa yang juga menatapnya. Seketika Shin-hye meringis.

"Sekarang katakan padaku." Shin-hwa meletakkan sendoknya.

"Mwo? Apa yang harus di katakan?"

"Eomma dulu siapa? Lalu siapa saja keluarga eomma? Siapa saja yang menjadi samchon ku? Lalu... Aku juga ingin tahu... Siapa appaku?" Kata terakhir begitu lirih, namun Shin-hye bisa mendengarnya dengan jelas.

The Killer MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang