35.

327 77 13
                                    

BBQ Resto

Shin-hwa dengan telaten mengoleskan salep di pergelangan tangan Shin-hye. "Apa masih sakit?" Sambil meniup pergelangan tangan tersebut.

"Ani." Shin-hye menikmati itu. Bagaimana tidak? Akhir-akhir ini dia semakin dekat dengan putranya. Putra kesayangannya.

"Jangan menatapku seperti itu." Sambil fokus mengoleskan salep.

"Wae?"

"Orang-orang mengira kita berkencan." Setelah mengoleskan salep, Shin-hwa memperban pergelangan tangan Shin-hye.

"Biar saja." Shin-hye tidak peduli.

"Nah... Selesai..."

"Aigoo... Putraku benar-benar telaten." Sambil mengacak-acak rambut Shin-hwa. "Gumawo Ueri Kangsae." Shin-hwa hanya tersenyum bangga.

"Sudah-sudah. Kalian ini... Apa dunia hanya milik kalian berdua? Lalu kami ini apa?" Jung-shin menyela sambil mengunyah daging di mulutnya dengan sebal.

"Kalian? Ehm... Cuma numpang." Jawab Shin-hye dan diketawai Hae-jin.

"Hyung... Bagaimana bisa kau tertawa, eoh? Kita tidak diang-" Sebuah daging masuk ke mulut Jung-shin.

"Makan saja, makan..." Tak lain adalah Hae-jin yang menyuapkan daging itu ke mulut Jung-shin.

Shin-hwa dan Shin-hye tertawa. "Shinhwa-ya..." Panggil Shin-hye.

"Ehm?" Shin-hwa mulai makan.

"Eomma dan samchon sudah sepakat kau akan pindah." Shin-hwa menghentikan makannya lalu menatap Shin-hye.

"Eomma..."

"Eomma tidak bisa melihatmu masuk penjara karena suatu hal yang tidak kau lakukan. Ini baru masuk penjara. Bagaimana jika lebih buruk dari ini. Eomma tidak bisa menerima itu lagi."

"Eomma... Kita sudah membahas ini sebelumnya. Aku tidak akan pindah sampai aku menepati janji ku pada Hye-jung." Tegas Shin-hwa.

"Tapi-"

"Shin-ah... Makan saja... Kau belum makan dari tadi. Buka mulutmu... Aaak..." Hae-jin menyuapkan daging ke Shin-hye dan Shin-hye menurut saja. "Apa yang kau takutkan? Ada aku. Aku akan melindungi Shin-hwa. Apa kau lupa siapa oppa mu ini, eoh?"

Shin-hye tidak membantah hal itu. Dia hanya mengangguk saja. "Memangnya samchon seperti apa, eomma?" Shin-hwa penasaran.

Shin-hye menelan dagingnya lebih dahulu. "Samchon mu itu-"

"Monster." Sela Jung-shin. "Dia bisa menghancurkan satu kota hanya dengan satu pukulan tangan kiri."

"Yya! Kau mau mati?" Hae-jin emosi. Yah... Walau itu benar tapi itu dulu sebelum dia lulus. Itupun bersama dengan Jung-shin dan Shin-hye.

"Wae? Bukankah itu benar, Shin-ah?" Jung-shin memandang Shin-hye.

"Jinja, eomma?" Shin-hwa ikut penasaran.

"Eoh. Tapi dia tidak sendirian, eomma dan Jung-shin samchon ikut." Jawab Shin-hye sambil makan.

"Tapi aku dan Shin-hye tidak melakukan apapun. Semua sudah dituntaskan oleh Hae-jin Hyung." Tambah Jung-shin.

"Yya! Kau... Hah... Makanlah yang banyak. Kau kurus." Hae-jin menyuapkan daging lagi.

"Wuah... Samchon keren sekali..." Puji Shin-hwa.

"Mwo?" Shin-hye, Hae-jin dan Jung-shin tidak percaya dengan ucapan Shin-hwa. Bahkan Jung-shin hampir tersedak.

"Shinhwa-ya? Kau sehat kan? Apa polisi itu memukul kepalamu? Atau tadi kau terbentur sesuatu? Atau-" Shin-hye memutari kepala Shin-hwa.

"Eomma." Keluh Shin-hwa sambil melepaskan tangan eommanya.

"Apa yang salah? Dia memujiku saja." Sela Hae-jin.

"Itu benar." Shin-hwa membenarkan. Mereka semua berbincang dengan tawa. Apa aku juga minta tolong samchon untuk melatihku juga? Bukankah 2 orang lebih baik? Batin Shin-hwa.

Sementara dari jauh, seseorang memperhatikan. Sekelebat bayangan masa lalu terlihat di matanya. Sama persis seperti saat itu. Bedanya yang ada disana adalah hasil dari kesalahannya. Bukan. Lebih tepatnya adalah kebodohannya. Namja itu menggeram. "Ah... Aku ingin ini segera berakhir." Namja itu menggenggam ponsel di tangannya lalu berbalik pergi.

Tak lain adalah Jong-suk. Dia tau kalau Jong-hyun dibalik ini semua dan yang membantu Jong-hyun tak lain adalah ayahnya. Jong-suk semakin menggeram kesal.

Setelah mendengar Shin-hwa ditahan, segera mungkin dia berlari menuju kantor polisi dengan berbekal ponsel Hye-jung. Namun dia kalah dari Hae-jin yang tak lain adalah pamannya. Yah... Dia dari dulu memang selalu kalah dari Hae-jin.

Rencana berubah. Dia ingin mengikuti Hae-jin agar tau tempat tinggal Shin-hye dan anaknya. Namun yang dia saksikan saat ini adalah bayangan masa lalu yang sama seperti saat ini. Dan itu membuat hatinya sakit. Dengan Shin-hye yang memakai seragam-

Tunggu? Seragam? Jong-suk berbalik lagi dan memperhatikan Shin-hye. Benar. Itu seragam. Dia memakai seragam yang sama seperti Shin-hwa. Tapi kenapa? Kenapa dia memakai seragam SMA?

Mata Jong-suk terbelalak lalu menutup mulutnya tidak percaya. "Mungkinkah? Tidak... Tidak... Itu berbahaya. Tapi bagaimana jika benar?" Jong-suk menatap Shin-hye lagi. Dia tertawa disana. Dan Jong-suk terpesona.

Tidak. Aku tidak akan melakukan kebodohan lagi. Aku akan melindunginya. Apapun yang terjadi.

🍃🍃🍃

Apartemen Jong-hyun

"Hah... Aku tidak menyangka akan secepat ini." Ucap Jong-hyun sambil melempar berkas ke atas meja. "Apa pembangunan gedung baru harus secepatnya?"

"Untuk mengalihkan opini masyarakat dan menjadikan sekolah agar akreditasinya semakin baik, fasilitas harus ditingkatkan." Jelas Komesaris Jang.

"Ini akan memakan banyak biaya."

"Ketua Lee sudah mentransfer uangnya ke rekening anda."

"Wah... Abeoji selalu mengerti ya... Baiklah. Besok aku akan urus semuanya." Jong-hyun tersenyum.

"Baiklah. Saya akan pergi." Pamit Komesaris Jang.

"Hati-hati." Jong-hyun mengantarkan sampai depan pintu lalu menutupnya. "Aku harap kali ini tidak kacau." Jong-hyun kembali masuk.

To Be Continued...
_

___________________________________
14 Nov 2020

Kakak-kakak readers... Maafkan part ini pendek karena emang lagi engga mood banget. 🥺🥺🥺

Minta saran dong kak... Biar mood bagus itu gimana? 😭😭😭

The Killer MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang