15.

408 86 8
                                    

Rumah Sakit Jiwa Seoul

Shin-hye mengambilkan air untuk Shin-hwa. "Sudah lebih baik?" Shin-hye menyodorkan gelas dengan air. Shin-hwa mengangguk. Shin-hye duduk di samping Shin-hwa. Shin-hwa meminum air lalu menatap Shin-hye. "Wae?"

"Kenapa eomma melakukan ini?" Tanya Shin-hwa.

"Aku tidak akan menjawab pertanyaanmu sebelum kau cerita semuanya." Shin-hye melipat kedua tangannya.

"Huh... Darimana aku harus cerita?"

"Dari kau yang tiba-tiba terhanyut dalam masalah ini."

"Baiklah... Awalnya aku punya banyak teman. Seperti Soo-chan dan yang lainnya. Eomma juga perlu tau kalau aku termasuk populer dengan ketampananku."

"Cih..." Shin-hye buang muka.

"Awalnya aku tidak peduli dengan Hye-jung karena dia selalu menyendiri dan tampak tenang menatap jendela. Lalu entah darimana muncul isu bahwa Hye-jung adalah pelacur, wanita penggoda, dan lain-lain. Aku simpati padanya. Aku hanya menolongnya agar tidak terlalu kesepian. Tapi..."

"Tapi?"

"Pada saat pulang jam tambahan, aku melihatnya di gudang sekolah. Hye-jung bersama... Lee Jong-hyun sansenim. Mereka sedang..."

"Sedang? Sedang apa?"

"Sedang... Apa aku harus cerita tentang ini eomma?"

"Sudah eomma bilang untuk ceritakan semuanya, kan?"

"Mereka berdua... Sedang... Ber... Cin... Ta..."

"Oh..." Shin-hye tampak tak terkejut dan bereaksi biasa-biasa saja. "Lalu?"

"Hanya oh?"

"Lalu aku harus apa? Sudah lanjutkan saja."

"Huft... Namun per... cintaan ini aneh. Hye-jung tampak menangis. Dan... Seluruh tubuhnya penuh luka. Saat Lee Jong-hyun sansenim sudah keluar meninggalkan Hye-jung, aku masuk. Dia tampak kacau. Saat tau aku melihatnya, dia berusaha keras menutupi tubuhnya."

"Sejak saat itu kau selalu berurusan dengan Jong-hyun?"

"Eoh. Sebelum pergi meninggalkan Hye-jung, Jong-hyun sansenim mengancam jika menceritakan apa yang dia ketahui pada orang lain, maka dia akan menyiksa Hye-jung lagi."

"Lalu dia menceritakan semuanya padamu?"

"Eoh."

"Bahkan kau tau kalau Hye-jung hamil?" Shin-hwa terbelalak.

"Mwo? Hamil? Hyejung-i?" Shin-hwa mengepalkan tangannya.

"Kau tidak tau rupanya. Mungkin dia merasa bersalah padamu makannya tidak memberitahu." Shin-hye bangun. Shin-hwa bangun dan memukul tembok. "Yya! Kau gila?"

"Bagaimana eomma tau dia hamil."

"Hye-jung memberitahu eomma semuanya. Dia tipe orang yang memberikan semuanya yang dia punya untuk orang yang dia sayangi. Tapi malang menimpanya. Yang dia sayang adalah manusia tak berperasaan. Bahkan aku tidak yakin apa dia punya hati atau cinta."

"Lalu apa yang akan eomma lakukan?"

"Eomma akan tetap menolong Hye-jung. Dan melindungimu." Shin-hye kembali duduk.

"Jangan, eomma. Ini terlalu berbahaya. Kau mungkin bisa seperti Hye-jung nanti. Aku tidak mau hal itu terjadi. Hanya eomma yang aku punya sekarang." Shin-hwa menggenggam tangan eommanya.

"Gwenchana. Eomma lebih kuat daripada yang kau pikirkan. Jadi lebih baik kau istirahat."

"Aku akan pulang seminggu lagi lalu kembali bersekolah."

"Kau akan pindah."

"Mwo? Wae?"

"Masih tanya kenapa? Eomma tidak ingin kau seperti Hye-jung. Kau akan pindah begitu keluar dari sini."

"Tapi eomma..."

"Eomma tidak mau mendengar alasan."

"Aku tidak akan pindah. Tidak akan pernah. Sampai aku lulus juga aku lulus di SMA JYH."

"Yya kau! Kau tidak tau apa yang kau hadapi!"

"Eomma juga tidak tau apa yang eomma hadapi. Lebih baik eomma yang keluar dari sekolah."

"Jika kau tidak mau pindah, eomma juga tidak akan keluar."

Keduanya sama-sama keras kepala. Hingga Jung-shin datang tanpa mengetuk pintu. Shin-hye dan Shin-hwa menatap Jung-shin.

"Shinhwa-ya... Aigooo... Ini samchon. Kau belum pernah bertemu denganku, tapi aku pernah melihatmu. Tenanglah, luapkan semuanya amarahmu pada samchon. Jangan pada eomma mu, eoh. Aigooo... Keponakanku..." Jung-shin memeluk Shin-hwa sambil menangis.

"Hentikan, Jungshin-na." Perintah Shin-hye.

"Bagaimana bisa aku berhenti. Keponakanku, dia... Huwaaaaa."

"Eomma, nugu?"

"Eomma? Nugu?" Spontan Jung-shin melepaskan pelukannya. "Yya... Kau? Tidak..." Jung-shin memutar-mutarkan jarinya ke kepala.

"Kau yang gila!" Shin-hye melempar bantal ke wajah Jung-shin.

"Jadi kau gwenchana?" Jung-shin menatap Shin-hwa dan Shin-hwa mengangguk. "Ah... Leganya. Ku pikir kau... Ah..." Jung-shin lagi-lagi memeluk Shin-hwa.

"Tapi ahjussi, nuguseyo?" Jung-shin melepas pelukan dan menatap Shin-hye.

"Kau belum menceritakan siapa aku?"

"Tidak sempat." Shin-hye duduk di kursi bawah jendela.

"Kau ini benar-benar." Jung-shin kembali menatap Shin-hwa. "Aku adalah appamu." Baik Shin-hwa dan Shin-hye menatap Jung-shin.

"Eomma, itu benar? Dia appaku? Appa kandungku?" Tatapan Shin-hwa beralih pada Shin-hye.

"Yya kau!" Shin-hye bangun dan menendang bokong Jung-shin.

"Akh... Appo!"

"Bagaimana bisa dia menjadi appamu jika wajah kalian sangat berbeda jauh, eoh? Dan lagi, kenapa kau mudah sekali percaya?" Shin-hye memarahi Shin-hwa.

"Karena baru pertama kali aku melihatnya. Dan ahjussi itu juga bilang bahwa dia appaku."

"Ah... Apa kau tuli atau apa? Bukankah dia sudah bilang kalau dia itu samchon mu." Shin-hwa memiringkan kepalanya. "Lihatlah... Dari pura-pura bodoh menjadi benar-benar bodoh."

"Sudahlah. Kenapa menjadi panjang begini?" Jung-shin menengahi.

"Kau yang membuatnya panjang... dasar..." Shin-hye menendang bokong Jung-shin lagi.

"Akh... Yya... Appo..."

"Rasakan!" Shin-hye kembali ke tempat duduknya.

"Baiklah. Mari kita mulai dari awal, namaku Lee Jung-shin. Sepupu eomma mu. Kami sangat dekat sejak kecil. Jadi pertengkaran atau bercanda seperti tadi sudah biasa. Sebenarnya kau masih ada satu samchon lagi. Hanya saja, belum saatnya kau tau. Setelah kau keluar dari rumah sakit ini dan sekolah, kau akan melihatnya."

"Apa maksudnya?" Shin-hwa bingung dengan perkenalan Jung-shin.

"Intinya dia samchon mu. Itu saja." Sela Shin-hye kesal.

"Samchon?" Tanya Shin-hwa pada Jung-shin.

"Eoh. Aku samchon mu. Jika kau perlu sesuatu, hubungi aku saja. Aku lebih murah hati daripada eommamu." Jung-shin tersenyum.

"Kau benar-benar ingin mati, eoh?!" Shin-hye berteriak keras dan di ketawai Jung-shin.

"Tapi, jika dia samchon ku, berarti eomma masih punya keluarga lain?" Shin-hwa menatap Shin-hye.

Shin-hye diam. "Seiring berjalannya waktu, eomma akan memberi tahu semuanya." Shin-hye berdiri lalu pergi keluar.

Diluar, Shin-hye bersandar pada pintu. Haruskah dia memberi tau putranya sekarang? Bahwa dia memiliki seorang kakek. Juga paman lagi. Dan... Seorang ayah?

To Be Continue...
______________________________________
18 Juli 2020

The Killer MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang